PENYAKIT MULUT DAN KUKU
Penyakit
PMK bisa di potong seijin dokter hewan.
Penyakit mulut dan kuku adalah penyakit hewan pertama yang dibuktikan disebabkan oleh
agen yang dapat melalui saringan. Sejak tahun dua pululan telah dibuktikan oleh
peneliti Francis ada 2 tipe virus. Pada saat ini sudah dikenal 7 tipe. Hal ini
menerangkan mengana beberapa hewan dapat tenderita PMK dua kali berturut-turut.
Ingá tahun 1955 PMK sering menyerang Eropa Barat dalam bentuk epizoosi.
Penyakit ini disebabkan oleh virus
dan digolongkan ke dalam jenis entero virus dari keluarga Picornaviridae. Virus ini dibagi menjadi 7 tipe yang berbeda,
yaitu: O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asia 1. Dari 7 tipe ini
sekurang-kurangnya ada 61 subtipe yang berhasil dibedakan dengan uji
pengikatan
Penularan virus pMK dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.
Selain itu, penularan dapat pula terjadi melalui angin. Udara infektif dapat
tahan sampai beberapa jam di dalam kondisi yang cocok, terutama bila kelembaban
relatif lebih besar 70% dan dalam suhu rendah. Pedet dapat tertular penyakit
sewaktu minum air susu induk yang terinfeksi.
Masa tunas penyakit ini adalah antara 3 – 8 hari. Pada awalnya terjadi demam ringan, dan nafsu
makan menurun atau hilang, bulu kusam an diikuti dengan peradangan lidah dan
mulut bagian dalam yang menyebabkan keluarnya air liur yang banyak, berbuih dan
ngiler. Pada gusi,lidah dan pangkal lidah terbentuk lepuh. Lepuh tersebut
segera pecah dan menghasilkan tukak sehingga mengakibatkan kesulitan mengunyah.
Lepuh serupa dapat terjadi di antara tracak dan di sekitar batas atas kuku
sehingga menyebabkan rasa sakit dan
pincang waktu berjalan. Luka yang parah dapat menyebabkan terlepasnya kuku.
Sewaktu tejadi PMK pengendalian yang dilakukan diutamakan pada pemotongan
paksa, memperketat arus lalu lintas ternak, penutupan daerah dan vaksinasi
massal dengan vaksin subtipe virus yang sama dengan penyebab wabah.
CACING HATI
Ternak
yang terserang sakit hati masih bisa dipotong akan tetapi bagian hati yang
terkena cacing tidak boleh di konsumsi.
Fasciola hepatica ; merupakan penyakit yang berlangsung akut, subakut atau
kronik. PCH disebabkan oleh Tremoda genus Fasciola fascioloides
dan Dicrocoelium di daerah tropik termasuk Indonesia. “Fasciolasis”
paling sering disebabkan oleh spesies Fasciola gigantica yang meyerang
ternak sapi, kerbau, kambing dan domba dan babi.
Daur hidup berbagai jenis fasciola
umumnya memiliki pola yang sama, dengan variasi pada ukuran telur, jenis
siput sebagai “hospes” intermedietnya. Daur hidup F. hepatica diawali dengan pembuahan telur dan setelah
keluar dari uterus cacing, telur masuk ke dalam saluran kantong empedu.
Selanjutnya telur terbawa empedu masuk ke dalam usus dan dikeluarkan bersama
“faeces”. Infeksi oleh cacing F.
gigantica menyebabkan kerusakan hati serius dalam bentuk fibrosis, dan
anemi pada sapi, kerbau, domba dan kambing.
3.
ANTHRAX
Jika penyakit anthrax terdeteksi pada ternak
maka ternak tersebut didak bisa dipotong.
Tindakan terbaik adalah membakar dan mengubur ternak, atau memusnahkannya.
Nama lain dari penyakit Anthrax adalah :
radang limpa. Penyebab penyakit ini adalah bacillus anthacis. Kuman ini memebentuk
spora yang dapat hidup selama pulah tahun di tanah, tahan terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrim dan bahan kimia (desinfektan). Penularannnya berasal
dari tanah yang tercemar organisme/kuman Anthax.
Kuman masuk tubuh ternak melalui luka terhirup bersama udara dan atau tertelan.
Tanda dari penyakit
ini mengalami kematian mendadak, adanya pendarahan dilubang-lubang kumlah
(lubang hidung, lubang anus, pori-pori kulit). Ternak mengalami sulit nafas,
demam tinggi, gemetar, sempoyongan, lemah, ambruk, dan kematian secara cepat.
Pada kuda terjadi dan babi kebengkakan pada tenggorokan. Anthrax
merupakan penyakit zoonosis yang
sangat berbahaya sehingga ternak tersebut dilarang keras untuk dipotong.
4.
BRUCELLOSIS
Brucellosis
merupakan penyakit menular yang menyerang ternak juga
manusia mengakibatkan keluron/keguguran.
Pada sapi biasa terjadi pada kebuntingan umur 7 bulan. Anak yang dilahirkan lemah kemudian
mati.dapt terjadi gangguan alat reproduksi yang menyebabkan majir temporer atau
permanen. Sapi perah yang terserang penyakit ini produksi susunya menurun.
Penyebab
bakteri ini adalah bakteri/kuman Brucella.
Brucella melinetis menyerang pada kambing, Brucella abortus menyerang pada sapi. Penularan terjadi melalui
saluran makanan, saluran kelamin, dan selaput lendir atau kulit yang luka. Penularan dapat terjadi pada saat inseminasi
buatan akibat senen yang digunakan tercemar oleh kuman Brucella dan menginfeksi ternak yang digembalakan pada padang
penggembalaan bersama dengan ternak yang ternfeksi.
Tanda penyakit yang
ditemukan pada ternak adalah kemandulan temporer, pada sapi perah terjadi
penurunan produksi susu, cairan janin yang keluar kelihatan keruh, pada hewan
jantan terjadi peradangan pada buah oelir dan saluran sperma, kadang ditemukan
pembengkakan pada persendian lutut.
Brucellosis
termasuk
kedalam penyakit zoonis yang beresiko tinggi. Oleh karena itu dilarang untuk
mengkonsusmsi susu atau produk yang belum atau tidak dimasak. Sapi yang
menderita diperbolehkan untuk dipotong berdasar
pengawasan dokter hewan. Daging sebelum dikonsumsi dilayukan terlebih
dahulu, sedangkan sisa dimusnahkan dengan dibakar atau dikubur. Pada saat
menangani proses kelahiran ternak yang terkena penyakit ini, diharuskan me
ggunakan saeung tangan.
5.
BOVINE
EPHERAL FEVER (BEF)
Nama lain : Bovine epizooric fever, Demam
Tiga Hari, Penyakit kaku BEF hanya menyerang
pada sapi dan kerbau, tidak menular pada ternak lain. Ternak yang terserang
penyakit ini akn sembuh 2-3 hari kemudian. Angka kematian kecil (1%) tetapi
angka kesakitan tinggi. Demam tinggi disebakan oleh Cullicoides sp (serangga penghisap darah) dan nyamuk. Tanda
penyakit BEF demam (39oC – 42oC), lesu, kekakuan anggota
gerak, picang, hypersalivasi, sesak
nafas, gemetar.
Ternak yang menderita BEF dapat dipotong
dan dagingnya boleh dikonsumsi dan diperdagangkan. Mengingat angka kematian sangat
rendah, pemotongan dilakukan pada saat keadaan sangat terpaksa atas dasar
anjuran dokter hewan dan pengawasan dokter hewan.
6.
TRYPANOSOMIASIS
Nama lain : Surra, Penyakit Mubeng. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa Trypanosama evansi. Parasit ini hidup
dalam darah induk semang dan memperoleh glukosa. Penularan terjadi secara
mekanis dengan perantara lalat penghisap darah.
Tanda
penyakit Trypanosomiasis demam, lesu , lemah. Nafsu ,makan berkurang, anemia,
bulu rontok, keluar getah radang dari mata dan hidung.
Ternak yang menderita
Trypanosomiasis dapat dipotong dibawah pengawasan dokter hewan berwenang,
daging dapat diperdangkan atau dikonsumsi 10 jam. Stelah pemotongan.
Pengangkuan ternak menuju RPH dilakukan pda malam hari untuk menghindari lalat.
Sisa pemotongan yang masih tertingal dibakar dan dikubur, tempat pemotongan
dibersihkan dan disucihamakan.
7.
BLOAT
Nama
lain: Kembung perut, Timpani ruminal, Tympanitis, Hoven, Meteorism. Penyakit
ini tidak menular. Bloat/ kembung perut merupakan bentuk penyakit/ kelainan
alat pencernaan yang bersifat akut, yang disertai penimbunan gas di dalam
lambung ternak ruminansia. Penyakit kembung perut pada sapi lebih banyak
terjadi pada sapi perah dibandingkan dengan sapi pedaging atau sapi pekerja. Tanda tanda penyakit bloat adalah Perut
sebelah kiri membesar, menonjol keluar dan kembung berisi gas. Ternak tidak
tenang, gelisah, sebentar berbaring lalu segera bangun. Ternak mengerang
kesakitan. Nafsu makan turun bahkan tidak mau makan. Ternak bernapas dengan
mulutnya. Pada saat berbaring, ternak menjulurkan lehernya untuk membebaskan
angin/ gas dari perut.
Bloat/ kembung perut dapat disebabkan oleh 2 faktor
yaitu:
a.
Faktor
makanan/ pakan:
Pemberian
hijauan Leguminosa yang berlebihan. Tanaman/ hijauan yang terlalu muda. Biji-bijian yang
digiling sampai halus.Imbangan antara pakan hijauan dan konsentrat yang tidak
seimbang (konsentrat lebih banyak). Hijauan yang terlalu banyak dipupuk dengan
Urea. Hijauan yang dipanen sebelum berbunga (terlalu muda) atau sesudah
turunnya hujan terutama pada daerah yang sebelumnya kekurangan air. Makanan yang rusak/
busuk/ berjamur. Rumput/ hijauan yang terkena embun atau terkena air hujan.
b.
Faktor
ternak itu sendiri
Faktor keturunan.Tingkat kepekaan dari masing
masing ternak. Ternak bunting yang kondisinya menurun.Ternak yang sedang sakit
atau dalam proses penyembuhan. Ternak yang kurang darah (anemia). Kelemahan
tubuh secara umum.