Wednesday, 11 July 2012

laporan manajemen ternak potong

LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA
KOMODITAS : YORKSHIRE
JENIS USAHA : INDUK ANAK
Peternakan Babi Mahkota Putri Kembang
Kembang Sumogawe, Getasan






Disusun oleh:
Kelompok VE

Jesica Sibarani                            23010110110006
Sandi S. Sinambela                    23010110110031
Dameria M. Panjaitan                23010110130203
Romerto P. Sinaga                      23010110130226




FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
No
  Aspek dan Kondisi Observasi
Evaluasi
Solusi
Referensi
1.
Lokasi Peternakan

a.    Peternakan Induk Anak Babi milik bapak Utomo beralamat di Desa Kembang Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang.
b.  Suhu : 280C
c.   Kelembapan : 66%
d.  Ketinggian : 2000 meter diatas permukaan laut
e.   Jarak peternakan dengan pemukiman penduduk 5-6 km.
f. Jarak peternakan dengan pemasaran sangat jauh. Karena tempat pemasarannya berada di Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta.
g.  Jarak peternakan dengan pengolahan limbah ± 2 meter
h.  Jarak peternakan dengan lahan pakan ± 5 meter
a. -
b. Lokasi peternakan babi Bapak Tarnujin cocok untuk dijadikan lokasi peternakan babi karena suhu yang tidak terlalu panas sehingga mengurangi resiko cekaman panas.
c. –
d. -
e. Lokasi tersebut cocok untuk area peternakan karena jauh dari pemukiman penduduk dan sudah di alokasikan oleh pemerintah.
f.     Tempat pemasaran hanya di sekitar Jakarta, Semarang, Yogyakarta.
g.    Limbah hasil peternakan digunakan untuk pupuk kandang, pupuk kandang ini digunakan oleh para petani disekitar peternakan untuk pupuk sehingga dapat dimamfaatkan karena tidak mencemari lingkungan.
h.   


f.     Lebih memperluas lagi tempat pemasaran.
b.    Ternak babi tergolong hewan berdarah panas atau homeoterm, yakni mekanisme fisiologisnya selalu berusaha mempertahankan kemantapan keadaan internal tubuh dengan kondisi lingkungan eksternal yang tidak cocok baginya (Sihombing, 1997).
g.    Letak atau jarak antara kandang babi dan gudang pakan harus disesuaikan serta pembuangan limbah harus dikendalikan sehingga tidak mengganggu masyarakat (Williamson dan Payne, 1993).

2.
Identitas Perusahaan/ Organisasi

a.  Peternakan Babi bapak Utomo bernama Mahkota Putri Kembang.
b. Pemiliknya bernama Bapak Sarwoko Aji.
c.  Mahkota Putri Kembang berdiri sejak tahun 1987.
d.  Jumlah tenaga kerja di Mahkota Putri Kembang ada 6 orang.
e.   Mahkota Putri Kembang telah memiliki struktur organisasi yang terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota.
f.   Jumlah ternak awal pemeliharaan induk anak adalah 100 ekor sudah termasuk anakan dan induk.
g.  Mahkota Putri Kembang pada awalnya bukanlah milik bapak Sarwoko Aji. Namun milik kakak beliau yang bernama Hwa Ing. Setelah Hwa Ing meninggal, Mahkota Putri Kembang dibeli oleh bapak Sarwoko Aji.
h.  Peternakan milik bapak Utomo telah memiliki perijinan dari warga setempat.
i.    Modal awal : Rp 7.350.000,-
j.    Tujuan dari usaha peternakan ini adalah induk anak.


a.    Peternakan Bapak Utomo masuk dalam katagori baik karena telah memiliki nama perusahaan sehingga masyarakat mudah mengenal peternakan milik bapak Utomo tersebut.
b.   
c.    -
d. Hanya memiliki 6 orang pekerja.
e. Struktur organisasi nya sudah baik karena pembagian tugasnya sudah bagus. Namun pembagian tugasnya belum jelas artinya pembagian tugas masing-masing pekerja belum terbagi sesuai kejadian yang dialami ternak.
f. –
g. –
h. –
i. –
j. –




d.   Sebaiknya jumlah pekerja ditambah. Karena ternak yang dipelihara semakin bertambah.

e.    Sebaiknya struktur organisasi dan pembagian tugasnya dibuat lebih teratur.


e.Menurut Sosroamidjojo (1980), bahwa struktur organisasi sangat di butuhkan untuk menunjang operasional usaha penggemukan sapi, baik secara sederhana maupun secara rumit. Fungsi struktur organisasi adalah untuk menentukan seorang tenaga kerja bertanggung jawab terhadap jenis pekerjaan apa dan kepada siapa bertanggung jawab dan melaporkan hasil tugas-tugasnya agar mengetahui hak dan kewajibanya.




