1001 Sahabat
Sari Putri Tampubolon. Rapat OSIS penuh masalah, bendaharapun menangis
Oleh: Sandi Suroyoco Sinambela
Mungkin saja para sahabat saya tidak tau bahwa saya
pernah mengabadikan kejadian rapat OSIS yang menegangkan bendahara pun menangis
yang lainnyapun ikutan meneteskan air mata.
Inilah rentetan ceritanya...
Rapat
yang menegangkan. Agenda rapat kala itu
adalah LPJ (Lembar Pertanggung Jawaban) keuangan serah terima jabatan
2009/2010. Saya ingat betul rapat itu memang
sangat kacau. Anak remaja yang saling melempar tanggung jawab dan saling
menghina satu sama lain. Benteng
satu-satunya adalah kelengkapan data yang dimiliki oleh bendahara umum. Ehhh ternyata datanya ada yang kececer,
jadinya kacau balau.
Seluruh
anggota sudah emosi saat itu. Saya sibuk
skip sana-sini karna melerai anggota yang berlebihan melontarkan argumen yang
membuat perpecahan. Saya menjadi sangat
tertekan, bolak-balik saya bertanya kepada bendahara umum “Sari Putri
Tampubolon”. Diapun malah jadi tertekan
dan kebingungan. Dengan wajah yang mulai
buram Sari Putri mulai terlihat tidak memperdulikan rapat itu. Pada awalnya saya masih mengerti dengan
keadaannya, tetapi masalah yang datang malah tambah komplek lagi.
Mungkin
dia sedang menenangkan suasana hatinya.
Dia menundukkan kepala dan sesekali menggelengkan kepalanya. Akhirnya saya jadi ikut-ikutan emosi lantas
salah satu teman saya selalu menghujat saya, namanya Tornados Nababan dia ketua
Pramuka saat itu. Saya melirik lagi ke
Sari Putri dia masih merundukkan kepalanya.
Saya mencoba menjawab dan menengahi rapat sebisa saya.
Berusaha
meredam emosi eh selang beberapa menit malah saya yang disalahkan oleh
mereka. “Saya kurang paham dengan keuangan. Ya memang saya yang bertanggung
jawab atas semuanya tapi yang saya minta adalah solusi kog teman teman malah
memperdalam masalah?” ujarku saat itu.
Kembali lagi saya melirik ke bendahara umum, Sari masih saja tetap
merunduk. Gak enak aja pikirku, nih anak
tau rapat malah jadi bloon (gabe loakon dongan on). Spontanitas dengan emosi
yang sudah meluap-luap. Saya menggedor meja dengan keras.
Saya
marah, saya sudah berusaha sabar tapi kog gak ada yang mengerti. Saya mengangkat tangan keatas dengan
kepalan. Saya berteriak dengan .lantang
“diam semua”!!!! teman teman mau bantu nyelesaiin masalah atau mau perang. Kalau tidak bisa diam keluar aja.! Kalau
tidak bisa kasih solusi keluar aja!
Kalau mau banyak bacot diluar aja!
Semua
diam, kaku, tak ada yang bergerak keluar.
Ayo! siapa yang ingin keluar? Saya
kembali melirik Sari Putri, eh ternyata dia masih merunduk juga.
Mungkin
saya sudah terlalu emosi. Saya menggedor
lagi meja. Sari! nikan LPJ keuangan!
Kamu bertanggung jawab dong, jangan bloon kayak gitu. Kalau kamu lagi gak suka rapat keluar
aja”. Data yang kamu punya kurang
lengkap makanya seperti ini. ayo keluar
aja! Kata kata itu keluar dari mulutku
dengan nada yang mengecam.
Mungkin
kata itu terlalu menusuk buatnya, dia langsung menangis. “ kamu kerjaannya cuman ngomong aja kog, yang
ngerjain aku semua. Apa aku....
Aku ga terima san kamu gituin.
Karna
dia menangis histeris, malah teman yang lainnya jadi menyerbu menyeran saya.
Ada akhirnya saya menjadi terpojok adn terdiam. Aku tidak bisa lagi ngomong
apa-apa.
