LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI
Disusun Oleh :
Kelompok : VII
Kelas : A
Sandi .S. SINAMBELA: 23010110110031
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI
Kelompok : VII
Kelas : A
Tanggal Pengesahan : Desember 2010
Menyetujui,
| |||
| |||
Mengetahui,
Koordinator Praktikum BIOLOGI
Dra. Turrini Yudiarti, M.sc
NIP.19591202 198703 2 002
RINGKASAN
Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Sel dan Jaringan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 11 Oktober 2010, praktikum Biologi dengan materi Fotosintesis diadakan pada hari Senin, tanggal 18 Oktober 2010, praktikum Biologi dengan materi Anatomi Hewan diadakan pada hari Senin, tanggal 25 Oktober 2010, dan praktikum Biologi dengan materi Pertumbuhan dan Perkembangan diadakan pada hari Senin, tanggal 15 November 2010 di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Praktikum pengenalan sel menggunakan bahan yaitu daun Rhoe discolor dan jantung sapi, sedangkan alat yang digunakan adalah silet, pinset, kaca preparat, serta mikroskop. Praktikum pengenalan jaringan menggunakn bahan diantara lain akar jagung, batang jagung, akar kacang tanah, dan batang kacang tanah, sedangkan alat yang digunakan adalah mikroskop, silet, pinset, dan alat tulis. Praktikum fotosintesis menggunakan bahan antara lain daun tumbuhan, alkohol, JKJ, alumunium foil,sedangkan alat yang digunakan adalah beker glass, lampu spirirtus, dan pinset. Praktikum anatomi hewan dengan bahan yang digunakan katak sawah, kloroform, formalin 4 % atau alkohol 70%, sedangkan alat yang digunakan adalah botol pembunuh, baki bedah, pisau bedah, pinset, dan jarum pentul. Praktikum pertumbuhan dan perkembangan dengan bahan gelas aqua, kapas, biji jagung dan kacang tanah, sedangkan alat yang digunakan adalah penggaris, jangka sorong, dan alat tulis.
Berdasarkan hasil praktikum sel-sel diamati melalui mikroskop dengan perbesaran 10 X agar tampak bentuk sel tersebut. Praktikum pengenalan jaringan tumbuhan didapatkan hasil dari pengamatan dari mikroskop dengan perbesaran 10 X sehingga tampak bentuk dari jaringan tumbuhan. Praktikum Anatomi Hewan pada katak sawah saluran pencernaannya dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan kloaka. Sedangkan organ pernafasan pada katak meliputi hudung, laring, bronkus, bronkeolus dan alveolus. Praktikum fotosintesis dapat diamati dan dilihat pada daun yang ditutupi timah yang berwarna terang tidak menghasilkan amilum karena terhambat proses fotosintesisnya. Bagian yang berwarna gelap menunujukkan adanya amilum yang dihasilkan dari proes fotosintesis. Praktikum pertumbuhan dan perkembangan dapat disimpulkan bahwa tanaman jagung (Zea mays) dan kacang tanah (Arachis hipogaea) mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Kata Kunci : Pengenalan sel, jaringan tumbuhan, anatomi hewan, fotosintesis, pertumbuhan dan perkembangan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat atas rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Biologi ini. Laporan praktikum ini merupakan hasil revisi laporan praktikum yang ada setelah dilakukan evaluasi dari hasil praktikum yang terlaksana.
Penyusun menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Turini Yudiarti, M.sc selaku Koordinator Praktikum Biologi, Ruly Yuliantono selaku Koordinator Asisten Praktikum Biologi, dan Kenang Aditya Rachman selaku Asisten Pembimbing, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Resmi Praktikum Biologi ini.
Harapan kami semoga Laporan Praktikum ini bermanfaat bagi mahasiswa maupun para pembaca lainnya dan dapat meningkatkan minat mahasiswa dalam mempelajari Biologi. Tak lupa penyusun mengharap kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan Laporan Praktikum ini.
Semarang, Desember 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................. v
DAFTAR TABEL......................................................................... ix
DAFTAR ILUSTRASI................................................................. x
ACARA I PENGENALAN SEL
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................ 2
2.1. Pengertian Sel...................................................... 2
2.2. Bentuk dan Ukuran Sel....................................... 2
2.3. Struktur Sel.......................................................... 4
BAB III METODELOGI......................................................... 7
3.1. Materi................................................................... 7
3.2. Metode................................................................. 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................. 9
4.1. Struktur Sel Tanaman Rhoe Discolor.................. 9
4.2. Struktur Sel Hewan (Jantung Sapi)..................... 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................. 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 16
ACARA II PENGENALAN JARINGAN TUMBUHAN
BAB I PENDAHULUAN..................................................... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................ 18
2.1. Pengertian Jaringan.............................................. 18
2.1.1. Jaringan Tumbuhan Monokotil......................... 18
2.1.2. Jaringan Tumbuhan Dikotil............................... 19
BAB III METODELOGI......................................................... 21
3.1. Materi................................................................... 21
3.2. Metode................................................................. 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................. 22
4.1. Struktur Jaringan Tanaman Jagung (Akar).......... 22
4.2. Struktur Jaringan Tanaman Kacang (Akar)......... 25
4.3. Struktur Jaringan Tanaman Jagung (Batang)....... 27
4.4. Struktur Jaringan Tanaman Kacang (Batang)...... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................. 30
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 31
ACARA III FOTOSINTESIS
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................... 32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................ 33
2.1. Pengertian Fotosintesis........................................ 33
2.2. Macam – macam Fotosintesis.............................. 34
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis............. 34
2.4. Indikator Amilum................................................ 34
BAB III METODELOGI......................................................... 35
3.1. Materi................................................................... 35 3.2. Metode 36
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN................................. 38
4.1. Fotosintesis Daun Gamal tanpa Alumunium Foil 38
4.2. Fotosintesis Daun Gamal dengan AlumuniumFoil 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................. 46
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 47
ACARA IV ANATOMI HEWAN
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................... 48
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................ 49
2.1. Karakteristik Katak.............................................. 49
2.2. Sistem Pernafasan Katak..................................... 50
2.3. Sistem Pencernaan Katak.................................... 51
BAB III METODELOGI......................................................... 53
3.1. Materi................................................................... 53
3.2. Metode................................................................. 53
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN................................. 54
4.1. Inspectio Amphibia Rana canorivara.................. 54
4.2. Morfologi Amphibia Rana canorivara................ 56
4.3. Digestorium Amphibia Rana canorivara............. 57
4.4. Resphiratorium Amphibia Rana canorivara........ 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................. 60
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 61
ACARA V PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................... 62
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................ 63
2.1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan...... 63
2.2. Tahap – Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan 64
2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi.................. 64
BAB III METODELOGI......................................................... 66
3.1. Materi................................................................... 66
3.2. Metode................................................................. 66
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN................................. 68
4.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Jagung.................................................................. 69
4.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Kacang Tanah...................................................... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................. 76
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays)............................................. 68
Tabel 2. Pertunbuhan kacang tanah (Arachis hipogea)........................................ 70
DAFTAR ILUSTRASI
Halaman
Ilustrasi 1. Struktur sel tanaman Rhoe discolor perbesaran 10x ……….... 9
Ilustrasi 2. Struktur sel tanaman Rhoe discolor perbesaran 40x...................... 10
Ilustrasi 3. Struktur sel hewan jantung sapi perbesaran 10x ..................... . 12
Ilustrasi 4. Struktur sel hewan jantung sapi perbesaran 40x ....................... 13
Ilustrasi 5. Akar jagung perbesaran 10X.................................................. ..... 23
Ilustrasi 6. Akar jagung perbesaran 40X.................................................. ..... 23
Ilustrasi 7. Batang jagung perbesaran 10...................................................... 24
Ilustrasi 8. Batang jagung perbesaran 40X..................................................... 25
Ilustrasi 9. Akar kacang perbesaran 10X ................................................. ..... 25
Ilustrasi 10. Akar kacang perbesaran 40x................................................. ..... 26
Ilustrasi 11. Batang kacang perbesaran 10X............................................. ..... 27
Ilustrasi 12. Batang kacang perbesaran 40X............................................. ..... 28
Ilustrasi 13. Gambar daun sebelum dipanaskan dalam alkohol................. ..... 38
Ilustrasi 14. Gambar daun saat dipanaskan dalam alkohol........................ ..... 38
Ilustrasi 15. Gambar daun setelah dipanaskan dengan alkohol................. ..... 39
Ilustrasi 16. Gambar daun saat ditetesi JKJ.............................................. ..... 40
Ilustrasi 17. Gambar daun setelah ditetesi JKJ.......................................... ..... 40
Ilustrasi 18. Gambar daun sebelum ditutup alumunium foil..................... ..... 42
Ilustrasi 19. Gambar daun setelah ditutup alumunium foil....................... ..... 42
Ilustrasi 20. Gambar daun saat dipanaskan dalam alkohol........................ ..... 43
Ilustrasi 21. Gambar daun saat ditetesi JKJ.............................................. ..... 43
Ilustrasi 22. Gambar daun setelah ditetesi JKJ.......................................... ..... 44
Ilustrasi 23. Katak sawah.......................................................................... ..... 54
Ilustrasi 24. Katak setelah dibedah........................................................... ..... 56
Ilustrasi 25. Organ pencenaan katak.......................................................... ..... 57
Ilustrasi 26. Organ pernafasan katak......................................................... ..... 58
Ilustrasi 27. Tanaman jagung umur 2,3,4,5 minggu.................................. ..... 68
Ilustrasi 28. Tanaman kacang tanah umur 2,3,4,5 minggu ....................... 70
Ilustrasi 29. Grafik pertumbuhan tanaman jagung.......................................... 70
Ilustrasi30. Kurva sigmoid tanaman jagung................................................... 70
Ilustrasi 31. Grafik pertumbuhan tanaman kacang tanah.......................... ..... 73
Ilustrasi 32. Kurva sigmoid tanaman kacang tanah ....................................... 73
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu yang mempelajari tetntang sel disebut juga sitologi. Sitologi mempelajari semua sel dalam makhluk hidup baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Sel-sel tersebut berkumpul dan berkoordinasi membentuk suatu jaringan yang telah mengalami spesialisasi. Sel adalah suatu suatu satuan yang dinamis oleh karena itu selalu mengalami perubahan. Perubahan sel dapat berupa pertambahan volume karena adanya proses pertumbuhan maupun perubahan fungsi misalnya karena proses deferensial. Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dalam makhluk hidup. Sel dapat digolongkan menjadi dua, sel prokariotik dan eukariotik. Sel prokariotik adalah sel yang belum mempunyai inti, sedangkan eukariotik yang telah memiliki inti.