3.
Perkandangan

a.       Lay out perkandangan :
b.      Luas perkandangan: s
Ukuran perkandangan 4500 meter yang terdiri dari luas perkandangan 3000 meter dan luas saptiteng dan pertanian 1500 meter.
c.       Luas gudang pakan: 10 x 25meter
d.        Peralatan yang menunjang perkandangan: mesin penggiling jagung, mesin pemecah jagung, mixer kapasitas 500 kg, mesin penyemprot hama, sekop, timbangan, dan genset.
e.       Mess: 3 kamar
f.       tempat parkir: 2 x 4 meter



Kandang
a.       Jumlah kandang: 145
Kandang indukan : 82
Kandang battery : 63
b.      Luas tiap kandang:
Kandang indukan: 2 x 3 meter
Kandang  battery 1,5 x 2 meter
c.       Luas semua kandang  :     435 m2
d.      Posisi kandang menghadap : ke timur
e.       Tipe kandang: terbuka
f.       Kapasitas tiap kandang:
Kandang indukan 10-12 ekor
g.      Bahan dinding kandang: beton
h.      Bahan atap: asbes
i.        Bahan lantai: cor


Perkandangan :
a. Lampiran 2. Lay out perkandangan
b. Ukuran perkandangan sudah termasuk bagus namun saptitengnya terlalu luas
c. luas gudang pakan 10 x 25 meter termasuk luas sudah mememenuhi untuk menyimpan pakan selama 1 minggu.
d. Peralaratan yang dimiliki perusahaan sangat membantu jalannya  proses produksi dan mengurangi tenaga kerja
e. Mess dipergunakan oleh pekerja yang tidak berdomisili di sekitar kampung.
f. Tempat parkir khusus untuk motor
Kandang :
a. Jumlah kandang mencukupi untuk menampung anak dan induk
b. Ukuran kandang indukan kurang luas karena jika induk menghasilkan anak 11 maka pergerkan akan berakibat fatal pada anak babi.
c. -
d. Posisi kandang menghadap ke barat baik untuk ternak karena cahaya matahari tidak akan masuk kandang pada pagi dan siang hari.
e.Tipe kandang terbuka menunjukkan bahwa sirkulasi udara berlangsung dengan lancar dan memberikan suasana yang nyaman bagi ternak babi
f. Kapasitas kandang sangat baik karena kapasitas ternaknya disesuaikan dengan jenis ternaknya.
g. Bahan dinding kandang sangat baik bahannya karena ternak suka tiduran dengan cara merapat ke dinding.
h. Bahan atap juga sangat baik menggunakan asbes dan cukup cahaya matahari.
i. Bahan lantai juga sangat baik karena lantai telah diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam sanitasi namun tidak licin.


Perkandangan :

b. mengurangi ukuran saptipteng dan menambah jumlah kandang.

















b.Ukuran kandang sebaiknya diperbesar sedikit agar ternak yang tinggal didalam kandang tersebut tidak stress dan mudah untuk bergerak.

k.    Perlengkapan kandang tersebut sudah baik karena jenis dan jumlahnya sudah disesuaikan dengan kebutuhan untuk peternakan babi tersebut.


d.   Luas kandang babi tergantung dari banyaknya babi yang dipelihara dan tipe usaha yang dijalankan (Blakely dan Bade, 1994). Merencanakan kandang babi sudah tentu dipertimbangkan hal-hal antra lain: sarana jalan, ketinggian lokasi, ketersedian air, kemungkinan pengadaan listrik, sarana komunikasi, kemungkinan memperoleh bahan ransum, kelandaian lahan, keadaan lingkungan sekitar, kondisi tanah, pengaruh terhadap kesehatan ternak dan sebagainya (Sihombing, 1997).
j.Fungsi atap yaitu untuk menahan air hujan dan tering sinar matahari juga sangat bermanfaat untuk menahan panas yang dihasilkan oleh tubuh hewan itu (Sihombing, 1997).

k.Permukaan tidak boleh licin, tidak boleh ada penonjolan yang tajam yang dapat menyebabkan goresan luka pada babi. Bahan Lantai harus yang tahan lama dan sedapat mungkin ringan pemeliharaannya (Sihombing, 1997). Semua babi hendaknya dipelihara pada lantai semen agar mudah dibersihkan setiap hari. Lantai juga jangan terlalu licin dan terlalu kasar (Williamson dan Payne, 1993).


4.
Populasi Ternak

a.       Jumlah ternak: grower 250 ekor, induk yang aktif  180 ekor, calon induk 30 ekor, pejantan 12 ekor, biren 750 ekor.
b.      Jenis ternak yang diternakan adalah Yorkshire, Duroc, Hampshire, Landrace. Jenis ternak pejantan yaitu Landrace, indukan Yorkshire dan Duroc.
c.       Asal ternak Yorkshire dari Bali, dan Duroc dari Jakarta.



a.       Induk aktif adalah induk yang sudah pernah melahirkan. Calon induk adalah yang belum pernah melahirkan
b.      Lampiran 2. Jenis babi yang di ternakan

c.       -

d.Perkembangan ternak babi semakin maju dengan diimpornya bibit ras dari luar negeri. Bangsa babi impor tersebut yakni Hampshire, Duroc, Landrace dan Yorkshire (Aritonang, 1995). Babi Yorkshire atau Large white merupakan babi dengan badab besar panjang berwarna putih. Babi ini merupakan babi yang paling subur dari semua babi di Inggris dan Amerika. Babi ini banyak dipakai dalam program persilangan (Williamson dan Payne, 1993).
5.
Pakan

a.    Jenis bahan pakan yang digunakan adalah konsentrat, bekatul, butiran, miko, jagung giling.
b.    Ketersediaan pakan sekali datang cukup untuk pakan ternak selama seminggu.
c.    Harga bahan pakan yang digunakan berbeda-beda. Konsentrat Rp 6000,-/kg; jagung giling Rp 2750,-/kg; bekatul Rp 1700,-/kg; miko Rp 1250,-/kg.
Harga pakan untuk starter/hari: Rp 3002,-/hari
Harga pakan untuk grower/hari: Rp 3332,-/ hari
Harga pakan untuk finishing/ hari:  Rp 3100,-/hari
Harga pakan untuk induk bunting/hari: Rp 3273,-/hari
Harga pakan untuk induk menyusui: Rp 2923,-/hari
d.    Pemberian air minum dilakukan dengan sistem napple.
e.    Frekuensi pemberiannya yakni 2 kali. Induk yang bunting dan induk yang menyusui hanya diberikan 1 x sehari.
f.     Jumlah pemberian pakan:
pada starter pemberian jagung 1081 gram, bekatul 180 gram, konsentrat 360 gram, butiran 360 gram, miko 18 gram. Pada grower pemberian jagung 1098 gram, bekatul 396 gram, miko 20 gram, konsentrat 495 gram. Pada Finishing pemberian jagung giling 1078 gram, bekatul 490 gram, miko 39 gram, konsentrat 392 gram. Pada indukan yang bunting pemberian jagung giling 1100 gram, bekatul 600 gram, konsentrat 300 gram. Pada induk yang menyusui pemberian jagung giling 1010 gram, bekatul 505 gram, konsentrat 485 gram.
g.    Selama pemberian pakan, tidak pernah ada sisa pakan. Pakan diberikan pada starter, grower, finishing 2 x sehari yakni pagi dan sore.

a.    Jenis-jenis pakan yang diberikan pada babi sudah sesuai dengan yang dibutuhkan babi yaitu bekatul, konsentrat dan lainnya.
b.     Pembelian atau stok pakan dibeli satu kali seminggu
c.     Pakan yang di gunakan adalah konsentrat, jagung giling, bekatul, dan miko
d.     Sistem napple akan mengurangi penyakit pada ternak
e.    -
f.     Untuk pemberian pakan sesuai ransum, pada ransum starter sesuai dengan yang dibutuhkan karena babi starter membutuhkan kandungan serat kasar yang rendah misalnya dari bahan jagung giling halus karena memiliki kadar cerna yang tinggi.
g.     Pakan yang selalu habis menandakan bahwa pakan yang diberikan bersifat palatabel.

f.Pemberian pakan sudah sesuai dengan standar setiap harinya karena pemberian disesuaikan dengan umur babi serta kebutuhan babi.
f.Pemberian pakan diberikan sesuai dengan keadaan dari ternak, komposisi ternak pada fase yang berbeda memiliki komposisi pakan yang berbeda pula, sehingga kita perlu mengetahui pakan yang sesuai dengan kondisi ternak tersebut. Pengaruh defesiensi zat-zat makanan yang mencolok akan mempengaruhi perfoma produksi babi, baik pada induk yang bunting dan laktasi maupun pada babi dara juga pada babi jantan pada fase starter (Sihombing, 1997). Kebutuhan protein untuk babi grower sebesar 40 – 120 lbs dan untuk babi finisher sebesar 120 – 240 % (Bundy et al., 1976).

6.
Performa Ternak

a.    Pejantan
Umur pejantan sekitar 2-3 tahun.
Berat badannya 2-2,5 kwintal
b.    Betina
Umur betina sekitar 1-1,5 tahun
Berat badan 200 kg
c.       Anak baru lahir berat badannya berkisar antara 1,2 – 1,5 kg


Untuk Penggemukan
  1. Starter
-        Umur : 8 minggu
-        BB : 15 kg
-        PBBH : 0,5
-        FCR : 3,74
-        Efisiensi pakan : 26,74%
-        Feed cost per gain : Rp 16.216,00
  1.  Grower
-        Umur : 20 minggu
-        BB : 55 kg
-        PBBH : 0,625
-        FCR : 3,7
-        Efisiensi pakan : 26,94%
c.       Finisher
-        Umur : 28 minggu
-        BB : 98 kg
-        PBBH : 0,71
-        FCR : 4,5
-        Efisiensi pakan : 21,96%

Performa ternak

a.
b.
c.









Untuk penggemukan
a.
b.
c.
















a. Pada fase starter atau periode ini mereka harus mendapatkan ransum starter, yaitu ransum yang terdiri dari Komposisi bahan makanan yang mudah dihisap oleh anak babi dan pula mudah dicerna (creep feeder), dan kandungan serat kasarnya rendah, misalnya dari bahan jagung giling halus, tepung susu skim. Sebab susu kandungan proteinnya tinggi, sedangkan jagung memiliki kadar cerna yang tinggi dan merupakan sumber karbohidrat(Sihombing, 1997). 
Babi-babi yang telah melewati fase grower dan mencapai berat 50 kg. Hal ini dimaksudkan agar  Babi tumbuh cepat, sehat dan kuat. Bisa menghasilkan babi-babi fattening yang tidak banyak lemak atau spek, melainkan banyak daging. Babi bibit (breeding) dalam periode menyusui nanti akan bisa memproduksi air susu cukup banyak (Blakely dan Bade, 1994). Babi-babi yang digemukkan sebagai babi potongan yang beratnya 50 – 100 kg. penggemukan ini dimulai semenjak mereka sudah melewati fase grower yang berat hidupnya 50 kg sampai dengan bisa dipotong yaitu pada waktu mencapai berat 100 kg (Blakely dan Bade, 1994).
7.
Penyakit
a.    Jenis penyakit yang sering dialami oleh ternak adalah diare, mencret, gangguan pernafasan dan penyakit kulit.
b.    Gejala penyakit yang dialami oleh ternak biasanya berasal dari makanan dan lingkungan sekitar.
c.    Penanganan penyakit biasanya dengan memberi vitamin dan disuntik.
d.    Nama obat: Tiamulin untuk gangguan pernafasan; Flexagen, Interspectin-L, Unco-S untuk diare, Limoxin untuk luka.

a.
b.
c.
d. Penanganan penyakit pada ternak cukup baik. Ternak selalu diberi vitamin dengan cara mencampur vitamin dengan makanannya agar ternak kebal dari penyakit.

a.    Menurut Pond dan Mayer (1974) pada dasarnya penyakit yang menyerang babi digolongkan : 1. Penyakit tidak menular misalnya penyakit akibat kekurangan zat-zat makanan tertentu (deficiency) seperti anemia, bulu  rontok, rachitis. 2. Penyakit menular yang disebabkan oleh gangguan dari suatu organisme (bakteri, virus), dan parasit seperti cacing, kutu.
b.    Penyakit dapat menyebar dari seekor ternak ke ternak yang lain melalui berbagai jalan diantaranya 1) kontak langsung antara seekor ternak yang sakit dengan ternak yang sehat; 2) kontak melalui persediaan makanan; 3) kontak dengan benda yang sebelumnya kontak dengan ternak yang sakit; 4) kontak melalui tanah; 5) infeksi melalui udara; 6) spesies ternak atau hewan yang lain, sebagai pembawa penyakit (Blakely dan Bade, 1994).

