Friday 9 May 2014

Menpan senang pertanian ditinggal

Ranah Pertanian dipandang sebelah mata.
Oleh: Sandi Suroyoco Sinambela

BPS terbaru melaporkan bahwa sektor pertanian turun 0,68%. 
Menteri pertanian menanggapinya agak sedikit aneh. "Saya kira malah bagus," kata pak Suswono. 

saya ini adalah anak petani kecil, jadi sedikit banyak suka dan duka di bidang pertanian sudah saya rasakan. 

Realita yang saya lihat dikalangan petani bahwa mereka berhenti bertani karena mereka menjual lahan pertanian yang mereka miliki. Biasanya yang membeli ladang mereka adalah para pengusaha. 

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah lahan yang dibeli pengusaha itu akan dijadikan menjadi lahan pertanian? jawabnnya belum tentu. 

Kebanyakan lahan yang dibeli pengusaha itu akan di jadikan menjadi bagunan.  sehingga jelas    petani berkurang lahan pertanian juga berkurang. 

Apababila pak mentan senang dengan pengurangan jumlah petani ini bukankah artinya beliau setuju dengan pengurangan produksi pangan?

Saya pikir kalimat beliau yang mengatakan "senang" itu sudah melanggar metode ekonomi Kerakyatan yang sudah kita jungjung tinggi. 

Dipandang sebelah mata, saya tidak ingin pihak asing menatapnya bagai mata rajawali.  ujuk ujuk nanti pemerintah memberikan perusahaan asing yang ingin menanam padi di Indonesia. 
Dan jika perusahaan itu sudah sebesar Freeport maka indonesia menangis... 

Masalah serius kog di anggap enteng,,, kita harus ingat perut garuda itu isinya apa., padi dan kapai itu tidak lebih kecil dari pohon beringin.  

Tolonglah  ranah pangan seharusnya menjadi prioritas yang sama pentingnya dengan ranah yang lainnya.  

No comments: