Wednesday 11 July 2012

laporan tpp sandi sinambela

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN


 





Disusun oleh :
Kelompok I
Jesica Sibarani.          23010110110006
Sandi S. Sinambela   23010110110031
Ricky  S.                     23010110110061
Abdulharis G             23010110120117
Novitasari R.              23010110130171
M. Badrun Hakim     H2A 009 230
Rikki D                       H2A 009 228
Yanuar F                   H2A 009 167









 
 





















FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

LEMBAR PENGESAHAN
Judul                            :      LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN

Kelompok                   :       I (SATU)
Program Studi             :       S1 PETERNAKAN
Tanggal Pengesahan    :             Juni 2012

Menyetujui,

   

Koordinator Umum
Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan





Norma Kusuma Dewi
NIM. H2C 007 057
Asisten Pembimbing






Juli Rizkia Fushsilaty
   NIM. H2A 009 172





Mengetahui,
Koordinator Praktikum
Teknologi Pengolahan Pakan




Cahya Setya Utama, SPt., MSi.
NIP. 19820626 200501 1 003



RINGKASAN
KELOMPOK IE. 2012. Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan. (Asisten Pembimbing: Juli Rizkia Fushsilaty)

Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan dengan materi Silase dan Amoniasi yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 Mei pukul 12.00-13.00, Rabu tanggal 30 Mei pukul 12.00-13.00, Rabu tanggal 6 Juni pukul 12.00-13.00 dan Rabu tanggal 9 Juni 2011 pukul 12.00-13.00 WIB di Laboratorium Teknologi Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. Tujuan praktikum teknologi pengolahan pakan yaitu untuk mengetahui cara pembuatan silase dan amoniasi serta meningkatkan kualitas hijauan pakan.
Materi yang digunakan dalam  praktikum pembuatan silase dan amoniasi adalah rumpur gajah 300 g degan kadar air 65%, jerami jagung 300 g, urea 6 % dan air 142,6 ml. Peralatan yang dipergunakan adalah gunting, pisau, nampan, gelas ukur, plastik, timbangan, kertas label, pH meter, isolasi besar dan alat tulis.  Metode yang digunakan dalam pembuatan silase adalah memotong-motong rumput gajah sekitar 2-3 cm, rumput gajah ditimbang sebanyak 100 g dan tepung sorgum 4% sebanyak tiga kali ulangan, kemudian memasukkan dalam plastik dan dipadatkan selanjutnya ditutup rapat, kemudian disimpan dan dilakukan pengamatan selama 3 minggu dan membuka 1 sampel setiap minggu untuk melakukan pengamatan oranoleptik yang meliputi uji bau, rasa, tekstur, warna, jamur, penggumpalan dan uji pH. Metode yang digunakan dalam amoniasi adalah memotong-motong jerami padi sekitar 2-3 cm dan menimbangnya 100 gram, menghitung kebutuhan urea sesuai dosis, didapatkan jumlah urea yang dibutuhkan sebanyak 6 g kemudian melarutkan urea dengan air sebanyak 142,6 ml, selanjutnya mencampur larutan urea dengan jerami jagung setelah tercampur kemudian memasukkan dalam plastik, dipadatkan dan ditutup dengan rapat, setelah itu disimpan di tempat yang aman dan didiamkan selama 3 minggu membuka 2 sampel setiap minggu untuk melakukan pengamatan oranoleptik yang meliputi uji bau, rasa, tekstur, warna, jamur, penggumpalan dan uji pH.
Hasil yang diperoleh dari pengamatan silase selama 3 minggu memiliki bau busuk, bertekstur lembek, berwarna hijau kecoklatan, terdapat jamur banyak sekali, terdapat gumpalan secara menyeluruh dan memiliki pH 8,45. hasil yang diperoleh dari pengamatan amoniasi selama 3 minggu memiliki bau amoniak, bertekstur sedang, berwarna hijau seperti daun di rebus, tidak berjamur, tidak terdapat gumpalan dan memiliki pH 8,23.  