8.
Pengolahan Limbah

a.    Jenis limbah yaitu berupa feses. Ada yang berupa limbah padat, limbah setengah padat, dan cair.
b.    Cara pengolahan limbah yaitu dengan menyiapkan sepsiteng 4. Yaitu di sepsiteng pertama diisi dengan limbah padat. Kemudian disalurkan ke sepsiteng kedua yang berisi limbah kental. Dari sepsiteng kedua dialirkan ke sepsiteng ketiga yang berisi limbah setengah kental kemudian dialirkan ke sepsiteng keempat yang berisi limbah cair. Dari sepsiteng keeempat dialirkan ke tanaman pakan.
c.    Pemasaran olahan limbah: setelah limbah cair disebarkan, limbah padat yang tinggal disepsiteng pertama dimasukkan ke karung kemudian dijual atau dipasarkan.
d.    Waktu pengolahan limbah dilakukan seiap hari.


a.        
b.       
c.         
d.      Penanganan limbah sudah optimal karena limbah langsung dialirkan ke pertanian penduduk sehingga tidak mengganggu penduduk. Terjadi simbiosis mutualisme pada penggunaan limbah karena menguntungkan penduduk serta peternak.


b.Penanganan limbah sudah baik dan telah dimanfaatkan secara optimal.
c.Kotoran sebaiknya diolah terlebih dahulu sehingga menjadi kompos kemudian di jual kepada petani dengan yang relatif murah.



b.Penanganan limbah menjadi penting dalam sanitasi karena limbah peternakan bila tidak dimanfaatkan dengan baik dapat menimbulkan masalah bagi peternakan itu sendiri maupun terhadap lingkungan. Merencanakan tempat penampungan atau penanganan limbah babi selain memilih lokasi dan penampungan sementara yang sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan (Sihombing, 1997).
c. Kompos sebagai salah satu pupuk organik dapat diintensifkan penggunaanya karena sangat baik dan pengaruhnya bertahan lama (Sihombing, 1997).

9.
Pemasaran

a.   Bentuk produk yang dipasarkan adalah berupa anakan, ternak yang besar, dan induk.
b.  Tempat pemasarannya berada di Jakarta berupa anakan, Semarang berupa ternak yang besar, dan di Yogyakarta berupa indukan.
c.   Kesulitan dalam pemasaran yaitu tidak adanya saingan dalam pemasaran.
d.  Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran yaitu truk dan tronton yang memuat 140 ekor ternak.
e.   Waktu pemasarannya 2 kali dalam sebulan.
f.   Harga jual:  Rp 500000,-/ekor bakalan.
g.  Metode penjualan yaitu dengan cara sistem pesan.

a.    Bentuk jual hidup dilakukan karena permintaan pembeli sendiri.
b.     
c.     
d.   Penggunaan truk dan tronton memudahkan pengangkutan dalam kapasitas besar.
e.        
f.       Semakin tinggi bobot badan babi berarti semakin mahal harga jualnya dan keuntungan yang diperoleh lebih besar.
g.       



a.    Agar memproleh keuntungan yang lebih besar sebaiknya bapak Tarnujin tidak menjual bentuk hidup saja tetapi dalam bentuk karkas.



f.Keuntungan dari usaha produksi ternak babi banyak tergantung dari keefisienan cara memproduksi babi dan keefisinan memasarkan (Sihombing, 1997).

10.













11.
Evaluasi Usaha

a.    Kendala yang dirasakan peternak yaitu saat pemasaran banyak saingan di pasaran. Sehingga untuk menaikkan harga ternak sangat sulit.
b.    Tindakan yang dilakukan peternak saat mengalami kerugian yaitu dengan memperbesar jumlah penjualan ternak di pemasaran berikutnya.
Analisis Usaha (Terlampir)



Kesulitan dalam pemasaran ditimbulkan karena selera konsumen yang berdeda-beda sehingga peternak harus melakukan perluasan pemasaran. Dan meningkatkan manajemen pemeliharaan yang lebih baik. Sehingga sesuai dengan permintaan konsumen.





a.    Mencari tempat pemasaran yang memiliki saingan agar harga penjualan dapat dinaikkan.
























DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, D. 1995. Babi Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta.
Blakely, J. Dan D.H. Blade. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Bundy, C., R. V. Diggins and V. W. Christensen. 1976. Swine Production. Iowa State University, USA.
Pond, W. G. dan J. H. Manner. 1974. Swine Production in Temperate and Tropical Environments. W. H. Freeman and Company, San Fransisco.
Sihombing, D.T.H. .1997 . Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sastroamidjojo, S.M. 1985. Ternak Potong dan Kerja. CV.Yasaguna, Jakarta.
Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Daerah Tropis. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. .  Lay out perkandangan

















Lampiran 2. Jenis babi yang di ternakan


















Lampiran 3. Perhitungan BK Pakan

Tabel 1. Perhitungan BK Pakan
Bahan Pakan
Berat Loyang (g)
Sampel sebelum dioven (g)
Loyang dan sampel setelah dioven (g)
Bekatul 1
Bekatul 2
Konsentrat 1
Konsentrat 2
Butiran 1
Butiran 2
Jagung Giling 1
Jagung Giling 2
Miko 1
Miko 2
6,784
6,790
6,784
6,935
6,588
6,757
5,747
5,735
6,689
6,878
10,005
10,001
10,001
10,007
10,007
10,008
10,001
10,007
10,002
10,004
15,652
15,648
15,767
15,938
15,742
15,908
14,395
14,391
16,142
16,353
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2012.
Kadar BK pakan                     = x 100%

BK Bekatul 1                          = x 100%
                                                = 88,635 %

BK Bekatul 2                          = x 100%
                                                = 88,571 %

BK Rata-rata Bekatul             =
                                                = 88,603 %
BK Konsentrat 1                     = x 100%
                                                = 89, 821 %
BK Konsentrat  2                    = x 100%
                                                = 89,967 %

BK Rata-rata Konsentrat        =
                                                = 89,894 %
BK Butiran 1                          = x 100%
                                                = 91,475 %

BK Butiran 2                          = x 100%
                                                = 91,436 %

BK Rata-rata Butiran              =
                                                = 91,455 %
BK Jagung Giling 1                = x 100%
                                                = 86, 471 %
BK Jagung Giling 2                = x 100%
                                                = 86,499 %

BK Rata-rata Jagung Giling   =
                                                = 86,485 %

BK Miko 1                              = x 100%
                                                = 94,511 %
BK Miko 2                              = x 100%
                                                = 94,712 %

BK Rata-rata Miko                 =
                                                = 94,611 %



Lampiran 5. Perhitungan Kebutuhan BK, PK, dan EM
Bobot badan (kg)
Pertambahan bobot badan (g)
Kebutuhan BK (kg)
Kebutuhan PK (%)
Kebutuhan EM (kkal/day)
1-5
200
0,250
24
805
5-10
250
0,460
20
1.490
10-20
450
0,950
18
3.090
20-50
700
1,900
15
6.200
50-110
820
3,110
13
10.185
Sumber: National Research Council, 1988.

Periode starter
·         PBB                                          =     
                                                 =
                                                 =  0,532 kg/hari
Kebutuhan BK =  x kebutuhan BK standar
                         =    x 950
                         = 1123 g/hari
                         = 1,123 kg/hari

Kebutuhan EM =  x kebutuhan EM standar
                          =    x 3.090
                          =  3653 kkal/hari

Kebutuhan PK =  x kebutuhan PK standar
                         =   x 17
                         = 20%
Periode Grower
PBBH = 0,625 kg = 625 g
Kebutuhan BK =  x kebutuhan BK standar
                         =   x 1900
                         = 1696,43 g/hari
                         = 1,696 kg/hari
Kebutuhan EM =  x kebutuhan EM standar
                          =   x 6200
                          = 5535,71 kkal/hari
Kebutuhan PK =  x kebutuhan PK standar
                         =   x 285
                         = 254,46 g/hari
                         = 0,254 kg/hari
Periode finisher
PBBH = 0,71 kg = 710 g
Kebutuhan BK =  x kebutuhan BK standar
                         =   x 3110
                         =  2692,8g/hari
                         = 2,693 kg/hari
Kebutuhan EM =  x kebutuhan EM standar
                          =   x 10185
                          = 8818,72 kkal/hari
Kebutuhan PK =  x kebutuhan PK standar
                         =   x 404
                         = 349,80 g/hari
                         = 0,350 kg/hari






Perhitungan Konsumsi Pakan Starter
Konsumsi                                = 2 Kg/ekor
Persentase jagung giling =  54 %
Persentase bekatul                   =  9 %
Persentase konsentrat              = 18 %
Persentase butiran                   = 18%
Persentase miko                      =  1%
Tabel 6. Konsumsi Pakan Starter.
Bahan Pakan
BK (%)
Konsumsi (kg)
Konsumsi (kg BK)
Kadar BK x pemberian BS
Konsumsi EM (kg BK)
Kadar EM x pemberian BK
Konsumsi PK (kg BK)
Kadar PK x pemberian BK
Jagung giling
86,49
1,486
935


Bekatul
88,63
0,153
160


Konsentrat
89,89
1,081
324


Butiran
91,45
       0,270
          330


miko
94,61
       0,011
          17


total


        1765


Sumber : Data Primer Praktikum Managemen Ternak Potong dan Kerja, 2012.