Tujuan praktikum pengenalan sel yaitu dapat mempelajari dan mengenali struktur sel, ukuran sel dan bentuk serta dapat membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan yang dilihat secara struktural yaitu melalui pengamatan secara mikroskopis. Manfaat praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui bentuk dan struktur tiap sel yang bervariasi luas sesuai dengan fungsinya masing-masing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sel
Sel adalah unit terkecil yang menunjukkan semua sifat yang dihubungkan dengan kehidupan. suatu sel harus memperoleh energi dari luar untuk digunakan dalam proses-proses vitalnya, misalnya pertumbuhan, perbaikan, dan reproduksi. Semua reaksi kimiawi dan fisika yan terjadi di dalam sel untuk mendukung fungsi-fungsi tersebut disebut metabolisme. Reaksi metabolik dikatalis oleh enzim. Enzim adalah molekul protein yang dapat mempercepat reaksi biokimiawi tanpa diubah secara permanen ataupun dikonsumsi dalam proses tersebut. Struktur setiap enzim (atau protein apapun lainnya) dikodekan oleh suatu segmen asam deoksiriboukleat yang disebut gen (William, 1996). Sel merupakan unit terkecil dari suatu makhluk hidup, yang berarti sel mampu melakukan pertumbuhan dan reproduksi ( Sumadi, 2007).
2.2. Bentuk dan Ukuran Sel
2.2.1. Sel tumbuhan
Ukuran sel berkisar antara 0,2 µ sampai 200 mm. Volume sel juga bervariasi tergantung ukurannya. Suatu sel yang berfungsi harus mempunyai ukuran minimum yang dapat menyelubungi semua organela dan makromolekul yang diperlukan untuk aktivitas sel. Sebaliknya ukuran maksimum sel tergantung beberapa faktor antara lain hubungan sitoplasmik nukleair, area permukaan dan volume, aktivitas intraseluler dan metabolisme (Brotowidjoyo, 1994). Ukuran bentuk sel mikroskopis dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop ukurannya 10-100 mikro dan sel yang sedang memperbanyak diri diameternya berkisar antara 20-30 mikro. Kebanyakan sel tumbuhan berukuran 0,001 dan 0,1 mikron jadi tergolong koloid. Bentuknya seperti gelondong, cakram, dll (Prihansanti, 2003).
2.2.2. Sel Hewan
Sel hewan merupakan organisme hidup, contohnya amoeba, makhluk air tawar yang mempunyai ukuran sekitar 300 µm melintang (kira-kira sebesar titik). Makhluk hidup yang mempunyai ukuran sebesar titik ini dapat melakukan semua fungsi kehidupan (Kimball, 1998). Bentuknya sepert kolomner, polihatra, dll. Semua sel hewan pada dasarnya merupakan struktur yang dinamis, dengan organel dan sunbstansi lain yang terus bergerak. Pergerakan dalam sel dapat terjadi karena adanya rangka sel yang disebut sitoskeleton. Sitoskeleton memiliki beberapa peran penting, yaitu mempertahankan bentuk sel dan menyelenggarakan pergerakan sel baik pergerakan sel secara keseluruhan maupun pergerakan organela di dalam sel (Isnaeni, 2006).
2.3. Struktur Sel
2.3.1. Sel tumbuhan
Membran sel merupakan selaput tipis yang disebut juga plasmalema. Membran plasma berfungsi mengatur keluar masuknya materi dan melakukan sikap atau reaksi terhadap perubahan-perubahan lingkungan (Pratiwi, 1997). Membran sel disebut juga membran plasma. Membran sel terdapat disebelah dalam dinding sel. Membran sel tersusun oleh substansi yang hidup, membran sel merupakan membran yang sangat tipis sehingga hanya dapat divisualisasi dengan pembesaran tinggi yang dicapai dengan mikroskop elektron (Kimball, 1998).
Plastida merupakan organel yang hanya terdapat pada sel tumbuhan berupa butir-butir yang mengandung pigmen atau zat warna (Kimball, 1994). Plastida macamnya yaitu kloroplas, leukoplas dan kromoplas (Kleinsmith, 1998).
Nukleus mempunyai fungsi untuk mengatur kehidupan sel. Biasanya terdapat pada sel hewan dan sel tumbuhan (Pratiwi, 1997). Nukleus dipisahkan dari sitoplasma oleh selaput yang lebih tebal daripada membran sel sendiri. Inti mengandung cairan kental daripada sitoplasma yang disebut neukoplasma. Bagian-bagian nucleus terdiri dari karioteka (membran inti), kaliolimfa (cairan inti), nukleolus (anak inti) (Yatim, 1991).
Sentriol merupakan satu kesatuan yang disebut sentrosom. Sentriol berduplikasi untuk membentuk benda basal silia dan flagella (Yatim, 1991). Sentriol berisi mikrotubulus yang terdiri dari Sembilan triplet, terletak di dekat nukleus dan berperan besar dalam pembelahan sel (Kimball, 1994 ).
Peroksisom mirip dengan lisosom, kecuali bahwa enzim-enzim yang terkandung dalam peroksisom memiliki fungsi oksidatif. Peroksisom terlibat dalam deaminasi oksidatif asam amino sebuah reaksi yang rifal bagi konversi protein menjadi senyawa lain. Fungsinya mengkatalis perombakan hydrogen peroksida dan juga berperan dalam perubahan lemak menjadi karbohidrat dan dalam perubahan purin dalam sel (Fried, 2006). Stomata mempunyai arti penting dalam proses respirasi. Stomata akan membuka jika ada oksigen yang masuk. Stomata tersusun atas diferensiasi jaringan. Dalam stomata juga terdapat sel-sel pelindung yang berkaitan erat dalam proses respirasi (Fischberg, 1961).
2.3.2. Sel Hewan
Retikulum endoplasma adalah system sangat luas membran di dalam sel. Retikulum endoplasma merupakan saluran kecil di dalam sitoplasma yang dibatasi oleh system membran (Kimball, 1998). Fungsi retikulum endoplasma erat kaitannya dengan system transport pada sintesis protein (Yatim, 1994).
Ribosom merupakan struktur yang paling kecil yang tersuspensi di dalam sitoplasma. Ribosom juga dianggap sebagai kumpulan makro yang tersusun secara tepat, fungsinya dalam sintesis protein (Kimball, 1994). Merupakan struktur terkecil yang tersusun di dalam sitoplasma (Yatim, 1991).
Kompleks golgi, terdapat hampir pada semua sel hewan dan tumbuhan yang terdiri dari setumpuk saku pipih yang dibatasi membran serta berfungsi untuk sekresi protein, mentrasport dan mengubah secara kimia materi-materi yang terdapat di dalamnya (Kimball, 1994).Lisosom memiliki struktur agak bulat yang dibatasi membrane tunggal yang berfungsi untuk menerima materi yang diambil secara endositosis dan melisis, bagian-bagian atau materi-materi yang tidak terpakai digunakan sebagai pembentuk enzim. Mitokondria merupakan benda-benda bulat yang ukurannya berkisar antara 0,2 µm sampai 5 µm. Membran mitokondria mengandung fosfolipid dan protein. Fungsi mitokondria adalah melakukan oksidasi dalam makanan dan mensitesis ATP ” peredaran ” energi dalam sel (Yatim, 1991).
BAB III
METODELOGI
Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Sel dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 Oktober 2010 pukul 09.00 - 11.00 di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum pengenalan sel adalah rambut tangkai benang sari tanaman Rhoe discolor, epitel mukosa mulut, dan sediaan hati kelinci/tikus (preparat awetan) sebagai objek pengamatan. Sedangkan alat yang digunakan adalah mikroskop untuk mengamati objek dengan pembesaran yang telah ditentukan, kaca objek dan kaca penutup sebagai tempat untuk meletakkan preparat tanaman Rhoediscolor. Kemudian jarum besar bertangkai sebagai alat untuk menekan kaca objek. Pinset untuk mengambil atau mencabut helai rambut Rhoe discolor. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.
3.2. Metode
Metode yang dilaksanakan dalam praktikum pengenalan sel adalah dengan membuat sayatan tipis pada lapisan epidermis permukaan bawah daun Rhoe discolor. Kemudian meletakkannya pada kaca objek yang telah ditetesi air dan menutupnya dengan kaca penutup, agar tidak terjadi gelembung udara. Setelah itu mengamati objek di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali kemudian 40 kali, mengamati bagian-bagian dengan menggambarnya. Sedangkan pada preparat sel awetan. Mengambil preparat sel hewan yang di awetkan. Mengamati objek di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali kemudian 40 kali, lalu mengamati bagian-bagian dengan menggambarnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Struktur Sel Tanaman Rhoe discolor
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan sel tumbuhan Rhoediscolor terdiri dari sebagai berikut:
| |
Sumber:DataPrimer Praktikum Biologi, 2010. Sumber: enurfajar.blogspot.com
Ilustrasi 1. Penampang Daun Rhoe discolor Perbesaran 10 kali
Keterangan:
1. Dinding sel
2. Rongga antar sel
3. Inti sel
4. Stomata
5. Epidermis
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, penampang daun Rhoe discolor denganperbesaran 10 kali terlihat bagian-bagian sel yaitu dinding sel merupakan organel sel yang memisahkan antara organ dalam inti dengan lingkungan luarnya serta sebgai pembatas antar sel. Sesuia dengan pendapat Kimball (1998), yang menyatakan bahwa lapisan ini (dinding sel), bersifat semipermeabel yang hanya dapat dilalui oleh zat-zat tertentu saja. Fungsi dinding sel sebagai filter dari segala unsur yang masuk atau keluar dari sel serta sebagai pelindung sel.
| |
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2010. Sumber: http://wikipedia/ jaringan
Ilustrasi 2. Penampang Daun Rhoe discolor Perbesaran 40x
Keterangan:
1. Dinding sel
2. Rongga antar sel
3. Inti sel
4. Stomata
5. Epidermis
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, penampang daun rhoediscolor dengan perbesaran 40 kali terlihat bagian–bagian sel yaitu dinding sel merupakan organel sel yang memisahkan antara organ dalam inti dengan lingkungan luarnya serta sebagai pembatas antar sel. Selain itu juga terdapat sitoplasma. Sitoplasma tersebut mengisi ruangan antara dinding sel dan nukleus. Sesuai dengan pendapat Yatim (1991), yang menyatakan bahwa sitoplasma merupakan cairan yang mengisi ruangan antara dinding sel dan nukleus atau inti sel yang merupakan sistem koloid. Sebagian besar di dalam sitoplasma berisi air yang di dalamnya terlarut banyak melokul kecil dan ion serta sejumlah besar protein.
Bagian daun Rhoe discolor yang terlihat lagi yaitu nukleus. Nukleus ini terletak di tengah daun Rhoe discolor (berbentuk segienam yang tersusun rapimdan teratur). Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1981), yang menyatakan bahwa nukleus atau inti sel merupakan pengatur seluruh aktivitas sel. Dalam nukleus terdapat nukleolus, kromosom, dan neukloplasma. Nukleolus merupakan anak inti yang menjadi bakal calon nukleus. Kromosom merupakan kumpulan benang kromatin yang di dalamnya terkandung materi genetik. Nukleoplasma adalah sitoplasma yang ada di dalam sel yang berfungsi sebagai katalisator dalam nukleus.
4.2. Sel Hewan Preparat awetan Jantung Sapi
Berdasarkan ahsil pengamatan, sel hewan terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
| |
Ilustrasi 3. Penampang Sel Jantung Sapi perbesaran 10 kali
Keterangan:
1. Anak inti
2. Lenti sel
3. Membran sel
4. Sitoplasma
Berdasarkan hasil pengamatan sel hewan pada preparat awetan jantung sapi terlihat bagian-bagian sel yaitu anak inti, lenti sel, membran sel, dan sitoplasma. Pada sel hewan yang diamati tidak terdapat vakuola. Hal ini sesaui dengan pernyataan Dwidjoseputro (1981), yang menyatakan bahwa sel hewan pada umumnya tidak memiliki vakuola. Jika ada, vakuola tersebut berukuran kecil. Pada sel hewan yang melindungi agar inti sel tidak keluar dari sel adalah membran sel. Bagian-bagian sel yang dimiliki sel hewan adalah sitoplasma, inti sel, membran sel, mitokondria, retikulum endoplasma, ribosom, aparatus golgi, lisosom, dan peroksikom. Bagian sel yang tidak dimiliki sel hewan adalah dinding sel, kloroplas dan plastida.
| |
Ilustrasi 4. Penampang Sel Jantung Sapi perbesaran 40 kali
Keterangan:
1. Anak inti
2. Lenti sel
- Membran sel
4. Sitoplasma
Berdasarkan hasil pengamatan melalui mikroskop dengan perbesaran 40 kali terdapat bermacam-macam bagian sel yamg ditemukan. Beberapa macam dan fungsi sel pada tanaman Rhoediscolor adalah membran sel yang berfungsi sebagai pelindung dan mempertahankan isi sel. Dinding sel berfungsi sebagai pelindung sel bagian dalam. Nukleus yang berfungsi sebagai pembawa informasi genetik, yang mengatur seluruh kegiatan tubuh, nukleus berbentuk bulat atau bulat panjang dan terlindungi oleh membran inti (selaput inti), didalamnya terdapat anak inti (nukleolus) yang berfungsi mensintesis berbagai macam molekul Ribo Nukleid Acid yang digunakan dalam perakitan ribosom. Sitoplasma yang merupakan cairan sel yang berada di dalam sel selain di dalam inti sel. Sitoplasma berfungsi sebagai tempat berlangsungnya metabolisme sel. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kimball (1989).
Sedangkan hasil praktikum pengamatan sel hewan tidak ditemukan adanya dinding sel. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kimball (1989). Dalam praktikum ini ditemukan beberapa perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan. Perbedaan tersebut antara lain pada sel tumbuhan ditemukan dinding sel, sedangkan pada sel hewan tidak ditemukan dinding sel, yang ada hanyalah membran sel. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kimball (1989) bahwa perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan adalah terletak pada ada tidaknya dinding sel, vakuola, dan plastida. Pada sel hewan tidak memiliki dinding sel, vakuola, dan plastida.
4.3. Perbedaan Sel Tumbuhan dan Sel Hewan Jantung Sapi
Pada sel tumbuhan terdapat membran sel, dinding sel, sitoplasma, nukleus, mitokondria, plastida, ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, dan badan golgi. Pada sel hewan terdapat membran sel, sitoplasma, nukleus, nukleolus, mitpkondria, lisosom, ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan golgi, sentrosom, dan sentriol.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan sel, dapat disimpulkan bahwa sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup. Berdasarkan pengamatan saat praktikum, dapat diketahui bahwa ukuran sel terdiri dari empat macam, yaitu gelondong, cakram, polihedral, dan kolumner. Sedangkan struktur sel terdiri dari membran sel, sitoplasma, inti sel, retikulum endoplasma, ribosom, badan golgi, lisosom, mitokondria, vakuola, plastida, dan dinding sel. Sel tumbuhan dan sel hewan memiliki beberapa perbedaan, diantaranya pada tumbuhan terdapat vakuola yang lebih besar. Sedangkan pada hewan terdapat vakuola yang lebih kecil. Pada sel tumbuhan memiliki plastida dan dinding sel. Pada hewan tidak memiliki plastida dan dinding sel tetapi memiliki organel sentrosom dan lisosom yang tidak dimiliki sel tumbuhan. Saran untuk praktikum pengenalan sel adalah perlunya kehati-hatian saat melakukan penyayatan melintang pada daun Rhoe discolor yang akan dijadikan menjadi objek pengamatan. Diperlukan ketelitian saat mengamati objek dengan menggunakan mikroskop dan mampu membedakan bagian-bagian sel hewan maupun sel tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M. 1994. Distribusi, Patologi, dan Patogenesis. Fakultas Kedokteran Hewan . Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Dwidjoseputro, D. 1981. Pengantar Genetika. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Fieschberg. 1961. Organization and Evolution in Plants. Lonymans. University of Minnesota, Amerika.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.
Kimball, J.W. 1998. Biologi Jilid I Edisi kelima. Erlangga, Jakarta.
Sumadi. 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu, Yogyakarta.
William. 1996. Statistic in Toxicology. Published in the United States, New York.
Yatim, W. 1991. Biologi Modern Biologi Sel. Tarsito, Bandung.
BAB I
PENDAHULUAN
Tumbuhan adalah suatu kesatuanhidup yang terdiri dari berbagai macam organ yang melaksanakan fungsinya masing-masing. Dalam mempelajari struktur dan fungsi organ tertentu, seseorang harus meninjau dari konteks tumbuhan secara kesuluruhan, hanya dengan cara penelaahan setiap organ secara terpisah akan mempunyai arti penuh. Tumbuhan yang sekarang hidup umumnya termasuk dalam salah satu dari dua golongan yang berkembang biak dari biji. Dua golongan ini adalah jenis tumbuhan Gymnospermae dan Angiospermae. Gymnospermae menghasilkan biji telanjang, maksudnya biji telanjang tidak dikelilingi bakal buah atau buah.
Tujuan dilaksanakannya praktikum biologi mengenai jaringan ini adalah agar praktikan dapat jelas dalam membedakan bagian tumbuhan dan mengetahui fungsinya, selain itu juga untuk menambah pengetahuan mengenai macam-macam jaringan pada tumbuhan baik dikotil maupun monokotil, pada bagian batang maupun akar. Manfaat praktikum ini agar dapat membedakan tumbuhan monokotil dan dikotil melalui struktur tubuhnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jaringan Tumbuhan
Beberapa abad yang lalu para ahli telah melakukan penelitian tentang makhluk hidup yang mengarah pada sel, yang merupakan penyusun makhluk hidup. Sel-sel itu membentuk jaringan yaitu suatu kumpulan sel yang bentuk dan fungsinya sama. Dengan demikian yang dimaksud jaringan adalah tiap-tiap kumpulan protoplasma yang mempunyai dinding atau merupakan suatu kumpulan sel yang bentuk dan fungsinya yang sama (Sutrian, 1992). Kelompok jaringan terorganisasi menjadi organ-organ pada tumbuhan akar, batang dan daun merupakan organ utama tumbuhan tingkat tinggi. Fungsi jaringan bergantung pada penentu dan koordinasi jaringan yang mendirikannya (Radiopoetra, 1997).
2.1.1. Jaringan Tumbuhan Monokotil
Pada tumbuhan monokotil, batang memiliki ukuran yang sama dari batang sampai ujung. Tanaman monokotil tidak mempunyai cabang ikatan pembuluh tertutup, tidak berkambium, mempunyai akar serabut, biji berkeping satu, dan biji berkeping tiga (Saktiyono, 1989). Tumbuhan monokotil batangnya tidak bercabang, mempunyai ruas batang, ikatan pembuluh tersebar dan bertipe kolateral tertutup sedangkan akarnya tidak berkambium, tidak mempunyai stele dan iktan pembuluh konsentris (Pratiwi, 2004).
2.1.2. Jaringan Tumbuhan Dikotil
Xylem merupakan untuk sirkulasi air dan mineral dari akar. Xylem merupakan suatu jaringan pengangkut kompleks yang terdiri dari berbagai macam bentuk sel. Epidermis adalah tersusun oleh selapis sel yang tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Epidermis dapat membentuk derivat antara lain menjadi sel silica dan sel gabus (Poedjadi, 1994). Tumbuhan dikotil memiliki kambium, mempunyai embrio yang terdiri atas dua kotiledon, kelopak bunga yang mempunyai kelipatan dua, empat, atau lima, daun menjari dan bisa tumbuh berkembang menjadi besar (John, 2006).
BAB III
METODELOGI
Praktikum Biologi mengenal jaringan dilaksanakan pada hari senin tanggal 11 Oktober 2010 pada pukul 09.00-11.00 WIB di Laboraturium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum jaringan tumbuhan adalah akar jagung berumur umur ± 1 minggu dan batang jagung ± umur 1 minggu sebagai tanaman monokotil. Sedangkan untuk tanaman dikotil menggunakan akar kacang tanah ± umur 1 minggu dan batang kacang tanah ± umur 1 minggu.
Alat-alat yang digunakan antara lain adalah silet untuk menyayat bagian batang dan akar baik tanaman dikotil maupun monokotil. Kaca obyek dan kaca penutup untuk meletakkan sayatan dari bagian batang dan akar tanaman dikotil dan monokotil. Mikroskop berguna untuk mengamati jaringan tumbuhan (sayatan). Alat tulis untuk menggambar bagian-bagian dari jaringan tumbuhan tersebut.
3.2. Metode
Mengamati bentuk akar dan batang dari bahan tanaman dikotil dan monokotil, membuat sayatan melintang dengan menggunakan silet dari batang muda jagung dan kacang tanah, meletakkan sayatan pada kaca obyek yang sudah bersih yang telah ditetesi air. Kemudian menutup dengan kaca penutup, mengusahakan jangan ada gelembung udara di dalamnya. Mengamatai preparat tersebut di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali dan 40 kali. menggambarkan dan mejelaskan perbedaan tanaman dikotil dan monokotil.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Struktur Jaringan Tanama Jagung
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :
| |
Ilustrasi 5. Akar Jagung (monokotil perbesaran 10x)
Keterangan:
1. Epidermis
2. Endodermis
| |
Sumber: Data Primer Biologi, 2010. Sumber: http://wikipedia/ jaringan angkut
Ilustrasi 6. Akar Jagung (monokotil) perbesaran 40x
Keterangan:
1. Parenkim
2. Xylem
Pada tanaman jagung ( Zeamays ) bentuk akarnya terlihat menyebar, susunan xylem dan floem juga tidak beraturan. Pada bagian akar tampak adanya epidermis, korteks, endodermis, xylem dan floem. Dalam pengamatan akar jagung tidak ditemukan akar bulu. Hal ini sesuai dengan pendapat (Salisbury, 1995) yang menyatakan bahwa pada akar jagung tidak terdapat akar bulu. Akar bulu merupakan akar adventif dari bulu-bulu terbawah terutama bulu yang mengakhiri epikotil dekat permukaan tanah.
| |
Sumber: Data Primer Biologi, 2010. Sumber: http://wikipedia/ jaringan angkut
Ilustrasi 7. Batang jagung (monokotil) perbesaran 10x
Keterangan:
1. Xylem
2. Floem
3. Epidermis
4. Jaringan penyongkong
| |
Sumber: Data Primer Biologi, 2010. Sumber: http://wikipedia/ jaringan angkut
Ilustrasi 8. Batang jagung (monokotil) perbesaran 40x
Keterangan:
1. Epidermis
2. Sklerenkim
3. Xylem
4. Floem
Pada batang jagung tidak ditemukan adanya cambium sehingga tidak bisa tumbuh berkembang menjadi membesar dengan perkataan lain terjadi pertumbuhan meenebal sekunder. Selain itu batang tidak bercabang, mempunyai ruas batang, ikatan pembuluh menyebar. Hal ini sesuai dengan pendapat Kleinsmith (1998) bahwa pada tanaman monokotil pada batang dan akar tidak ditemukan adanya kambium, ikatan pembuluh menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya diantara xylem dan floem tidak ditemukan kambium. Pada batangnya, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara sel korteks dan stele umumnya tidak jelas.
4.2. Struktur Jaringan Kacang Tanah
| |
Sumber: Data Primer Biologi, 2010. Sumber: http://wikipedia/ jaringan angkut
Ilustrasi 9. Akar kacang tanah (dikotil) perbesaran 10x
Keterangan:
1. Korteks
2. Empulur
3. Dinding sel
4. Membran sel
5. Epidermis
6. Floem
7. Xylem
| |
Sumber: Data Primer Biologi, 2010. Sumber: http://wikipedia/ jaringan angkut
Ilustrasi 10. Akar kacang tanah (dikotil) perbesaran 40x
Keterangan:
1. Cambium
2. Xylem
3. Floem
4. Korteks
5. Empulur
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada tanaman kacang tanah (Arachis hipogea), akarnya terlihat bagian-bagiannya antara lain epidermis, korteks, endodermis, xylem dan floem. Bentuk akarnya tersusun rapih, susunan xylem dan floem juga beraturan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yatim (1991) yang menyatakan bahwa tumbuhan kacang tanah (Arachis hipogea) merupakan tumbuhan dikotil. Pada akarnya memiliki epidermis yang tersusun oleh selapis sel berdinding tipis, berkutikula, tersusun rapat. Korteks menempati sebagian besar akar, pada sel korteks dilapisi suberin yang disebut eksodermis.
| |
Sumber: Data Primer Biologi, 2010. Sumber: http://wikipedia/ jaringan angkut
Ilustrasi 11. Batang kacang tanah (dikotil) perbesaran 10x
Keterangan:
1. Membran sel
2. Dinding sel
3. Epidermis
4. Korteks
5. Empulur
6. Kambium
7. Floem
8. Xylem
| |
Sumber: Data Primer Biologi, 2010 Sumber: http://wikipedia/ jaringan angkut
Ilustrasi 12. Batang kacang tanah (dikotil) perbesaran 40x
Keterangan:
1. Korteks
2. Floem
3. Kambium
4. Xylem
5. Empulur
Berdasarkan hasil praktikum yan telah dilakukan pada tanaman kacang tanah (Arachis hipogea), batangnya terdapat kambium. Kambium terletak antara xylem dan floem. Hal ini sesuai dengan pendapat Yatim (1991) bahwa antara xylem dan floem terdapat kambium intravaskuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat diantara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium intravaskuler. Selain kambium, pada batang ditemukan epidermis, korteks, endodermis dan stele. Pertumbuhan kacang tanah bisa tumbuh berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat Kleinsmith (1998) bahwa pada batang dikotil terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam yaitu epidermis, korteks, endodermis dan stele. Stele merupakan bagian paling dalam dari batang disebut juga dengan silinder pusat. Pertumbuhan akar dan batang tumbuhan dikotil bisa berkembang mejadi membesar.
BAB V
KESIMPULAN
Bedasarkan praktikum yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa tumbuhan jagung mempunyai akar serabut, xylem dan floem menyebar atau tidak teratur pada akarnya, batang tumbuhan jagung tidak bercabang selain itu pada batang tumbuhan jagung juga terdapat xylem dan floem tidak teratur atau tidak menyebar pada akarnya, batang tumbuhan kacang tanah bercabang, selain itu pada batang tumbuhan kacang tanah juga terdapat xylem dan floem serta mempunyai kambium. Kambium yang tumbuh ke dalam disebut xylem sedangkan kambium yang tumbuh ke luar disebut floem dengan susunan xylem dan floemnya teratur atau tidak menyebar. Saran untuk praktikum tentang jaringan ini adalah pada alat-alat yang digunakan. Mikroskop elektro yang dimiliki laboraturium Fisiologi dan Biokimia hanya satu. Jadi, praktikan mendapat kendala dalam mengamati preparat karena harus bergantian. Diharapkan tahun depan Laboraturium Fisiologi dan Biokimia dapat melengkapi peralatan yang ada agar praktikan dapat melakukan pengamatan dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.
Kleinsmith, Lewis. 1998. Priciples of Cell Biology. Happer and Publisher, New York.
Kimball, JW. 1991. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Pratiwi,SM. 2004. Buku Penuntun Biologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetra. 1997. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Saktiyono. 1989. Biologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Salisbury. 1995. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Company, California.
Sutrian, yayan. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Rinek cipta, Jakarta.
Yatim, Dr. Wildan. 1991. Biologi Modern Biologi Sel. Tarsito, Bandung.
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk hidup, kita pasti melakukan aktivitas didalam hidup. Salah satu contohnya adalah kegiatan untuk memperoleh energi dan makanan untuk bertahan hidup. Oleh karna itu sebagai organisme yang hidup harus mampu dan bersedia mempertahankan hidupnya. Kegiatan yang dilakukan adalah proses pembakaran yang bersifat kimiawi dan terjadi dalam tubuh mahkluk hidup. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya diantara yang paling penting yaitu sumber energi dan karbohidrat. Organisme dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada proses pembakaran energi yang tidak henti-henti, sumber energi ini tersimpan dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat. Proses ini dinamakan fotosintesis. Fotosintesis merupakan suatu proses pembentukan senyawa organik dari dari bahan-bahan anorganik dengan batuan sinar matahari dan klorofil.
Tujuan dari praktikum biologi dengan pokok bahasan fotosintesis adalah untuk membuktikan terbentuknya zat pati atau amilum pada proses fotosintesis yang terjadi pada daun tumbuhan yang mengandung klorofil. Manfaat dari pratikum biologi dengan pokok bahasan fotosintesis adalah untuk mengetahui secara nyata dan bener tentang tejadinya proses fotosintesis pada tumbuhan dengan bantuan cahaya matahari secara langsung dan klorofil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu metabolisme dalam tanaman untuk membentuk karbohidrat yang menggunakan karbondioksida dari udara bebas dan air dalam tanah, dengan bantun cahaya matahari dan klorofil (Jumin, 1989). Fotosintesis adalah kehidupan di bumi yang digerakkan oleh energi matahari, kloroplas tumbuhan menangkap energi cahaya yang telah menembpuh jarak 160 juta kilometer dari matahari dan mengubahnya menjadi energi kimiawi yang disimpan dalam gula dan molekul organik lainnya (Campbell, 1996).
Reaksi keseluruhan dari fotositesis dapat dituliskan sebagai berikut:
6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2
Fotosintesis menghasilkan karbohidrat atau zat pati dan gas oksigen atau O2, tetapi prosesnya hanya terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil saja (Campbell, 1996).Tumbuhan tingkat tinggi mempunyai dua macam pigmen utama yang berfungsi untuk menyerap energy cahay dalam fotosintesis, yaitu klorofil A dan klorofil B serta karetonoid. Klorofil A berwarna hijau kebiruan, klorofil B berwarna hijau dan karetonoid bewarna merah, orange dan kuning (Kimball, 1998).
Cahaya putih dari matahari memiliki semua warna spectrum kasat mata dan semua diserap baik oleh klorofil. Klorofil A dan B paling kuat menyerap cahaya merah dan ungu. Sedangkan cahaya hijau paling sedikit diserap. Karetonoid paling baik menyerap spektrum yang nampak cahaya biru. Energy yang diserap karetonoid diteruskan pada A dan B, dan disinilah energy tersebut digunakan dalam fotosintesis. Klorofil B juga mempunyai fungsi yang sama (Kimball, 1998).