Kata kunci: rumput gajah, jerami jagung, amoniasi, silase, urea.

BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Silase
Berdasarkan praktikum Teknologi Pengolahan Pakan dengan materi Silase Rumput Gajah didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Silase Rumput Gajah.
Kriteria
Minggu 0
Minggu 1
Minggu 2
`Minggu 3


Karak-teristik
Karak-teristik
Karak-teristik
Karak-teristik
Skor
Bau
Khas
Asam
sedang
busuk
3
Tekstur
Kasar
Masih seperti bahan asal
Sedang
Lembek
3
Warna
Hijau
Hijau
Seperti daun direbus
Hijau kecoklatan
6
Jamur
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Banyak
1
Penggumpalan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Seluruh
3
pH
-
7,77
6,93
8,45
1
Sumber: Data Primer Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan, 2012.

1.1.1.      Warna
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh warna dari silase rumput gajah, diperoleh hasil minggu ke-0 pada sampel masih seperti warna bahan asal yaitu warna hijau , minggu ke-1 warna masih tetap hijau, minggu ke-2 berwarna hijau seperti daun direbus sedangkan minggu ke-3 pada sampel berwarna hijau kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa silase memiliki kualitas yang kurang baik pada minggu ke-3 karena warna yang dihasilkan sudah menjadi hijau kecoklatan, namun pada minggu ke-2 masih tergolong bagus kualitasnya. Sesuai dengan pendapat Febrisiantosa (2007) yang menyatakan bahwa silase yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri teksturnya tidak berubah, tidak menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus, berbau dan   berasa asam. Ditambahkan oleh pernyataan   Susetyo et al., (1980) menyatakan  bahwa silase yang baik memiliki warna yang tidak jauh berbeda dengan warna bahan dasar itu sendiri, memiliki pH rendah dan baunya asam.
1.1.2.      Bau
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bau dari silase rumput gajah, diperoleh hasil minggu ke-0 pada sampel masih seperti bau bahan asal yaitu bau khas rumput , minggu ke-1 bau asam sudah mulai muncul, minggu ke-2 bau asam sudah tergolong dalm bau sedang  sedangkan minggu ke-3 pada sampel berbau busuk. Hal ini menunjukkan bahwa silase minggu ke-3 memiliki kualitas yang kurang baik karena sudah beberbau busuk. Sesuai dengan pendapat Febrisiantosa (2007) yang menyatakan bahwa silase yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri teksturnya tidak berubah, tidak menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus, berbau dan berasa asam. Ditambahkan oleh Foley et al. (1973) yang menyatakan bahwa tahapan ensilase ada 5 yaitu 1) Hijauan akan menghasilkan panas dan CO2 sampai proses respirasi terhenti. Respirasi aerob oleh hijauan akan mengurangi udara dalam silo dan menyebabkan kondisi anaerob. Proses ini berlangsung selama 3-5 hari pertama; 2) Fase produksi asam asetat yang dihasilkan oleh bakteri; 3) Tahap ini dimulai saat konsentrasi asam meningkat dengan pertambahan bakteri penghasil asam laktat; 4) Terjadi penurunan bakteri pembentuk asam laktat karena bakteri asam asetat tidak dapat hidup di lingkungan dengan asam laktat dan asetat tersedia cukup, tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut kamudian akan berreaksi dengan bahan yang diawetkan sehingga terjadi pembusukan, asam amino dan protein akan berubah menjadi ammonia dan amina yang akan menurunkan kualitas silase.
1.1.3.      Jamur
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamantan jamur dari silase rumput gajah, diperoleh hasil minggu ke-0 tidak ada jamur , minggu ke-1 belum ada jamur, minggu ke-2 tidak ada jamur yang tumbuh pada silase tersebut sedangkan minggu ke-3 pada sampel terdapat banyak jamur hampir diseluruh silase tersebut. kualitas silase pada minggu ke-3 itu tidak bagus karena silase tersebut sudah terkontaminasi   banyak   jamur. Hal   ini   sesuai   dengan pendapat Regan (1997) yang menyatakan bahwa silase dikatakan berkualitas baik, jika tidak terdapat jamur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas silase seperti asal atau jenis hijauan, temperatur penyimpanan, tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase, tingkat kematangan atau fase pertumbuhan tanaman, bahan pengawet, panjang pemotongan, dan kepadatan hijauan dalam silo. Ditambahkan oleh pendapat Zailzar et al. (2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan dan memiliki pH antara 4 sampai 4,5.
1.1.4.      Tekstur
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamantan tekstur dari silase rumput gajah, diperoleh hasil minggu ke-0 kasar , minggu ke-1 masih seperti bahan asal, minggu ke-2 teksturnya sedang pada minggu ke-3 tekstur silase tersebut sudah lembek . kualitas silase pada minggu ke-3 itu tidak bagus karena silase seharusnya teksturnya harus remah bukan lembek, disebabkan karena penutupan silo yang masih kurang rapat sehingga masih ada udara sehingga silo tidak dalam suasana anaerob. Hal ini sesuai dengan pendapat Komar (1984) yang menyatakan bahwa hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan silase adalah pemadatan hijauan dalam silo yang kurang sempurna dan penutupan silo yang tidak sempurna sehingga udara luar mudah masuk. Hal ini sependapat dengan Zailzar et al. (2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu berbau harum agak dan bertekstur remah.
1.1.5.      pH
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengukuran pH dari silase rumput gajah, , minggu ke-1 pH 7,77, minggu ke-2 pH  6,93 minggu ke- pH 8,45 . kualitas silase pada minggu ke-3 kurang baik karena silase tersebut dalam keadaan basa. Silase yang baik itu harus dalam suasana asam karena terjadi proses fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1996) yang menyatakan bahwa pada pembuatan silase perlu ditambahkan bahan pengawet agar terbentuk suasana asam dengan derajat keasaman optimal. Rasa asam dapat dijadikan sebagai indikator untuk melihat keberhasilan proses ensilase, sebab untuk keberhasilan proses ensilase harus dalam suasana asam. Diperkuat oleh pernyataan Hal ini sependapat dengan Zailzar et al. (2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu memiliki pH antara 4 sampai 4,5.


1.2. Amoniasi
Berdasarkan praktikum Teknologi Pengolahan Pakan dengan materi amoniasi jerami jagung didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Amoniasi Jerami Jagung.
Kriteria
Minggu 0
Minggu 1
Minggu 2
`Minggu 3


Karak-teristik
Karak-teristik
Karak-teristik
Karak-teristik
Skor
Bau
Khas
amoniak
Amoniak sedang
Aminiak menyengat
9
Tekstur
Kasar
Masih seperti bahan asal
Lembut Sedang
Lembek
6
Warna
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Hijau kecoklatan
Hijau
9
Jamur
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Banyak
9
Penggumpalan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
tepi
>9
pH
-
8,03
8,45
8,23
>9
Sumber: Data Primer Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan, 2012.

1.2.1.      Warna
Berdasarkan hasil pengamatan warna pada jerami amoniasi menunjukkan bahwa jerami amoniasi pada minggu ke-0 dan ke-1 berwarna kuning kecoklatan, minggu ke-2 dan ke-3 perlakuan tetap berwarna coklat kuning kecoklatan. Perubahan warna tersebut akibat adanya penambahan ammonia pada jerami jagung dan diperam pada kondisi anaerob. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardi (2009) yang menyatakan bahwa manfaat dari amoniasi yaitu merubah tekstur dan warna jerami yang semula keras berubah menjadi lunak dan rapuh, tidak terdapat jamur, warna berubah dari kuning kecoklatan menjadi coklat tua.