Perhitungan Konsumsi Pakan Grower
Konsumsi                                = 2,5 Kg/ekor
Presentase bekatul                   =  25,4 %
Persentase jagung giling =   36,8 %
Persentase konsentrat              =   37,8 %
Tabel 7. Konsumsi Pakan Grower
Bahan Pakan
BK (%)
Konsumsi (kg)
Konsumsi (kg BK)
Kadar BK x pemberian BS
Konsumsi EM (kg BK)
Kadar EM x pemberian BK
Konsumsi PK (kg BK)
Kadar PK x pemberian BK
Jagung giling
86,49
1,486
935


Bekatul
88,63
0,153
160


Konsentrat
89,89
1,081
324


Butiran
91,45
       0,270
         330


miko
94,61
       0,011
          17


total


        1765


Sumber : Data Primer Praktikum Managemen Ternak Potong dan Kerja, 2012.





Perhitungan Konsumsi Pakan Finisher
Konsumsi                                = 3,5 Kg/ekor
Presentase bekatul                   =  38,7 %
Persentase jagung giling =   33,8 %
Persentase konsentrat              =   27,5 %
Tabel 8. Konsumsi Pakan Finisher
Bahan Pakan
BK (%)
Konsumsi (kg)
Konsumsi (kg BK)
Kadar BK x pemberian BS
Konsumsi EM (kg BK)
Kadar EM x pemberian BK
Konsumsi PK (kg BK)
Kadar PK x pemberian BK
Jagung giling
86,49
1,486
935


Bekatul
88,63
0,153
160


Konsentrat
89,89
1,081
324


Butiran
91,45
       0,270
         330


miko
94,61
       0,011
          17


total

          2
        1765


Sumber : Data Primer Praktikum Managemen Ternak Potong dan Kerja, 2012.





Perhitungan Konsumsi Pakan Indukan dan Pejantan
Konsumsi                                = 3 Kg/ekor
Presentase bekatul                   = 74 %
Persentase jagung giling =  15 %
Persentase konsentrat              =  11 %
Tabel 9. Konsumsi Pakan Indukan
Bahan Pakan
BK (%)
Konsumsi (kg)
Konsumsi (kg BK)
Kadar BK x pemberian BS
Konsumsi EM (kg BK)
Kadar EM x pemberian BK
Konsumsi PK (kg BK)
Kadar PK x pemberian BK
Jagung giling
86,49
1,486
935


Bekatul
88,63
0,153
160


Konsentrat
89,89
1,081
324


Butiran
91,45
       0,270
         330


miko
94,61
       0,011
          17


total


        1765


Sumber : Data Primer Praktikum Managemen Ternak Potong dan Kerja, 2012.





Lampiran 6. Perbandingan Antara Konsumsi Pakan dan Kebutuhan
Tabel 8. Perbandingan Antara Konsumsi Pakan dengan Kebutuhan
Sampel Babi
BK (kg)
EM (kg BK)
PK (kg BK)
Kebutuhan
Konsumsi
Kelebihan
Kebutuhan
Konsumsi
Kelebihan
Kebutuhan
Konsumsi
Kelebihan
starter
4,500
2,75
-1,75
3200
8305,75
5105,75
0,540
0,332
-0,208
Grower
3,500
2,3
-1,2
3200
6897,8
3697,8
0,42
0,295
-0,125
Finisher
1,05
1,87
0,82
3433,3
5561,25
2127,95
0,189
0,246
0,057
Indukan
1,696
2,32
0,624
5535,7
6961,4
1425,7
0,254
0,327
0,073
Induk menyusui
2,692
3,23
0,538
8818,7
9684,8
866,1
0,350
0,425
0,075
Sumber : Data Primer Praktikum Managemen Ternak Potong dan Kerja, 2012.














Lampiran 7. Performan Ternak
Untuk pembibitan
Perhitungan Perkembangan Populasi Babi di Peternakan Babi Pak Tanjung Periode 2008-2012
Jumlah ternak awal                            = Jantan : 5, Betina : 11
Umur saat dikawinkan                       = 9 bulan
Umur Produktif maksimal                 = 6 tahun
Lama kebuntingan                             = 114 hari
Umur sapih                                        = 45 hari
Interval  perkawinan                          = 3 bulan dari kelahiran
Sex ratio                                             = 1 : 1
Rata-rata jumlah anak per kelahiran =


Jadwal Induk Kawin dan Melahirkan
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Anak ke- 5 lahir
Anak ke- 7 lahir
Anak ke- 9 lahir
Anak ke- 4 lahir
Anak ke- 6 lahir
Anak ke- 8 lahir
Anak ke- 3 lahir
Anak ke- 2 lahir
Anak ke- 1 lahir
 