Sebenarnya kemarahan yang sesungguhnya bukan besasal
dari Sari Putri seorang. Ketepatan saja
kata yang menyakitkan terlempar padanya.
Saya
menjadi sangat bersalah. “aku menjadi membisu”
berbicara terpontang panting Ingin mengeluarkan sejuta maaf pada mereka Aku
sungguh malang Namun jika aku tak mengatakan itu aku bisa gila, Menyalahka
diriku sendiri. Itu kata yang bisa saya putar dikepala.
Untung saja Sekretaris saya menjadi penengah, “ kamu
memang sangat salah sandi. Katakatamu itu terlalu menusuk”. Lalu dia juga
menyalahkan anggota rapat “ kalau kita tidak saling menghujat kan tidak akan
begini” tolong yah! Ujar Saryanta Sihombing.
Dari perkataan itu saya mulai lega da mulai berpikir
lurus. Lalu saya seperti curhat kepada
teman-teman dan anggota rapat itu.
Pertama saya harus meminta maaf atas kejadian ini. saya harus bertrimakasih kepada anggota rapat
terutama pada bendahara umum yang telah mati-matiaan mengerjakan LPJ ini. jadi saya memohon teman-teman saling mengerti
dan memahami.
Itu adalah kata terakhir
yang saya ingat. Selebihnya rapat itu
saya serahkan kepada wakil saya, Boike Sianipar. Sampai berakhirnya rapat
ternyata tidak ada lagi yang saling menghujat. Dan endingnya sangat melegakan.
Rapat itu mendapat kesimpulan yang baik
Pelajaran yang saya dapat
adalah bahwa “tergesa-gesa dan emosi
memutukan sesuatu adalah setengah perbuatan setan”
Setelah selesai
rapat saya mengabadikan kejadian itu dengan sebuah puisi.
Jika aku
membaca puisi ini yang saya ingat hanyalah tangisan histeris dari Sari Putri
Tampubolon
dan betapa
bijaknya Sarianta Sihombing menengahi puncak masalah itu...
sahabat yang
saya kasihi! Apakah anda masih sering menangis?
Saya ingin
melihat anda menangis dengan tangisan kebahagiaan.
Dear Sandi Suroyoco
Sinambela to Sari Putri Tampubolon
TAK TERKENDALI
Masalah berbagi makin
lama semakin komplek
sebenarnya bukan berawal
dari seorang Sari
bagai butiran peluru
menerjang tubuhku
Semakin banyak pihak yang
menyalahkan ku
Aku berusaha sekuat yang aku
bisa
Memperbaiki diriku
Aku mengolah dan
mengobrak abrik kata demi kata
Yang menusuk hati
dipikiranku
Namun otak ku tak mampu
menerima semua itu
Kemudian mulutku
seolah-olah diperintah
otak tampa kehendak hati ku
Mulai aku
mengeluarkan kata demi
kata yang menusuk
Aku marah dengan lantang
mengeluarkan suara keras
Pada akhirnya aku yang
lebih bodoh dari mereka
Semua tak terkendali
Hingga melukai hati
beberapa orang
Semua itu berbalik
menyerbu aku
“aku menjadi membisu”
berbicara terpontang
panting
Ingin mengeluarkan sejuta
maaf pada mereka
Aku sungguh malang
Namun jika aku tak
mengatakan itu aku bisa gila
Menyalahkan diriku
sendiri
Saya
minta maaf sekali lagi sari! Semoga
harimu selalu menyenangkan,,,,
Jika kau membaca ini. janganlah menangis
lagi tetapi tersenyumlah, ingatlah kebiodohan seorang sandi yang dulu memang
sangat lugu dan tidak tau apa-apa
2 comments:
Ternyata sandi emosian toh? tapi kelihatannya kok nggak ya? santai aja sih kliatannya.. :D
kadang santai dan kadang amarahnya keluar dari sarang, kalau itu dah keluar cakarnya akan mencabik cabik hati, jadi sampai sekarang saya masih mencoba dengan sekuat tenaga untuk memperbaiki hidup. belajar dari sahabat yang pernah dekat dengan ku
Post a Comment