2.2. Macam-macam Fotosintesis
Fotosintesis dapat dibedakan menjadi dua reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi teranng terjadi pada membran tilakoid, pada reaksi ini terjadi pemecahan air atau ADP menjadi NADPH2. Dari rekasi terang dihasilkan NADPH2 dan ATP yang akan digunakan pada reaksi gelap (Saktiyono, 1989). Reaksi terang membutuhkan sinar matahari, dalam reaksi terang membutuhkan ATP dan ADP. ATP atau energi kimia dirubah menjadi energi yang siap digunakan untuk proses transportasi, cadangan makanan, pembentukan molekul-molekul organik lainnya. Pada reaksi gelap tidak membutuhkan sinar matahari, dalam reaksi ini terjadi reduksi C dari CO2 menjadi molekul gula sederhana. Energi ATP dan NADPH2 yang telah dihasilkan pada reaksi terang (Kimball, 1992).
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Fotosintesis
Fotosintesis dipengaruhi factor luar yaitu cahaya, air dan bahan-bahan organik dan pada reaksi gelap tidak membutuhkan cahaya melainkan temperatur atau suhu (George N.Fried, 2005). Tumbuhan disebut autotrof karena tumbuhan memerlukan karbohidrat dari udara air mineral dari tanah disebut fotoautotrof karena menggunakan sinar matahari untuk mensitesis karbohidrat (Neil A Campbell,1996).
2.4. Indikator Amilum
JKJ adalah kepanjangan dari Jodium, Kalium dan Iodida. JKJ berfungsi sebagai indkator amilum yang menunjukkan ada atau tidaknya proses fotosintesis. Jika ditetesi pada daun yang melakukan proses fotosintesis akan berubah menjadi warna hitam. Jika daun itu tidak melakukan fotosintesis, maka warna akan tetap atau tidak berubah (Maryati, 2004). JKJ merupakan indicator untuk membuktikan adanya glukosa dalam daun (Prawirohartono, 1999).
BAB III
METODELOGI
Praktikum biologi dengan materi Fotosintesis dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Oktober 2010 pukul 15.00-17.00 WIB di Laboraturium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Praktikum Biologi dengn materi fotosintesis memerlukan alat dan bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun, alcohol, dan JKJ (Jodiom Kalium Jiodida). Alat yang dilakukan untuk melakukan kegiatan praktikum fotosintesis menggunakan kertas timah untu menutupi daun, kemudian menggunakan penjepit kertas untuk menjepit daun saat merebus daun. Cawan petri dan Bunsen untuk memanaskan air dan untuk merebus daun. Pipet digunakan untuk meneteskan JKJ ke permukaan daun, kemudian menggunakan alat tulis untuk mencatat dan menggambar objek yang diamati.
3.2. Metode
Sebelum melaksanakan praktikum beberapa daun tumbuhan yang terkena sinar matahari langsung, kedua permukaan daun ditutup dengan aluminiumfoil selama beberapa hari, kemudian petik dan masukkan daun ke dalam alcohol panas hingga berwarna putih atau klorofil larut semua. Kemudian ambil daun dan letakkan pada cawan petri kemudian tetesi dengan JKJ keseluruh permukaan daun kemudian mencatat dan mengamati perubahan warna yang terjadi setelah ditetesi JKJ pada daun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Fotosintesis Daun Gamal Tanpa Aluminium foil
Daun gamal tampa amilum foil sebelum dipanaskan dalam amilum foil. Hal ini dikarenakan daun tersebut mengandung klorofil (zat hijau daun). Berdasarkan hasil praktikum fotosintesis, berikut ditampilkan ilustrasi daun gamal tampa amilum foil sebelum dipanasi dengan alcohol.
|
Ilustrasi 13. Daun sebelum di panaskan dalam alkohol
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2010.
Keterangan:
1. Daun berwarna hijau
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2010.
Ilustrasi 14. Daun saat dipanaskan di dalam alkohol
Keterangan:
1. Gelas beker
2. Alkohol
3. Daun
4. Kaki tiga
5. Bunsen
|
Sumber, Data Primer Praktikum Biologi, 2010.
Ilustrasi 15. Daun Setelah Dipanasi Dengan Alkohol.
Keterangan:
1. Daun berwarna hijau pucat
2. Cawan petri
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2010.
Ilustrasi 16. Daun saat ditetesi JKJ
Keterangan:
1. Pipet tetes
2. JKJ
3. Daun berwarna putih
4. Cawan petri
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2010.
Ilustrasi 17. Daun setelah ditetesi JKJ
Keterangan:
1. Cawan petri
2. Daun berwarna coklat gelap
Berdasarkan hasil praktikum daun yang tidak ditutupi aluminium foil bewarna coklat merata. Setelah daun dimasukkan ke dalam alcohol panas maka daun akan berubah menjadi putih kemudian daun ditetesi JKJ (Jodium Kalium Jodida) warna daun berubah menjadi gelap berbeda dengan daun yang tidak ditutupi aluminium foil yaitu warnanya putih. Hal ini sesuai dengan pendapat Saktiyono (1989) yang menyatakan bahwa pada daun yang tidak di tutupi aluminium foil warnanya lebih gelap Karena daun melakukan fotosintesis secara maksimal. Jadi, kandungan glukosa lebih tinggi hal ini juga sesuai dengan pendapat Yatim (1991) yang menyatakan bahwa terjad perubahan warna pada daun yang tidak ditutupi dengan aluminium foil dan perbedaan warna dengan daun yang ditutup aluminium foil. Pada daun yang tidak ditutup aluminium foil terbentuk amilum karena tidak teralang oleh aluminium foil. Hal ini menunjukkan pada bagian daun terbentuk zat amilum yang merupakan hasil fotosintesis.
4.2. Fotosintesis Daun Gamal dengan Aluminium foil
Daun gamal tampa amilum foil sebelum dipanaskan dalam amilum foil. Hal ini dikarenakan daun tersebut mengandung klorofil (zat hijau daun). Berdasarkan hasil praktikum fotosintesis, berikut ditampilkan ilustrasi daun gamal tampa amilum foil sebelum dipanasi dengan alcohol.
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2010.
Ilustrasi 18. Daun sebelum ditutupi aluminium foil
Keterangan:
1. Daun berwarna hijau
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2010.
Ilustrasi 19. Daun setelah ditutupi aluminium foil
Keterangan:
1. Daun berwarna hijau
2. Daun ditutup aluminium foil
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2010.
Ilustrasi 20. Daun saat dipanaskan di dalam alkohol
Keterangan:
1. Gelas beker
2. Alkohol
3. Daun berwarna hijau
4. Kaki tiga
5. Bunsen
6. Spiritus
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2010.
Ilustrasi 21. Daun saat ditetesi JKJ
Keterangan:
1. Pipet tetes
2. JKJ
3. Daun berwarna putih
4. Cawan petri
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2010.
Ilustrasi 22. Daun setelah ditetesi JKJ
Keterangan:
1. Daun berwarna coklat gelap
2. Daun berwarna putih
3. Cawan petri
Pada praktikum fotosintesis uji daun yang tertutup kertas timah dihasilkan perbedaan warna antara daun yang ditutupi kertas timah. Pada daun yang ditutupi kertas timah yang warnanya terang atau putih. Hal ini disebabkan pada bagian daun yang tertutup tidak mengalami fotosintesis dan tidak menghasilkan karbohidrat sehingga terjadi perbedaan warna antara daun yang ditutup aluminium foil (kertas timah) dengan daun yang tidak ditutupi aluminium foil (kertas timah). Daun yang ditutupi aluminium foil tampak berwarna lebih terang, pada bagian itu tidak terbentuk amilum karena sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis terhalang oleh aluminium foil tersebut. Daun yang tertutup aluminium foil setelah dimasukkan ke dalam alcohol panas dan ditetesi JKJ (Jodium Kalium Jodida) tapak berwarna lebih putih atau lebih terang. Walaupun masih memiliki klorofil, tetapi tetap tidak bisa melakukan fotosintesis karena tidak ada sinar matahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1990) yang menyatakan bahwa perbedaan yang tampak pada daun menunjukkan bahwa sinar matahari sangat berperan dalam proses fotosintesis, meskipun ada klorofil tetapi tanpa cahaya matahari daun tersebut tidak bisa berperan dalam proses fotosintesis.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum fotosintesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan warna pada daun yang ditutupi kertas timah aluminium yang berwarna terang tidak menghasilkan amilum karena terhambat fotosintesisnya. Sedangkan pada daun yang tidak ditutupi kertas aluminium yang berwarna gelap menunjukkan adanya amilum yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses penyusunan senyawa organik dari bahan anorganik yang tidak bisa terjadi tanpa bantuan sinar matahari dan klorofil. Selain itu factor lain yang mempengaruhi proses fotosintesis adalah intensitas cahaya, suhu, temperatur, supply karbondioksida, luas permukaan daun. Fotosintesis sangat berperan bagi tumbuhan karena menghasilkan amilum yang merupakan sumber energy bagi tumbuhan itu sendiri. Saran untuk praktikum fotosintesis adalah bahan yang diperlukan untuk praktikum sudah memadai dan berfungsi dengan baik. Perlu ke hati-hatian saat merebus daun dengan menggunakan alkohol. Asisten jada dan asisten pembimbing sudah aktif dalam membantu praktikan yang memiliki kendala dalam praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, A Neil. 1996. Biologi Edisi Kelima Jilid Satu. Erlangga, Jakarta.
Dwidjoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia, Jakarta.
George A Fried. 2006. Biologi Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Kimball. 1992. Biologi Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Kimball. 1998. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta.
Saktiyono.1989. Biologi 2. Erlangga, Jakarta.
Yatim, Dr. Wildan. 1991. Biologi Modern Biologi Sel. Tarsito, Bandung.
BAB I PENDAHULUAN Anatomi hewan merupakan suatu ilmu yang mempelajari bagian-bagian organ tubuh hewan. Ilmu anatomi, fisiologi dan embriologi adalah ilmu mengenai struktur, fungsi dan perkembangan dari suatu hewan. Salah satu yang termasuk dalam kelas amphibian adalah katak. Amphi yang berarti rangkap dan bios berarti kehidupan, sehingga amphibian adalah hewan yang hidup di dua alam yaitu air dan juga darat. Amphibion seperti katak memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut seperti mempunyai kulit yang licin dan mengeluarkan bau amis. Bau amis ini digunakan untuk melindungi diri dari lingkungan sekitarnya yang dapat membahayakan dirinya. Praktikum anatomi hewan ini bertujuan untuk mengetahui bagian organ-organ penyusun katak beserta fungsinya, seperti organ pernafasan dan pencernaan yang terdapat pada katak. Manfaat praktikum ini adalah agar dapat mengenal dan mengetahui karakteristik katak, sistem pernafasan dan sistem pencernaan, serta struktur dan fungsi sistem pernafasan dan sistem pencernaan pada katak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Katak Katak tergolong ke dalam ordo Anura, yaitu golongan amphibi tanpa ekor. Katak hidup di dua alam, yaitu di air dan di darat, namun untuk perkembangbiakan pada umumnya katak masih bergantung pada air. Pembuahan biasanya terjadi di luar tubuh induk betina dan telur yang dikeluarkan oleh induk betina terbungkus dalam lapisan lendir yang terbentuk gumpalan atau selongsong panjang. Perkembangan dari telur menjadi katak biasanya melalui tahap menjadi kecebongyang mempunyai ekor lebih panjang dari tubuhnya dan seluruhnya hidup di dalam air. Ekor akan menghilang dalam proses metamorphosis dan berbentuk miniatur katak yang disebut dengan peral (Susanto, 1988). Katak mempunyai paru-paru dan tulang anggota tubuh yang memberikan sarana untuk lokomosi dan bernafas di udara. Katak memiliki warna yang ditimbulkan oleh pigmen-pigmen yang terdapat di dalam sel-sel pigmen (Kimball, 1992). Katak mempunyai jantung tiga ruang yang terdiri dari dua atrium dan sebuah ventrikel, respirasi dengan insang dan paru-paru, temperatur tubuh berubah-ubah (poikilometri), fertilisasi eksternal maupun internal kebanyakan berbentuk telur (Storer, 1977). Di dalam rongga mulut katak terdapat lidah ujungnya bercabang dua, rahang atas terdapat gigi yang berbentuk kerucut berguna untuk menangkap mangsanya, rahang bawah, langit-langit, tulang vormer berbentuk V yang terdapat pada langit-langit dan bergigi-gigi, dua lubang hidung dalam satu koane yang terletak di kanan kiri tulang vormer sebagai penghubung lubang hidung dan rongga mulut, pada badan terdapat dua pasang tungkai yaitu tungkai muka terdiri dari lengan atas, lengan bawah, telapak tangan dan jari-jari (berjumlah empat buah), tungkai belakang terdiri dari paha (femur), betis, telapak kaki, jari-jari berjumlah lima buah, selaput renang (berupa kulit tipis yang terdapat di antara jari-jari). Tubuh katak dilindungi oleh kulit tipis dan licin mengandung banyak lender, kulit tersebut dapat juga digunakan untuk pernafasan dan menyerap air (Sutarno, 1990). 2.2. Sistem Pernafasan Pada Katak Organ pernafasan katak terdiri dari celah gotis, laring, paru-paru dan alveoli. Laring terbentuk dari tulang rawan yang mempunyai dua pita elastis, yaitu pita suara. Paru-paru katak terdiri dari dua kantung erpis yang elastis dengan sedikit lipatan di dalam yang membantu permukaan bagian dalam untuk membentuk alveoli. Alveoli dibatasi oleh pembuluh-pembuluh kapiler paru-paru. Penyerapan paru-paru dihubungkan oleh bronkus pendek ke kantong suara atau laring di belakang glotis (Kastowo, 1984). Sistem respirasi katak dewasa yaitu bernafas dengan paru-paru yang berupa kantung-kantung yang pada dindingnya terdapat banyak ruang. Paru-paru berhubungan dengan dua bronkus, laring yang mengandung tali-tali vocal, faring dan lorong-lorong massal. Lubang dalam dari lorong-lorong massal disebut hidung dalam (Kimball, 1992). Paru-paru katak mempunyai kulit dengan bagian dalam yang mengeluarkan permukaan dalam untuk membentuk bilik kecil atau alveoli. Ini adalah barisan dengan pembuluh kapiler paru-paru, setiap paru-paru dihubungkan oleh brokus yang pendek untuk membentuk laring di belakang glottis atau celah suara. Laring merupakan penebalan dari kartilago (tulang rawan yang terdiri dari dua elastic pembalut yang mengeluarkan suara pada saat udara mendesak dengan kuat dari paru-paru) (Storer, 1977). Pada katak paru-parunya berupa dua kantong berdinding tipis terletak dalam badan dan berhubungan dengan rongga mulut melalui lubang celah glottis. Pada amphibi kulit merupakan sarana tambahan untuk pertukaran gas dalam melakukan proses respirasi (Kimball, 1992). 2.3. Sistem Pencernaan Pada Katak Organ pencernaan katak terdiri dari beberapa saluran, yaitu mulut, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar dan kloaka. Lidah terdapat didalam rongga mulut yang dapat digulung dan berpangkal pada ujung rahang bawah. Selain lidah, juga terdapat gigi yang yang berderet sepanjang tepi maxilla yang berfungsi untuk mencengkeram mangsanya (Kimball, 1992). Gigi berbentuk seperti kerucut dan terdapat di rahang-rahang atas bagian depan. Makanan di mulut bercampur dengan air ludah beserta enzim-enzim dan bakteri untuk mempermudah menelan makanan (Maryati, 2004). Dinding kerongkongan mempunyai otot yang berfungsi menyalurkan makanan dari mulut, terjadinya gerak peristaltik berfungsi untuk menghancurkan makanan (Kimball, 1992). Lambung merupakan tabung besar yang berdinding tebal berwarna putih dan terletak di sebelah kiri rongga perut. Makanan di dalam lambung dicerna secara kimiawi dan mekanis. Fungsi lambung untuk menyiapkan makanan sementara, mencampur dan membantumencerna makanan dengan sekresi lambung, hidroklorida dan mengontraksi makanan kedalam usus 12 jari Suripto (1992). Usus dibagi menjadi tiga, yaitu duodenum, jejunum dan ileum yang batas ketiganya tak jelas. Duodenum merupakan bagian terpenting dari usus halus yang berasal dari pankreas dan mengalirkan tiga macam enzim. Makanan masuk ke dalam hepatica(saluran vena) ke dalam hati sebelum menuju usus besar. Setelah menuju ke usus besar akan terjadi penyerapan air, jika kadar air tersebut berlebihan. Usus besar banyak terdapat bakteri yang berfungsi dalam proses pembusukan (Kastowo, 1984). Kloaka merupakan lubang pelepasan dimana bermuaranya tiga saluran, yaitu saluran pencernaan, kelamin dan urine. Kloaka adalah tempat pembuangan hasil pencernaan pada katak (Suripto, 1992). Hati adalah saluran salah satu kelenjar pencernaan berwarna merah kecoklatan. Hati merupakan tempat penghancuran sel-sel darah merah yang sudah tua yang berubah menjadi bilirubin dan pada akhirnya menjadi zat empedu, kemudian dikeluarkan melalui dudus hepatias dan ditampung pada kantung empedu yang berwarna kehijau-hijauan (Kastowo, 1984). Pankreas melekat diantara ventrikulus dan usus dua belas jari yang menghasilkan enzim pencernaan. Pankreas berwarna berwarna putih kekuning-kuningan (Kimball, 1992). BAB III METODELOGI Praktikum Biologi mengenai Anatomi Hewan dilaksanakan pada hari Senin, 25 Oktober 2010 pukul 09.00-11.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. 3.1. Materi Bahan yang digunakan adalah katak sawah, kloroform untuk membius katak agar pingsan, formalin atau alkohol untuk mengawetkan hewan percobaan. Alat yang digunakan adalah botol pembunuh, baki bedah, gunting, pisau bedah untuk membedah katak sawah, pinset, penjepit, jarum pentul untuk menancapkan kaki katak agar tidak mengganggu pada saat pembedahan, dan alat tulis untuk menggambar serta menulis hasil praktikum tersebut. 3.2. Metode Cara kerja pada anatomi hewan adalah memasukkan katak ke dalam kantong plastik kemudian memasukkan kapas yang sudah diberi kloroform dan tunggu katak sampai pingsan, lalu meletakkan katak pada baki bedah dan pentangkan kaki katak kemudian tusuk dengan dengan jarum agar tidak mengganggu saat percobaan. Menyayat katak dengan pisau bedah. Mengamati organ-organ yang terlihat dan mencatat semua hasil pengamatan serta menggambar bagian organ pernafasan dan pencernaan katak. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Inspectio Amphibia Rana canorivora Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat dilihat gambar katak sawah, sebagai berikut:
Sumber, Data Primer Praktikum Biologi 2010. Sumber: enurfajar.blogspot.com Ilustrasi 23. Katak Sawah Keterangan : 1. Mata 2. Hidung 3. Mulut 4. Selaput Renang 5. Punggung 6. Pori Kulit 7. Punggung 8. Kaki Depan 9. Kaki Belakang Ilustrasi tersebut memperlihatkan bentuk dan bagian orgam luar katak, secara keseluruhan gambar tersebutmemperlihatkan struktur-struktur tubuh seperti adanya mata, mulut, hidung, selaput renang, punggung, pori kulit, perut, kaki depan, kaki depan, dan kloaka. Kulit pada katak memiliki fungsi yang khas karena selain sebagaipelindung tubuh juga sebagai alat pernafasan. Sesuai dengan pernyataan Kimball (1994) yang menyatakan bahwa pada umumnya organ luar katak yaitu kulit selain berfungsi sebagai pelindung tubuh juga sebagai alat pernafasan. Kulit katak memiliki klenjar-klenjar yang menghasilkan lendir sehingga kulit dalam keadaan basah klenjar ini terdapat dibawah epidermis yang bermuara dipermukaan kulit katak. Struktur luar tubuh katak terdiri dari kepala, naras anteriores, celah mulut, organon visus, membran timpani, leher (tidak tampak), badan , kloaka, bracium, anthe bracheun, manus, digiti, femur, crus, pes, selaput renang.hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sutarno (1990) bahwa pada badan terdapat dua pasang tungkai yaitu tungkai muka terdiri dari lengan atas, lengan bawah, telapak tangan dan jari-jari (berjumlah empat buah), tungkai belakang terdiri dari paha (femur), betis, telapak kaki, jari-jari berjumlah lima buah, selaput renang (berupa kulit tipis yang terdapat di antara jari-jari). Tubuh katak dilindungi oleh kulit tipis dan licin mengandung banyak lender, kulit tersebut dapat juga digunakan untuk pernafasan dan menyerap air. 4.2 Morfologi Amphibi Rana canorivora Sumber, Data Primer Praktikum biologi 2010. Sumber: casthazahra.blogdetik.com Ilustrasi 24. Penampang Melintang Katak Sudah Dibedah Keterangan : 1. Rongga Mulut 2. Faring 3. Jantung 4. Hati 5. Lambung 6. Usus 12 jari 7. Paru-paru 8. Usus Besar 9. Usus Halus 10. Kloaka Berdasarkan ilustrasi diatas mengenai organ katak secara keseluruhan setelah dibedah terlihat organ-organ yang membentuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Sistem pernafasan yaitu hidung, laring, dan paru-paru. Sistem pencernaan yaitu mulut,faring lambung, pankreas, empedu, doudenum, jejenum, ileum, usus besar, dan kloaka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suripto (1992) yang menyatakan bahwa sistem pernafasan katak terdiri dari kulit dan paru-paru. Sistem pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, faring, faring, kerongkongan lambung, duedenum, jejenum, ileum,usus besar, dan kloaka. 4.3 Digestorium Amphibi Rana canorivora Sumber: Data Primer 2010 Sumber: casthazahra.blogdetik.com Ilustrasi 25. Sistem Pencernaan Katak Keterangan : 1. RonggaMulut 2. Kerongkongan 3. Lambung 4. Usus 12 jari 5. Usus halus 6. Usus besar 7. Kloaka Katak memiliki system pencernaan yang terdiri dari saluran ppencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, gigi, maxilla, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar dan kloaka. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati, kantung empedu dan pancreas. Lidah terdapat di dalam rongga mulut dan sepanjang gigi maxilla. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball (1992), yang menyatakan bahwa lidah juga terdapat pada deretan sepanjang tepi gigi maxilla yang berfungsi untuk mencengkeram mangsanya yang dapat digulungkan berpangkal pada ujung rahang bawah kemudian diteruskan ke faring selanjutnya ke kerongkongan menuju ke lambung, dari lambung ke usus dua belas jari yang merupakan bagian pertama dari usus halus menuju usus besar yang berakhir pada kloaka yang merupakan muara tiga saluran. Lambung pada katak merupakan tabung besar yang berdinding tebal berwarna putih dan terletak di sebelah kiri rongga perut. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryati (2004), bahwa makanan di dalam lambung dicerna secara kimiawi dan mekanis. 4.3 Resphiration amphibi Rana canorivora
Sumber, Data Primer 2010 Sumber: gurungeblog.wordpress.com Ilustrasi 26. Sistem Pernafasan Katak Keterangan : 1. Lubang Hidung 2. Laring 3. Trakea 4. Bronkus 5. Bronkiolus 6. Paru-paru 7. Alveoli Organ pernafasan katak terdiri dari celah glotis, laring, paru-paru, dan alveoli. Pernafasan katak melalui hidung yang dilanjutkan ke kerongkongan yang terdapat percabangan yang sering disebut juga dengan bronkus. Bronkus memiliki percabangan yang berfungsi menghubungkan dengan paru-paru yang berjumlah dua, yaitu di bagian kiri dan kanan, yang di dalam paru-paru tersebut terdapat alveoli. Hal ini sesuai dengan pendapat Kastowo (1984), yang menyatakan bahwa alveoli dibatasi oleh pembuluh kapiler paru-paru. Penyerapan paru-paru dihubungkan oleh bronkus pendek ke kantung suara atau laring yang terdapat di belakang glotis dan mempunyai pita suara. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball (1992), bahwa paru-paru berhubungan denagn dengan dua bronkus dan laring yang mengandung tali-tali vokal, faring dan lorong-lorong massal. . BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum tentang Anatomi Hewan dapat disimpulkan bahwa katak memiliki organ pernafasan yang terdiri dari celah glotis, laring, paru-paru dan alveoli. Ketika katak masih berudu bernafas dengan insang, sedangkan katak dewasa memakai paru-paru, kulit dan selaput di bawah rongga sebagai alat respirasi. Sistem pencernaan terjadi melalui dua proses, yaitu kimiawi dan mekanik. Sistem pencernaan pada katak terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, gigi, maxilla, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar dan kloaka. Kelenjar pencernaan terdirir dari hati, kantung empedu dan pancreas yang masing-masing memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting dalam tubuh katak. Saran untuk praktikum Anatomi Hewan ini diperlukannya keahlian dan kehati-hatian mneggunakan alat saat membedah atau menyayat sisik ikan pada sisi yang akan diamati pada katak. Mengamati dengan teliti bagian-bagian organ morfologi, organ luar katak,sistem pernafasan katak dan sistem pencernaan katak. DAFTAR PUSTAKA Kastowo, . 1984. Anatomi Kooperative. Alumni, Bandung. Kimball, J. W. 1992. Biologi. Erlangga, Jakarta. Maryati. 2004. Biologi. Erlangga, Jakarta. Stoner, Usinger, Ny bakken, Stebbins. 1977. Elements of Zoology. Tosho Printing Co, LTD, Japan. Soeripto.1992.Anatomi Ikan, Katak, Kadal, Merpati, dan Marmut. DKU, Jakarta. Susanto, H. 1988. Budidaya Kodok Unggul. Penebar Swadaya, Bandung. Sutarno, Drs. 1990. Biologi. Widya Duta, Surakarta. enurfajar.blogspot.com casthazahra.blogdetik.com gurungeblog.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN Setiap mahluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu proses yang mana keduanya berjalan sejajar dan berdampingan. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran meliputi, pertambahan volume, pertambahan panjang, tinggi, dan pertambahan massa. Pertumbuhan biasanya dinyatakan dengan satuan bilangan. Yaitu persentasi, kurva (grafik). Perkembangan adalah proses munuju kedewasaan. Tujuan dari praktikum ini membuktikan bahwa tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang, dalam hal ini yang digunakan adalah tanaman jagung dan kacang tanah untuk mengamati pertumbuhan dan perkembangannya. Manfaat dari praktikum ini adalah mengamati secara langsung pada tanaman jagung dan kacang tanah yang mengalami petumbuhan dan perkembangan, serta dapat membedakan beberapa periode pertumbuhan suatu organisme dengan menggambarkan ke dalam grafik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan merupakan proses pertambahan volume dan jumlah sel yang mengakibatkan bertambah besarnya organisme. Pertambahan jumlah sel terjadi karena adanya pembelahan mitosis, artinya organisme yang tumbuh tidak akan kembali ke ukuran semula (Istamar, 2000). Pertumbuhan adalah suatu proses fisiologis dalam organisme yang berupa perubahan bentuk dan ukuran sel sebagai akibat adanya penebalan, pembesaran dan perbanyakan sel sehingga dapat disebut pula pertumbuhan merupakan perkembangan maju suatu makhluk hidup. Kenaikan volume dalam pertumbuhan disebabkan oleh pertambahan jumlah sel dan pembesaran dari tiap sel (Prawirohartono, 1991). Perkembangan adalah suatu proses kemajuan yang terjadi secara berangsur-angsur dari kompleksitas rendah ke kompleksitas tinggi dan terjadi diferensiasi. Perkembangan yang terjadi pada hewan maupun tumbuhan tidak terbatas pada morfogenesis dan diferensiasi, tetapi juga mencakup suatu peningkatan besarnya suatu organisme tersebut. Pada tanaman, aktifitas perkembangan yang vital ini banyak tumpang tindih (Kimball, 1998). Pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan pertambahan volume/ruang secara permanen/pertambahan volume yang tidak balik (irreversib increase involume). Pertama-tama diajukan oleh Thiman. Devinisi ini merupakan salah satu yang paling tepat dari sudut morfogenesis. Daun dapat layu yang mengakibatkan volume mengecil dan batang pohon apabila diukur secara teliti sering menunjukkan fruktosa siang dan malam hari karena perbedaan kandungan air atau sel-sel pada batang (Baritno, 1995). 2.2. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan menjadi pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer terjadi sebagai hasil pembelahan sel jaringan meristem primer. Pertumbuhan ini terjadi pada sel-sel embrional pada embrio, ujung akar dan ujung batang. Pertumbuhan sekunder prosesnya mula-mula kambium hanya terdapat pada vasis atau ikatan pembuluh. Kambium disebut kambium vasis atau kambium intravasikuler. Aktivitas kambium mengakibatkan pertumbuhan sekunder yaitu besar batang dan akar tanaman (Syamsuri, 1995). Adapun proses pertumbuhan sekunder adalah sebagai berikut, kambium vaskuler membelah kearah dalam membentuk xilem dan kearah luar membentuk floem. Parenkim batang atau akar diantara vasis berubah menjadi kambium intravasikuler. Felogen membelah kearah luar membentuk xilem dan kearah dalam membentuk feloderm (Prawirohartono, 1991). Pertumbuhan sekunder pada pohon dikotil tidak tepat sepanjang tahun. Pada saat musim hujan dan cukup hara, pertumbuhan cepat sedangkan pada saat musim kemarau pertumbuhan lambat atau berhenti. Hal ini mengakibatkan terdapat lingkaran pada batang yang disebut lingkaran tahun (Syamsuri, 1995). Jaringan permanen sebagai hasil diferensiasi pada ujung batang dan akar dikotil terdiri dari jaringan epidermis, parenkima, kolenkima, sklerenkima, protofloem, dan protoxilem. Sedangkan jaringan kambium masih tetap bersifat meristematis (Istamar, 2000). 2.3. Faktor-Faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Beberapa faktor yag mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain adalah: Faktor Intraseluler (Hormon). Hormon yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan meliputi: Hormon Auksin berfungsi pada pemanjangan dan diferensiasi sel; Hormon Sitokinin berfungsi pada pertumbuhan, perkembangan, dan pembungaan; Hormon Giberalin berfungsi pada pertumbuhan, pemanjangan, dan perkecambahan; Asam Absitat berfungsi untuk menutup stomata dan mematahkan dormasi; Hormon Etilen berfungsi untuk mendorong pemasakan buah. Faktor Ekstraseluler (Gen). Gen mengatur pola pertumbuhan, mengontrol sintesis protein dan didalamnya terkandung sifat keturunan. Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, antara lain sebagai berikut: Nutrisi ini sangatlah penting dalam menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman; Air untuk membantu perkecambaha biji dan menjaga kelembaban; Suhu pada pertumbuhan dibutuhkan suhu optimum berhubungan denga enzim; Oksigen berfungsi dalam respirasi; Cahaya untuk merangsang pembungan dan hubungan dengan fitokrom (Amien, 1994). Faktor-faktor tersebut sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Apabila kedua faktor tersebut tidak dipenuhi, akan mengakibatkan tanaman tumbuh lamban dan kurang baik perkembangannya (Kimbal, 1998). BAB III METODELOGI Praktikum Biologi dengan materi Pertumbuhan dan Perkembangan Organisme dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 15 November 2010 pukul 09.00-11.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan menggunakan alat yaitu gelas aqua bekas sebagai tempat menanam jagung dan kacang tanah, penggaris atau meteran dan jangka sorong untuk mengukur tinggi tanaman,panjang tanaman, panjang akar, dan diameter batang, serta label untuk menunjukkan umur tanaman tersebut dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Menggunakan bahan yaitu biji kacang tanah dan biji jagung, media tanamnya menggunakan kapas basah sebagai pengganti tanah. 3.2. Metode Praktikum Pertumbuhan dan perkembangan menggunakan metode yaitu yang pertama melubangi empat gelas aqua bekas bagian bawahnya agar air dapat bersirkulasi dengan baik, mengisi gelas aqua bekas dengan kapas yang telah dibasahi, minggu pertama menanam 4 biji jagung dan kacang tanah pada gelas aqua bekas I. Minggu kedua menanam 4 biji jagung dan kacang tanah dengan perlakuan yang sama pada gelas aqua bekas II. Minggu ketiga menanam lagi 4 biji jagung dan kacang tanah dengan perlakuan yang sama pula pada gelas aqua bekas III. Minggu keempat menanam 4 biji jagung dan kacang tanah pada aqua gelas ke IV. Melakukan penyiraman setiap hari pada masing-masing gelas aqua bekas, setelah minggu keempat, bongkar semua tanaman dan bersihkan, kemudian mengamati, mengukur tinggi jagung dan kacang tanah, mengukur diameter tanaman jagung dan kacang tanah, serta menghitung jumlah daun jagung dan kacang tanah, kemudian catat hasil pengamatan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung Berdasarkan hasil praktikum pertumbuhan dan perkembangan didapatkan hasil sebagai berikut:
Ilustrasi 27. Tanaman jagung Sumber, data primer praktikum biologi 2010. Tabel 1. Pertumbuhan Tanaman Jagung
Sumber, Data Primer Praktikum Biologi 2010. Sumber, Data Primer Praktikum Biologi 2010. Ilustrasi 29. Grafik pertumbuhan tanaman jagung
Sumber, infokuljar.blogspot.com. Ilustrasi 30. Kurva sigmoid tanaman jagung Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman jagung diawali dari perkecambahan. Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio, saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. Berdasarkan dari pengamatan pada tanaman jagung berumur dua minggu ,tiga minggu, empat minggu, dan lima minggu didapatkan hasil yang berbeda. Mulai dari dari jumlah daun, panjang tanaman, tinggi tanaman, panjang akar, dan diameter batang . hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Faktor-faktor tersebut termasuk dalam factor lingkungan dan foktor internal tumbuhan. Menurut Kimball (1987) bahwa faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain air, nutrient, cahaya, suhu, kelembapan. Hal ini sangat didukung oleh pendapat Amien (1994) sangatlah penting dalam menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air untuk membantu perkecambahan biji dan menjaga kelembapan, suhu. Pada pertumbuhan dibutuhkan suhu optimum berhubungan dengan enjim. Oksigen berfungsi dalam respirasi. Cahaya untuk merangsang pembentukan daun dan hubungan fitokrom. 4.2. Pertumbuhan dan Perkembngan Tanaman Kacang Tanah Berdasarkan hasil praktikum pertumbuhan dan perkembangan didapatkan hasil sebagai berikut:
Sumber, data primer praktikum biologi 2010. Tabel 2. Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah
Sumber, Data Primer Praktikum Biologi 2010. Sumber, Data Primer Praktikum Biologi 2010. Ilustrasi 31. Grafik pertumbuhan tanaman kacang tanah
sumber, deyasmadani.blogspot.com Ilustrasi 32. Kurva sigmoid tanaman kacang tanah Berdasarkan hasil praktikum pada ilustrasi diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan tanaman kacang tanah dari minggu kedua sampai minggu kelima mengalami peningkatan yang lambat jika dibandingkan dengan tanaman jagung. Hal ini dikarenakan pada tanaman kacang tanah merupakan tanaman dikotil yang perkecambahannya berbeda dengan tanaman jagung. Kacang tanah cenderung lamban dalam proses perkecambahannya sebab memiliki sifat-sifat tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kimball (1987) yang menyatakan bahwa ukuran dan bentuk tumbuhan banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat tertentu yang menurun berupa gen yang terdapat pada tumbuhan dikotil. Pada data yang terlihat pada kedua tabel pengamatan tersebut terlihat pertumbuhan yang cukup signifikan, pada jagung ataupun pada kacang tanah yang berumur 2 minggu sudah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, kemudian minggu ketiga perubahan panjang tanaman meningkat tetapi tidak terlalu cenderung dibandingkan minggu kedua, pada minggu keempat perubahan dari jumlah daun, panjang tanaman, panjang akar, diameter batang meningkat tajam pada jagung disebabkan jumlah dan panjang akar sudah bertumbuh pesat. tapi kacang tanah perubahannya masih sama dibandingkan minggu kedua dan minggu ketiga. Pada minggu kelima menunjukkan pertumbuhan cenderung normal. Tapi pada panjang akar dan panjang tanaman jagung terlihat juga pertumbuhan yang meningkat tinggi disbanding minggu kedua, ketiga, dan keempat. Apbila dapat diklasifikasikan proses pertumbuhan dalam pertumbuhan tersebut terdiri dari tiga fase yaitu mingu awal adalah fase persiapan minggu selanjutnya sebagai periode percepatan dan pada minggu-minggu tertentu akan akan menjadi periode perlambatan dimana suatu tumbuhan mengalami fase perlambatan dan kotiledon sudah tidak tampak. Hal ini sesuai dangan pendapat Kimball (1987) yang menyatakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan dibagi menjadi tiga fase yaitu periode persiapan, periode percepatan ,dan periode perlambatan.Berdasarkan dari grafik pertumbuhan tanaman jagung dan tanaman kacang tanah dapat diketahui bahwa tanaman jagung umur dua minggu dengan panjang 22 cm, jagung tiga minggu dengan panjang 26 cm, jagung empat minggu dengan panjang 48,2. Pada kacang tanah panjangnya berturut-turut minggu kedua, ketiga, keempat, dan minggu kelima adalah 11cm, 16,5 cm, 25 cm, dan 36 cm. Jumlah daun pada jagung berturut-turut adalah 3 helai, 6 helai, 9 helai, dan 12 helai. Tinggi tanaman kacang berturut-turut adalah 6,5 cm, 9,5 cm, 14 cm, dan minggu kelima adalah 24 cm. Panjangakar kacang tanah berturut-turut adalah 4,6 cm, 7 cm, 11 cm, dan 12 cm. diameter tanaman kacang minggu kedua adalah 0.14 cm, minggu ketiga adalah 0,17 cm, minggu keempat adalah 0,2 cm, dan minggu kelima adalah 0,27 cm. Jumlah daun tanaman kacang minggu kedua adalah 12 helai, minggu ketiga adalah 16 helai, minggu keempat adalah 20 helai, dan minggu kelima adalah 28 helai. Sedangkan tinggi tanaman jagung minggu kedua 4,5 cm, ketiga 7,2 cm, keempat 8,5cm, dan minggu kelima adalah 12,2 cm. Panjang akar jagung minggu kedua adalah 9,5 cm, minggu ketiga adalah 17 cm, minggu keempat adalah 19 cm, dan minggu kelima adalah 36 cm. Diameter tanaman jagung pada minggu kedua adalah 0,09 cm, pada minggu ketiga adalah 0,12 cm, pada minggu keempat adalah 0,24 cm, dan minggu yang kelima adalah 0,43 cm. Peningkatan ini juga terjadi pada seluruh indikator baik pada jagung maupun kacang tanah atau secara umum terlihat melalui grafik bahwa pertumbuhan kacang tanah lebih lambat dari pada pertumbuhan jagung hal ini disebabkan hormone jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball (1987) yang menyatakan bahwa hormone juga perpengaruh pada pertumbuhan, seperti hormon gibrellin, sitokinin, asam absisat dan hormone lainnya. Faktor lain juga dapat juga mempengaruhi antara lain seperti faktor lingkungan. BAB V KESIMPULAN Berdasarkan praktikum mengenai pertumbuhan dan perkembangan ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah proses pertambahan volume dan jumlah sel yang menyebabkan bertambh besarnya ukuran organisme. Perkembangan adalah suatu proses kemajuan yang berangsur – angsur dari kompleksitas rendah ke kompleksitas tinggi disertai deferensiasi sel. Selain itu pertumbuhan merupakan proses fisiologi dalam organisme yang berupa perubahan bentuk dan ukuran. Pertumbuhan suatu organisme biasanya dapat dibedakan menjadi beberapa periode. Periode pertama adalah periode lamban, dengan ciri adanya sedikit pertumbuhan. Dalam periode ini organisme sedang mempersiapkan diri untuk tumbuh. Periode kedua adalah perode logaritma atau periode eksponen, dimana pertumbuhan telah dimulai dengan lambat tetapi kemudian semakin cepat. Periode ketiga adalah periode perlambatan yaitu pertumbuhan akan menjadi lambat dan akhirnya berhenti (konstan) sejalan dengan pertambahan umur tanaman. Saran untuk praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan ini ketelitian dalam menghitung dan mengamati pertumbuhan jagung dan kacang tanah. Mampu menggunakan janka sorong dengan skala 0,05 agar tingkat kesalahannya kecil. Penanaman dan perawatan jagung dan kacang tanah harus sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan sehingga grafik dan kurva sigmoid yang didapat dari tabel pertumbuhan mendapatkan hasil yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA Amien. M. 1994. Biologi Jilid 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Baritno, Bambang dan Sitompul. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Istamar, Bambang Guritno. 2000. Analisa Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University, Yogyakarta. Kimball, J. W. 1998. Biologi. Erlangga, Jakarta. Prawirohartono, S. 1991. Biologi. Erlangga, Jakarta. Syamsuri, I. !995. Biologi. Erlangga, Jakarta. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3 comments:
masya Allah.. makasih yaa, sgt bmanfaat:)
thnks ,, ipb.ac.id
terima kasih, sangat membantu.
www.kiostiket.com
Post a Comment