1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  1  2  3  4     Bulan ke-
                                                                                                                                                                                          
              2008                                     2009                             2010                                          2011                                     2012     Tahun
Anak ke – 1 kawin
Anak ke – 1,2,3 kawin
Anak ke – 1,2,3,4,5 kawin
Anak ke – 1,2,3,4,5,6,7 kawin
Anak ke – 1,2 lahir
Anak ke – 1,2,3,4 lahir
Anak ke – 1,2,3,4,5,6 lahir
Anak ke – 1,2,3,4,5 lahir
Anak ke – 1,2,3 lahir
Anak ke – 1 lahir
Anak ke – 1,2,3,4,5,6 kawin
Anak ke – 1,2,3,4 kawin
Anak ke – 1,2 kawin
 






1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  1  2  3  4     Bulan ke-
                                                                                                                                                                                          
              2008                                   2009                                           2010                           2011                               2012           Tahun

Untuk penggemukan
Periode starter
Perhitungan FCR        =
=
= 3,74
Efisiensi Pakan            = x 100%
= x 100%
= 26,74 %
Feed cost per gain =
                  =
                                        =
                                        = Rp 16216,00



Periode grower
Perhitungan FCR        =
=
= 3,712

Efisiensi Pakan            = x 100%
= x 100%
= 26,94 %

Feed cost per gain =
                  =
                                        =
                                        = Rp 16628,8


Periode finisher
Perhitungan FCR        =
=
= 4,5

Efisiensi Pakan            = x 100%
= x 100%
= 21,98 %

Feed cost per gain =
                  =
                                        =
                                        = Rp 18342,25





Lampiran 8. Analisis Usaha 
A.  BIAYA TETAP atau INVESTASI
1. Peralatan kandang               Rp.   1.500.000,00
2. Penyusutan kandang            Rp. 10.800.000,00
Total   biaya tetap                 Rp   15.800.000,00

B. BIAYA  VARIABEL/ PRODUKSI
1.  Biaya pakan            = Rp 844,020,000,-                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          
2. Biaya obat-obatan   = RP 10000000,-
3. Air                           =
4. listrik dan bahan bakar
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        = Rp     1.000.000,00
  • Biaya tenaga kerja untuk 5 orang
- Karyawan kandang = 950.000 x 5 oranng                             = Rp 5.225.000,00
- Biaya kesejahteraan = 1.000.000 x 1 orang                            = Rp 1.000.000,00
                                              = Rp      6.225.000,00                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  
  • Biaya transportasi                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            = Rp            500.000,00
  • Biaya listrik dan air selama 1 tahun   
-          Biaya listrik                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         = Rp 1.200.000,00
-          Biaya air                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             = Rp.   200.000,00
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  = Rp      1.400.000,00

TOTAL BIAYA VARIABEL                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              Rp. 249.125.000,00

C. PENDAPATAN
1. Penjualan induk afkir = 250 kg x 19.000                                                                                                                                  = Rp                                                                                                4.250.000,00
2. Penjualan anakan   = 30 ekor x 375.000                       = Rp.     11.250.000,00
3. Penjualan bakalan                           = 80 ekor x 585.000                                                                                        = Rp      46.800.000,00
4. Penjualan finisher                                        = 100 kg x 22.000 x 110 ekor                                                  = Rp                           242.000.000,00
Total Pendapatan                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      Rp 304.300.000,00

Laba usaha pertahun = Total pendapatan – (biaya tetap+biaya variabel)
            = Rp 304.300.000,00 – (Rp. 15.800.000,00 + Rp. 249.125.000,00)
= Rp 39.375.000,00
Jadi keuntungan bersih adalah Rp. 39.375.000,00/tahun


D. ANALISIS USAHA                                                                    
1. Break event point (BEP)

BEP                                                                 =
BEP                                                     =
                                                                                                                                                = 1.255.568,72
Hasil perhitungan BEP menunjukan bahwa produsen akan mencapai titik impas bila dapat menjual babi sebanyak Rp. 1.255.568,72 ekor. Harga BEP Rp. 12.555,56 per kg.

2. Benefit cost ratio (B/C ratio)

B/C                                                                              =
                                                                                                                                                =
                                                                                                                                                = 0,15
Angka B/C ratio disini, yaitu 0,15. Artinya, setiap pengeluaran sebesar  Rp. 1000 akan menghasilkan keuntungan Rp. 150.








3. Return of invesment

ROI                                                                 =
                                                                                                                                                            =                                                         
Usaha pembibitan babi ini akan menghasilkan pendapatan yang mencapai 114,86% dari total biaya yang dikeluarkan.










No comments: