1001 sahabat Prof. Sumarsono Belajar Untuk Jujur
Oleh: Sandi Suroyoco Sinambela
9 desember 2013. Semangat
dari salah seorang sahabatku patah arang.
Absennya tahan
dulu! Akeh sing ora tekko. Di dalam
hati aku senyum mengingat kasus Titip Absen dulu, aku pernah membuat surat perjanjian
kepada pak Cahya 2 kalimat 1000 kali salinan. Gateli po ora?
Kala itu prof
Warsono semangat 45 mengisi kuliah miskipun alat yang dibutuhkan tidak ada,
sehingga dia harus bercerita dan bersuara lantang dari depan. Tidak sampai satu jam beliau mengakhiri
perkuliahan itu. Kemudian beliau meminta
absen.
Tak diduga,
dan tak disangka ternyata beliau merepotkan dirinya untuk membaca absen.
Wajah teman
saya sudah merah lantas dapatkan nasip apes.
Dipanggil satu persatu nama
mahasiswa, dan ternyata ada beberapa mahasiswa yang tidak menyahut beliau saat
memanggil, artinya ada relawan yang bersedia berkorban... saya senyum, itu hal
yang lumrah dan yang sering terjadi dikalangan mahasiswa apalagi angkatan tua.
Karena ada beberapa orang yang
tidak menyahut pangilan, prof warsono tersenyum dan memberi nasehat kepada
kami.
Saya tidak akan mengusut siapa yang menjadi relawan. Tapi selagi ada waktu yang tersisa
bertobatlah. Dengan wajah tersenyum semuanya juga menjadi tersenyum
karna mungkin pernah menjadi relawan buat temannya.
Bukankah ada kesempatan 25% untuk
bolos? Memang mahasiswa juga manusiawi tapi belajarlah untuk jujur.
“pendidikan itu lebih penting menghasilkan KEJUJURAN dari pada
menghasilkan PRESTASI” meskipun suara
itu pelan tapi mampu menyentak pikiran ku.
Saya membuat
pernyataan dalam hati. Dosen bisa
berhasil mengajari kami tentang ilmu, tetapi berbicara kejujuran adalah ajaran
dari lingkungan dan dari hati yang bersangkutan. Terimakasih sudah memberi sedikit pengaruh
pada kami agar bersifat jujur.
Ternyata sekarang hari Anti
Korupsi nasional.....
Kami memperjuangkan kesetia
kawanan, dan beliau memperjuangkan kejujuran.
Dengan perkataan beliau yang bijak sana, tidak ada friksi yang terjadi.
No comments:
Post a Comment