1.2.2.      Bau

Berdasarkan hasil pengamatan bau dan rasa amoniasi jerami dengan penambahan urea 6 g diperoleh hasil bahwa amoniasi pada minggu ke-0 tidak berbau amoniak melainkan berbau khas jerami jagung, minggu ke-1 berbau amoniak, minggu ke-2 berbau amoniak sedang dan ke-3 berbau amoniak menyengat. Amoniasi jerami padi dengan urea dapat mengubah bau jerami menjadi bau amoniak. Hal ini menunjukan bahwa amoniasi jerami padi mempunyai kualitas yang baik karena berasa amoniak. Hai ini sesuai dengan pendapat Rahardi (2009) yang menyatakan bahwa ciri amoniasi yang baik  yaitu merubah tekstur dan warna jerami yang semula keras berubah menjadi lunak dan rapuh, warna berubah dari kuning kecoklatan menjadi coklat tua dan berbau amoniak. Dari hasil pengamatan tersebut maka disimpulkan bahwa amoniasi jerami jagung tersebut berkualitas baik. Ditambahkan oleh pendapat Zailzar et al. (2011) bahwa kriteria amoniasi yang baik yaitu berwarna kuning kecoklatan, tekstur lemas dan tidak kaku, tidak busuk melainkan berbaiu amoniak dan tidak berjamur.

1.2.3.      Jamur
1.2.4.      Tekstur
1.2.5.      Penggumpalan
1.2.6.      pH



BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN
2.1.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Teknologi Penolahan Pakan dapat disimpulkan bahwa kualitas silase rumput gajah menunjukkan hasil kurang baik. Hal ini dikarenakan silase bertekstur lembek, terdapat jamur dan mengalami penggumpalan secara menyeluruh. Silase yang baik memilki sifat berbau dan rasa asam, berwarna hijau seperti daun direbus, tekstur hijau seperti bahan asal, tidak berjamur dan tidak menggumpal. Sedangkan kualitas amoniasi jerami jagung dengan penambahan urea menunjukkan hasil yang baik, hal ini dikarenakan amoniasi tersebut berbau amoniak menyengat, tekstur remah, tidak terdapat jamur, dan tidak mengalami penggumpalan. Amoniak yang baik berbau amoniak menyengat, tekstur remah, warna coklat tua, tidak ada jamur maupun penggumpalan.

2.2.      Saran 

DAFTAR PUSTAKA
Rahardi, S. 2009. Pembuatan Amoniasi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak.
Regan, C.S. 1997. Forage Concervation in The Wet Dry Tropics for Small Landholder.
Widyastuti, Y. 2008. Fermentasi Silase dan Manfaat Probiotik Silase bagi Rouminansia. Media Peternakan. 31 (3) : 225-232.

Zailzar, L., Sujono, Suyatno dan A. Yani. 2011. Peningkatan Kualitas Dan             Ketersediaan Pakan Untuk Mengatasi Kesulitan di Musim Kemarau Pada           Kelompok Peternak Sapi Perah. Jurnal Dedikasi Vol. 8.

Siregar, S.B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syarifuddin, N. A. 2010. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Ensilase pada Berbagai Umur Pemotongan. http// rumput-gajah-sebelum-ensilase-dan-silase.pdf. diakses pada tanggal 9 Juni 2012 pukul 17.00 WIB.
Sundstol, F. dan E. Cowart. 1984. Amonia Treatment. Dalam F. Sundstol dan E. Own (editor).















LAMPIRAN
Lampiran 1.  Perhitungan kebutuhan urea
Konversi ke BK jerami padi               = BK jerami padi x gram bahan
                                                            = 70% x 500
                                                            = 350g BK
Kebutuhan urea                                   = dosis urea x BK jerami padi
                                                            = 2% x 350 g
                                                            = 7 g Urea










Lampiran 2. Perhitungan penambahan air


Volume air yang dibutuhkan   =

                                       40%     =  
                                             =
                                    40(500 + a) = 100(150+a)
                           20000 + 40 a        = 15000 + 100 a
                                         5000       = 60 a
                                              a        = 83,3ml

































No comments: