Berlari
Mengejar Waktu untuk Menepak Tangan Sahabat.
By: Sandi Suroyoco
Sinambela.
Waktu itu bukanlah suatu
yang kebetulan menurutku, itu adalah panggilan hati, intuisi yang besar untuk menemui teman.
Opss! Hampir saja terlupakan ketika
saya melewati stasiun Pasar Minggu langsung teringat satu sahabat saya yang
bernama Elno. Saya mengirim pesan ’El aku
baru saja lewat dari stasiun Pasar Minggu.
Tak berselang beberapa lama dia langsung membalas. Kenapa sandi ga bilang padahal aku ingin ketemu? Maklum dia tidak
ingat siapa Sandi teman SDnya dulu.
Aku harus menjelaskan
bahwa saya saat itu nyampai pagi di Depok dan harus pulang malam ke Semarang.
Jadi saya tidak ingat sama sekali untuk mengunjunginya, lagi pula kemungkinan
besar tidak akan keburu menurutku.
Sempat berpikir didalam hatiku bahwa apa disaat ini diuji pengorbanan untuk
sahabat! Apakah ini perasaan sahabat atau tidak! Sempat timbul niat untuk kembali ke Pasar Minggu.
Pukul 17.58 akhirnya saya tiba di stasiun Jakarta Kota. Saya melihat jabwal pemberangkatan
Jakarta semarang pukul 23.10. saya
hitung hitung tidak keburu juga.
Sebenarnya ga tega sih liat cewe menyamperin cowo
gak srekkk gituuu. Langsung aja aku sms El gimana kalau kita ketemuan di stasiun
Jakarta Kota? Sms mu membalas ya udah aku mandi dulu yah, jujur didalam hatiku aku sangat senang
sekali.
Menanti-nanti sahabat SD. Hanya wajah sedih yang masih tertinggal yang
betul betul saya ingat. Kemudian dia hilang. Hanya kabar angin yang menghembus Elno
pindah ke Jakarta.
Kamu bergerak dengan semangat dari arah kanan
saya. Saat itu saya masih melihat ke sebelah kiri ehh ternyata kamu menanyakan,
Sandi kan? Senyum lebar terpampang di
wajah kita. Maklum reunian berdua....
Terlihat wajah tidak berbeda. Bercerita banyak
dengan waktu yang sangat terbatas.
Hingga akhirnya desusan mesin kereta harus menghentikan percakapan kita.
Dengan tiba-tiba saya harus mengatakan aku berangkat yah El.
Sempat aku berpaling beberapa kali
kebelakang. Aku merasa lega ternyata dia
bisa aku lihat tersenyum. Memori usapan
tangis itu sekarang telah ku gantikan. Elno harus semangat...
Trus berjuang...
Lawanlah sedih mu......
Sebab masih banyak lagi orang yang lebih menderita dari Elno.
Bayak orang yang tidak terlihat menangis, tetapi kita tidak tau apakah dia
sebenarnya menangis menutupinya sehingga perih air matanya meniris ke hatinya.
Pertanyaan besar yang bisa aku jawab saat bertemu
de didalam hatiku ngan Elno. Mengapa
Elno bisa aku kenal pekat di pikiranku?
Pantas Saja saya harus mengingat nya! Bukan untuk
mencuapkan masa lalu kepergian bapa Elno. Tapi saat itu Sandi lah mengucapkan
turut berbela sungkawa yang menjadi perwakilan dari teman kelas. Itulah seingat
saya.
Sehingga setiap kali saya lewat dari jalan kenangan
pahit itu. Pandanganku tidak pernah lupa melihat rumah itu. Setiap kali saya
pulang dari SMA N I Siborongborong saya selalu melihatnya dan langsung
mengingat Elno. Sering bertanya-tanya dimana dia! Sekarang
dia ada di Sampingmu jawab senyumnya.
No comments:
Post a Comment