1001
sahabat... PD3 Pak Bambang Sulistianto. Pak Ahok VS Pak Basul
By: Sandi Suroyoco Sinambela
Mau ketemu siapa? Ku sapa salah satu
teman di ruang tunggu di dekanat lantai dua.
“pak Basul jawapnya” sepertinya
dia berusaha menenangkan dirinya, sesekali dia menundukkan kepala dan tak ada
wajah ceria disana, semuanya adalah ekspresi buram yang tidak karuan. Ya ! Setiap
mahasiswa yang menunggu giliran untuk bertemu beliau memang pasti akan
merasakan ketegangan tak terkecuali saya. Menyiapkan sejumlah berkas, sembari menunggu
giliran menggoyang-goyang kaki meredam kejenuhan dan ketakutan.
Mahasiswa
sudah saling tau bahwa beliau sering marah-marah jika ada kesalahan yang di
tunjukkan mahasiswa. Mungkin situasi itulah yang membuat mahasiswa semakin
grogi untuk maju ke meja singgasananya. Wajar kalau mahasiswa bicara seadanya, bahkan
bungkam saat didepannya.
Sangat
susah untuk diterima jika seseorang harus menuntut kita untuk memberikan 100%. Akan tetapi akhir-akhir ini saya sadar bahwa
beliau mengajarkan hal yang sangat baik.
Saya
tersadarkan saat mengikuti profil pak Wagub DKI Jakarta Ahok. Keras, tegas, marah,
dan tidak kompromi dengan kesalahan. Ada
pertanyaan yang muncul saat saya membandingkan kedua gaya memimpin pak
Basul.
1.
Kesamaan apa yang beliau miliki?
2.
Apa tujuan beliau sehingga memimpin
dengan gaya yang demikian?
3.
Apakah mahasiswa membutuhkan gaya yang
seperti beliau?
4.
Kenapa harus marah marah dengan
kesalahan?
5.
Apa beliau bisa dikatakan otoriter?
Ternyata
gaya beliau adalah sesuatu yang harus kita benarkan saat ini. Beliau ternyata bertugas membersihkan yang
kotor-kotor di kampus ini. Perilaku
mahasiswa yang ingin instan dan banyak hal lain lagi adalah satu hal penting
yang akan dihancurkan dengan gaya
ini. Dan ternyata Indonesia sedang butuh
orang-orang seperti beliau.
Saat
kepemimpinan Jokowi-Ahok tidak banyak lagi yang ingin melakukan kong-kalikong, di Instansi tidak ada
yang berani mengambil sepeserpun yang bukan haknya. “Bukankah
yang diajarkan dosen kita pak Bambang Sulis adalah hal yang harus kita benarkan
saat ini?”
Jika
memang kita dimarahi oleh adanya kesalahan, itu adalah hal yang wajar. Itu adalah untuk membentuk karakter kita
lebih baik, dan untuk kesuksesan kita. Tidak cukup hanya rajin dan ulet untuk
menghadapi masalah di luar sana.
Robert Strauss “ Untuk mencapai
kesuksesan ibarat bergulat dengan gorilla”
Bertemu
dengan beliau adalah latihan penting untuk terjun ke masyarakat.
Saya
menuliskan artikel karena saya ingin membuang presepsi negatif yang sudah lama
tertanam kepada beliau. Semoga beliau
selalu memberikan yang terbaik yang dibutuhkan mahasiswa terlebih untuk
Indonesia.
Pelajaran
hidup yang saya dapatkan setelah mencermati gaya memimpin Pak Bambang Sulis
adalah: Tidak membiarkan mahasiswa untuk
melakukan hal yang semena-mena merupakan salah satu langkah untuk menghadapi
krisis MENTAL yang sedang dihadapi Indonesia.
No comments:
Post a Comment