TIDAK ADA JALAN
LURUS, TIDAK ADA JALAN MULUS
TENTANG
PERJUANGAN HIDUP DI DUNIA
Kata-kata
yang terusik di telingaku saat berjalan ditengah gerimis menuju tempat kos. Aku
terbiasa berjalan setiap harinya berangkat ke kampus dengan waktu kurang lebih
12 menit, dipagi hari aku sangat semangat dan seringkali sambil bernyanyi
sambil melangkahkan kaki. Aku berjalan bukan seperti orang lain yang
menundukkan kepalanya dan berjalan seperti dikejar sesuatu yang ada di belakang
pikirannya. Aku selalu menikmati dan selalu berusaha sabar meskipun sebenarnya
keringatku sudah menetes dari dahi hingga ke dagu. Aku tak peduli dengan apa
yang bunyi klason angkot yang menggodaku untuk menaikinya. Aku tak peduli
melihat teman yang menaiki kendaraan tetapi yang kuperdulikan adalah kekuatan
hati dan pikiranku untuk menahan jalan yang tak mulus dan jalan yang tak lurus.
Bersiap
melangkahkan langkah kaki adalah suatu proses yang tidak bisa dengan cepat aku
lakukan karena itu sangat erat kaitannya dengan kuat rapuhnya hati saat ingin
melangkah. Disaat aku berjalan aku seringkali harus bersusah-payah mengitari
jalan seperti layaknya sebuah bundaran yang luas hanya untuk menghindari lawan
arah dengan penghalang-penghalang yang sewaktu-waktu merenggut nyawa dari semangat jiwaku. Aku mengitari pada hal ada
jalan pintas yang lurus tapi ada sesuatu yang kelam di sana. Satukah diantara
mu yang merasakan jalan lurus? Lalu dimana? Aku harus mencucurkan keringat
berjalan sedekat itu karena banyak belokan yang harus kutuntaskan, dan kuselesaikan
dengan baik.
Mulus
bukanlah kata-kata yang sering ku ucapkan atau selalu tersirat di dalam
benatku, jika aku mendapat sesuatu yang besar yang ada di benatku adalah syukur
dan bukan karena aku. Kerikil-kelikil tajam yang selalu menghalangi langkahku dan
duri-duri tajam yang menjerat kakiku itulah jalan yang tidak mulus itu. Aku
berusaha merontah-rontah dan melihat jalan kedepan. Aku tak perduli seberapa
besar tantangan hidup ini meski kakiku tercabik dan tertancap. Selagi nyawa
masih melekat pada badan, aku akan melangkahkan kaki dengan langkah tegap dan
dan tidak enundukkan kepala karena di jalan yang berkelok-kelok dan di jalan
yang berduri-duri aku adalah pemenang.
Pemenang
bukanlah aku yang bermegah, tapi aku adalah yang berjalan terus selangkah dan
selangkah lagi dengan harapan melampaui
jalan yang berkelok dan membersihkan jaran yang berduri. Aku akan selalu
berjalan dari tempat kos menuju impian besarku.
No comments:
Post a Comment