LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN
Disusun oleh :
Kelompok I
|
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN
PAKAN
Kelompok : I (SATU)
Program Studi : S1 PETERNAKAN
Tanggal Pengesahan : Juni 2012
Menyetujui,
Koordinator Umum
Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan
Norma Kusuma Dewi
NIM. H2C 007 057
|
Asisten Pembimbing
Juli Rizkia Fushsilaty
NIM. H2A 009 172
|
Mengetahui,
Koordinator Praktikum
Teknologi Pengolahan Pakan
Cahya Setya Utama, SPt., MSi.
NIP. 19820626 200501 1 003
|
RINGKASAN
KELOMPOK IE. 2012. Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Pakan. (Asisten Pembimbing: Juli Rizkia Fushsilaty)
Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan
dengan materi Silase dan Amoniasi
yang dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 23 Mei pukul 12.00-13.00, Rabu tanggal 30 Mei pukul
12.00-13.00, Rabu tanggal 6 Juni pukul 12.00-13.00 dan Rabu tanggal 9 Juni 2011 pukul 12.00-13.00 WIB di Laboratorium Teknologi Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Tujuan praktikum teknologi pengolahan pakan yaitu untuk mengetahui cara pembuatan silase dan amoniasi serta meningkatkan
kualitas hijauan pakan.
Materi yang digunakan dalam
praktikum pembuatan silase dan amoniasi adalah rumpur gajah 300 g degan
kadar air 65%,
jerami jagung 300 g, urea 6 % dan air 142,6 ml. Peralatan yang
dipergunakan adalah gunting, pisau, nampan, gelas ukur, plastik, timbangan,
kertas label, pH meter, isolasi besar dan alat tulis. Metode yang digunakan dalam pembuatan silase
adalah memotong-motong rumput gajah sekitar 2-3 cm, rumput gajah ditimbang
sebanyak 100
g dan tepung sorgum 4% sebanyak tiga kali ulangan, kemudian memasukkan dalam plastik dan dipadatkan
selanjutnya ditutup rapat, kemudian disimpan dan dilakukan pengamatan selama 3
minggu dan membuka 1 sampel setiap minggu untuk melakukan pengamatan oranoleptik yang
meliputi uji bau, rasa, tekstur, warna, jamur, penggumpalan dan uji pH. Metode
yang digunakan dalam amoniasi adalah memotong-motong jerami padi sekitar 2-3 cm
dan menimbangnya 100 gram, menghitung kebutuhan urea sesuai dosis, didapatkan jumlah
urea yang dibutuhkan sebanyak 6 g kemudian melarutkan urea dengan air sebanyak 142,6 ml, selanjutnya
mencampur larutan urea dengan jerami jagung setelah tercampur kemudian memasukkan dalam
plastik, dipadatkan dan ditutup dengan rapat, setelah itu disimpan di tempat
yang aman dan didiamkan selama 3 minggu membuka 2 sampel setiap minggu untuk
melakukan pengamatan oranoleptik yang meliputi uji bau, rasa, tekstur, warna,
jamur, penggumpalan dan uji pH.
Hasil yang diperoleh dari pengamatan silase selama 3
minggu memiliki bau busuk, bertekstur lembek, berwarna hijau kecoklatan, terdapat jamur banyak sekali, terdapat gumpalan secara
menyeluruh dan memiliki pH 8,45. hasil
yang diperoleh dari pengamatan amoniasi selama 3 minggu memiliki bau amoniak,
bertekstur sedang,
berwarna hijau seperti daun di rebus, tidak berjamur, tidak terdapat gumpalan dan memiliki pH
8,23.
Kata kunci: rumput gajah, jerami jagung, amoniasi, silase, urea.
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Silase
Berdasarkan praktikum Teknologi Pengolahan Pakan dengan
materi Silase Rumput Gajah didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Silase
Rumput Gajah.
Kriteria
|
Minggu 0
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
`Minggu 3
|
|
|
Karak-teristik
|
Karak-teristik
|
Karak-teristik
|
Karak-teristik
|
Skor
|
Bau
|
Khas
|
Asam
|
sedang
|
busuk
|
3
|
Tekstur
|
Kasar
|
Masih seperti bahan asal
|
Sedang
|
Lembek
|
3
|
Warna
|
Hijau
|
Hijau
|
Seperti daun
direbus
|
Hijau kecoklatan
|
6
|
Jamur
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Banyak
|
1
|
Penggumpalan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Seluruh
|
3
|
pH
|
-
|
7,77
|
6,93
|
8,45
|
1
|
Sumber: Data Primer Praktikum Teknologi
Pengolahan Pakan, 2012.
1.1.1. Warna
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh
warna dari
silase rumput gajah, diperoleh hasil
minggu ke-0 pada sampel masih seperti warna bahan asal yaitu warna hijau , minggu ke-1 warna masih tetap hijau, minggu ke-2 berwarna hijau seperti daun direbus sedangkan minggu ke-3 pada sampel berwarna hijau kecoklatan. Hal ini menunjukkan
bahwa silase memiliki kualitas yang kurang baik pada minggu ke-3 karena warna
yang dihasilkan sudah menjadi hijau kecoklatan, namun pada minggu ke-2 masih
tergolong bagus kualitasnya. Sesuai dengan pendapat Febrisiantosa
(2007) yang menyatakan bahwa silase
yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri teksturnya tidak berubah, tidak
menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus, berbau dan berasa asam. Ditambahkan
oleh pernyataan Susetyo et al., (1980) menyatakan bahwa silase yang baik memiliki warna yang
tidak jauh berbeda dengan warna bahan dasar itu sendiri, memiliki pH rendah dan
baunya asam.
1.1.2. Bau
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh
bau dari silase rumput gajah, diperoleh
hasil minggu ke-0 pada sampel masih seperti bau bahan asal yaitu bau khas rumput , minggu ke-1 bau asam sudah mulai muncul, minggu ke-2 bau asam sudah tergolong dalm bau sedang sedangkan minggu ke-3 pada sampel berbau busuk. Hal ini menunjukkan bahwa silase minggu
ke-3 memiliki kualitas yang kurang baik karena sudah beberbau busuk. Sesuai dengan pendapat Febrisiantosa (2007) yang menyatakan bahwa silase yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri
teksturnya tidak berubah, tidak menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus, berbau dan berasa asam. Ditambahkan oleh Foley et al.
(1973) yang menyatakan bahwa tahapan ensilase ada 5 yaitu 1) Hijauan akan
menghasilkan panas dan CO2 sampai proses respirasi terhenti.
Respirasi aerob oleh hijauan akan mengurangi udara dalam silo dan menyebabkan
kondisi anaerob. Proses ini berlangsung selama 3-5 hari pertama; 2) Fase
produksi asam asetat yang dihasilkan oleh bakteri; 3) Tahap ini dimulai saat
konsentrasi asam meningkat dengan pertambahan bakteri penghasil asam laktat; 4)
Terjadi penurunan bakteri pembentuk asam laktat karena bakteri asam asetat
tidak dapat hidup di lingkungan dengan asam laktat dan asetat tersedia cukup,
tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut kamudian akan berreaksi dengan bahan
yang diawetkan sehingga terjadi pembusukan, asam amino dan protein akan berubah
menjadi ammonia dan amina yang akan menurunkan kualitas silase.
1.1.3. Jamur
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh
hasil pengamantan jamur dari silase rumput gajah, diperoleh hasil minggu ke-0 tidak ada jamur , minggu ke-1 belum ada jamur, minggu ke-2 tidak ada jamur yang tumbuh pada silase tersebut
sedangkan minggu
ke-3 pada sampel terdapat banyak jamur hampir diseluruh silase tersebut. kualitas silase
pada minggu ke-3 itu tidak bagus karena silase tersebut sudah
terkontaminasi banyak jamur. Hal ini sesuai dengan pendapat Regan (1997) yang menyatakan bahwa silase
dikatakan berkualitas baik, jika tidak
terdapat jamur. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas silase seperti asal atau jenis hijauan, temperatur penyimpanan,
tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase, tingkat kematangan atau fase
pertumbuhan tanaman, bahan pengawet, panjang pemotongan, dan kepadatan hijauan
dalam silo. Ditambahkan oleh pendapat Zailzar et al.
(2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu berbau harum agak kemanis-manisan,
tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan dan memiliki pH
antara 4 sampai 4,5.
1.1.4. Tekstur
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil
pengamantan tekstur dari silase rumput gajah, diperoleh hasil minggu ke-0
kasar , minggu ke-1 masih seperti bahan asal, minggu ke-2 teksturnya sedang pada minggu
ke-3 tekstur silase tersebut sudah lembek . kualitas silase pada minggu ke-3
itu tidak bagus karena silase seharusnya teksturnya harus remah bukan lembek,
disebabkan karena penutupan silo yang masih kurang rapat sehingga masih ada
udara sehingga silo tidak dalam suasana anaerob. Hal ini
sesuai dengan pendapat Komar (1984)
yang menyatakan bahwa hal-hal yang dapat menyebabkan
kerusakan silase adalah pemadatan hijauan dalam silo yang kurang sempurna dan
penutupan silo yang tidak sempurna sehingga udara luar mudah masuk. Hal ini sependapat dengan Zailzar et al. (2011) bahwa ciri-ciri silase
yang baik yaitu berbau harum agak dan
bertekstur remah.
1.1.5.
pH
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil pengukuran
pH dari silase rumput gajah, , minggu ke-1 pH 7,77, minggu ke-2 pH 6,93 minggu ke- pH 8,45 .
kualitas silase pada minggu ke-3 kurang baik karena silase tersebut dalam
keadaan basa. Silase yang baik itu harus dalam suasana asam karena terjadi
proses fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1996)
yang menyatakan bahwa pada pembuatan silase perlu ditambahkan bahan pengawet agar
terbentuk suasana asam dengan derajat keasaman optimal. Rasa asam dapat
dijadikan sebagai indikator untuk melihat keberhasilan proses ensilase, sebab
untuk keberhasilan proses ensilase harus dalam suasana asam. Diperkuat oleh pernyataan Hal ini sependapat dengan Zailzar et al. (2011)
bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu memiliki pH antara 4 sampai 4,5.
1.2. Amoniasi
Berdasarkan praktikum Teknologi
Pengolahan Pakan dengan materi amoniasi
jerami jagung
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Amoniasi Jerami Jagung.
Kriteria
|
Minggu 0
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
`Minggu 3
|
|
|
Karak-teristik
|
Karak-teristik
|
Karak-teristik
|
Karak-teristik
|
Skor
|
Bau
|
Khas
|
amoniak
|
Amoniak sedang
|
Aminiak menyengat
|
9
|
Tekstur
|
Kasar
|
Masih seperti bahan asal
|
Lembut Sedang
|
Lembek
|
6
|
Warna
|
Kuning kecoklatan
|
Kuning kecoklatan
|
Hijau kecoklatan
|
Hijau
|
9
|
Jamur
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Banyak
|
9
|
Penggumpalan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
tepi
|
>9
|
pH
|
-
|
8,03
|
8,45
|
8,23
|
>9
|
Sumber: Data Primer Praktikum Teknologi
Pengolahan Pakan, 2012.
1.2.1. Warna
Berdasarkan
hasil pengamatan warna pada jerami amoniasi menunjukkan bahwa jerami amoniasi pada
minggu ke-0 dan ke-1 berwarna kuning
kecoklatan, minggu ke-2 dan ke-3 perlakuan tetap berwarna coklat kuning kecoklatan.
Perubahan warna tersebut akibat adanya penambahan ammonia pada jerami jagung dan diperam pada
kondisi anaerob. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardi (2009) yang menyatakan bahwa
manfaat dari amoniasi yaitu merubah tekstur dan warna jerami yang semula keras
berubah menjadi lunak dan rapuh, tidak terdapat jamur, warna berubah dari
kuning kecoklatan menjadi coklat tua.
1.2.2.
Bau
Berdasarkan hasil pengamatan bau dan rasa amoniasi
jerami dengan penambahan urea 6 g diperoleh hasil bahwa amoniasi pada
minggu ke-0 tidak berbau amoniak
melainkan berbau khas jerami jagung, minggu ke-1 berbau amoniak, minggu ke-2 berbau amoniak sedang dan ke-3 berbau amoniak menyengat.
Amoniasi jerami padi dengan urea dapat mengubah bau jerami menjadi bau amoniak.
Hal ini menunjukan bahwa amoniasi jerami padi mempunyai kualitas yang baik
karena berasa amoniak. Hai ini sesuai dengan pendapat Rahardi (2009) yang menyatakan bahwa ciri amoniasi yang baik yaitu merubah tekstur dan warna jerami yang
semula keras berubah menjadi lunak dan rapuh, warna berubah dari kuning
kecoklatan menjadi coklat tua dan berbau amoniak. Dari hasil pengamatan tersebut maka disimpulkan
bahwa amoniasi jerami jagung tersebut berkualitas baik. Ditambahkan oleh pendapat Zailzar et al.
(2011) bahwa kriteria amoniasi yang baik yaitu berwarna kuning kecoklatan,
tekstur lemas dan tidak kaku, tidak busuk melainkan berbaiu amoniak dan tidak berjamur.
1.2.3.
Jamur
1.2.4.
Tekstur
1.2.5.
Penggumpalan
1.2.6.
pH
BAB II
KESIMPULAN
DAN SARAN
2.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum
Teknologi Penolahan
Pakan dapat disimpulkan bahwa kualitas
silase rumput gajah menunjukkan hasil kurang baik. Hal ini dikarenakan silase
bertekstur lembek, terdapat jamur dan mengalami penggumpalan secara menyeluruh.
Silase yang baik memilki sifat berbau dan rasa
asam, berwarna hijau seperti daun
direbus, tekstur hijau
seperti bahan asal, tidak berjamur dan tidak
menggumpal. Sedangkan kualitas
amoniasi jerami jagung dengan penambahan urea menunjukkan hasil yang baik, hal
ini dikarenakan amoniasi tersebut berbau amoniak menyengat, tekstur remah,
tidak terdapat jamur, dan tidak mengalami penggumpalan. Amoniak yang
baik berbau amoniak menyengat, tekstur remah, warna coklat tua, tidak ada jamur
maupun penggumpalan.
2.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Rahardi, S. 2009. Pembuatan Amoniasi
Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak.
Regan, C.S. 1997. Forage Concervation in The Wet Dry Tropics for Small
Landholder.
Widyastuti, Y.
2008. Fermentasi Silase
dan Manfaat Probiotik Silase bagi Rouminansia. Media Peternakan. 31 (3) : 225-232.
Zailzar, L.,
Sujono, Suyatno dan A. Yani. 2011. Peningkatan Kualitas Dan Ketersediaan Pakan Untuk Mengatasi
Kesulitan di Musim Kemarau Pada Kelompok
Peternak Sapi Perah. Jurnal Dedikasi Vol. 8.
Siregar, S.B.
1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syarifuddin, N. A. 2010. Nilai Gizi
Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Ensilase pada Berbagai Umur Pemotongan. http//
rumput-gajah-sebelum-ensilase-dan-silase.pdf. diakses pada tanggal 9 Juni 2012 pukul 17.00 WIB.
Sundstol, F. dan E. Cowart. 1984. Amonia Treatment.
Dalam F. Sundstol dan E. Own (editor).
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Perhitungan kebutuhan urea
Konversi ke BK jerami padi =
BK jerami padi x gram bahan
=
70% x 500
=
350g BK
Kebutuhan urea =
dosis urea x BK jerami padi
=
2% x 350 g
=
7 g Urea
Lampiran
2. Perhitungan penambahan air
Volume air yang dibutuhkan =
40%
=
=
40(500
+ a) = 100(150+a)
20000 + 40 a = 15000 + 100 a
5000
= 60 a
a = 83,3ml
No comments:
Post a Comment