Saturday, 26 January 2013

1001 Sahabat Sari Putri Tampubolon. Rapat OSIS penuh masalah, bendaharapun menangis Oleh: Sandi Suroyoco Sinambela



1001 Sahabat  Sari Putri Tampubolon. Rapat OSIS penuh masalah, bendaharapun menangis
Oleh: Sandi Suroyoco Sinambela




Mungkin saja para sahabat saya tidak tau bahwa saya pernah mengabadikan kejadian rapat OSIS yang menegangkan bendahara pun menangis yang lainnyapun ikutan meneteskan air mata.
Inilah rentetan ceritanya...
            Rapat yang menegangkan.  Agenda rapat kala itu adalah LPJ (Lembar Pertanggung Jawaban) keuangan serah terima jabatan 2009/2010.  Saya ingat betul rapat itu memang sangat kacau. Anak remaja yang saling melempar tanggung jawab dan saling menghina satu sama lain.  Benteng satu-satunya adalah kelengkapan data yang dimiliki oleh bendahara umum.  Ehhh ternyata datanya ada yang kececer, jadinya kacau balau. 

            Seluruh anggota sudah emosi saat itu.  Saya sibuk skip sana-sini karna melerai anggota yang berlebihan melontarkan argumen yang membuat perpecahan.  Saya menjadi sangat tertekan, bolak-balik saya bertanya kepada bendahara umum “Sari Putri Tampubolon”.  Diapun malah jadi tertekan dan kebingungan.  Dengan wajah yang mulai buram Sari Putri mulai terlihat tidak memperdulikan rapat itu.  Pada awalnya saya masih mengerti dengan keadaannya, tetapi masalah yang datang malah tambah komplek lagi.

            Mungkin dia sedang menenangkan suasana hatinya.  Dia menundukkan kepala dan sesekali menggelengkan kepalanya.  Akhirnya saya jadi ikut-ikutan emosi lantas salah satu teman saya selalu menghujat saya, namanya Tornados Nababan dia ketua Pramuka saat itu.  Saya melirik lagi ke Sari Putri dia masih merundukkan kepalanya.  Saya mencoba menjawab dan menengahi rapat sebisa saya. 

            Berusaha meredam emosi eh selang beberapa menit malah saya yang disalahkan oleh mereka.  Saya kurang paham dengan keuangan. Ya memang saya yang bertanggung jawab atas semuanya tapi yang saya minta adalah solusi kog teman teman malah memperdalam masalah?” ujarku saat itu.  Kembali lagi saya melirik ke bendahara umum, Sari masih saja tetap merunduk.  Gak enak aja pikirku, nih anak tau rapat malah jadi bloon (gabe loakon dongan on). Spontanitas dengan emosi yang sudah meluap-luap. Saya menggedor meja dengan keras. 

            Saya marah, saya sudah berusaha sabar tapi kog gak ada yang mengerti.  Saya mengangkat tangan keatas dengan kepalan.  Saya berteriak dengan .lantang “diam semua”!!!! teman teman mau bantu nyelesaiin masalah atau mau perang.  Kalau tidak bisa diam keluar aja.! Kalau tidak bisa kasih solusi keluar aja!  Kalau mau banyak bacot diluar aja!

            Semua diam, kaku, tak ada yang bergerak keluar.  Ayo! siapa yang ingin keluar?  Saya kembali melirik Sari Putri, eh ternyata dia masih merunduk juga. 

            Mungkin saya  sudah terlalu emosi. Saya menggedor lagi meja.  Sari! nikan LPJ keuangan! Kamu bertanggung jawab dong, jangan bloon kayak gitu.  Kalau kamu lagi gak suka rapat keluar aja”.  Data yang kamu punya kurang lengkap makanya seperti ini.  ayo keluar aja!  Kata kata itu keluar dari mulutku dengan nada yang mengecam. 
            Mungkin kata itu terlalu menusuk buatnya, dia langsung menangis.  “ kamu kerjaannya cuman ngomong aja kog, yang ngerjain aku semua.  Apa  aku....  Aku ga terima san kamu gituin.   

            Karna dia menangis histeris, malah teman yang lainnya jadi menyerbu menyeran saya. Ada akhirnya saya menjadi terpojok adn terdiam. Aku tidak bisa lagi ngomong apa-apa.
Sebenarnya kemarahan yang sesungguhnya bukan besasal dari Sari Putri seorang.  Ketepatan saja kata yang menyakitkan terlempar padanya.

Saya menjadi sangat bersalah.  “aku menjadi membisu” berbicara terpontang panting Ingin mengeluarkan sejuta maaf pada mereka Aku sungguh malang Namun jika aku tak mengatakan itu aku bisa gila, Menyalahka diriku sendiri. Itu kata yang bisa saya putar dikepala.

            Untung saja Sekretaris saya menjadi penengah, “ kamu memang sangat salah sandi. Katakatamu itu terlalu menusuk”. Lalu dia juga menyalahkan anggota rapat “ kalau kita tidak saling menghujat kan tidak akan begini” tolong yah! Ujar Saryanta Sihombing.

            Dari perkataan itu saya mulai lega da mulai berpikir lurus.  Lalu saya seperti curhat kepada teman-teman dan anggota rapat itu.  Pertama saya harus meminta maaf atas kejadian ini.  saya harus bertrimakasih kepada anggota rapat terutama pada bendahara umum yang telah mati-matiaan mengerjakan LPJ ini.  jadi saya memohon teman-teman saling mengerti dan memahami. 

Itu adalah kata terakhir yang saya ingat.  Selebihnya rapat itu saya serahkan kepada wakil saya, Boike Sianipar. Sampai berakhirnya rapat ternyata tidak ada lagi yang saling menghujat. Dan endingnya sangat melegakan. Rapat itu mendapat kesimpulan yang baik

Pelajaran yang saya dapat adalah bahwa “tergesa-gesa dan emosi memutukan sesuatu adalah setengah perbuatan setan”

Setelah selesai rapat saya mengabadikan kejadian itu dengan sebuah puisi.
Jika aku membaca puisi ini yang saya ingat hanyalah tangisan histeris dari Sari Putri Tampubolon
dan betapa bijaknya Sarianta Sihombing menengahi puncak masalah itu...

sahabat yang saya kasihi! Apakah anda masih sering menangis?
Saya ingin melihat anda menangis dengan tangisan kebahagiaan.

Dear Sandi Suroyoco Sinambela     to Sari Putri Tampubolon
TAK TERKENDALI
Masalah berbagi makin lama semakin komplek
sebenarnya bukan berawal dari seorang Sari

bagai butiran peluru menerjang tubuhku
Semakin banyak pihak yang menyalahkan ku
Aku berusaha sekuat yang aku bisa
Memperbaiki diriku
Aku mengolah dan mengobrak abrik kata demi kata
Yang menusuk hati dipikiranku
Namun otak ku tak mampu menerima semua itu
Kemudian mulutku
seolah-olah diperintah otak tampa kehendak hati ku 
Mulai aku
mengeluarkan kata demi kata yang menusuk

Aku marah dengan lantang mengeluarkan suara keras
Pada akhirnya aku yang lebih bodoh dari mereka

Semua tak terkendali
Hingga melukai hati beberapa orang
Semua itu berbalik menyerbu aku

“aku menjadi membisu”
berbicara terpontang panting
Ingin mengeluarkan sejuta maaf pada mereka
Aku sungguh malang
Namun jika aku tak mengatakan itu aku bisa gila
Menyalahkan diriku sendiri

            Saya minta maaf sekali lagi sari!  Semoga harimu selalu menyenangkan,,,,
Jika kau membaca ini. janganlah menangis lagi tetapi tersenyumlah, ingatlah kebiodohan seorang sandi yang dulu memang sangat lugu dan tidak tau apa-apa

2 comments:

Susi Watina said...

Ternyata sandi emosian toh? tapi kelihatannya kok nggak ya? santai aja sih kliatannya.. :D

sandi suroyoco sinambela said...

kadang santai dan kadang amarahnya keluar dari sarang, kalau itu dah keluar cakarnya akan mencabik cabik hati, jadi sampai sekarang saya masih mencoba dengan sekuat tenaga untuk memperbaiki hidup. belajar dari sahabat yang pernah dekat dengan ku