LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA
KOMODITAS : YORKSHIRE
JENIS USAHA : INDUK ANAK
“Peternakan Babi Mahkota
Putri Kembang”
Kembang Sumogawe, Getasan
Disusun oleh:
Kelompok VE
Jesica Sibarani 23010110110006
Sandi S. Sinambela 23010110110031
Dameria M. Panjaitan 23010110130203
Romerto
P. Sinaga 23010110130226
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
No
|
Aspek
dan Kondisi Observasi
|
Evaluasi
|
Solusi
|
Referensi
|
1.
|
Lokasi Peternakan
a. Peternakan Induk Anak Babi
milik bapak Utomo beralamat di Desa
Kembang Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang.
b. Suhu : 280C
c.
Kelembapan : 66%
d. Ketinggian : 2000 meter diatas permukaan laut
e.
Jarak peternakan dengan
pemukiman penduduk 5-6 km.
f. Jarak peternakan
dengan pemasaran sangat jauh. Karena tempat pemasarannya berada di Jakarta,
Semarang, dan Yogyakarta.
g. Jarak peternakan dengan pengolahan limbah ± 2 meter
h. Jarak peternakan dengan lahan pakan ± 5 meter
|
a. -
b. Lokasi peternakan babi Bapak
Tarnujin cocok untuk dijadikan lokasi peternakan babi karena suhu yang tidak
terlalu panas sehingga mengurangi resiko cekaman panas.
c. –
d. -
e. Lokasi tersebut cocok untuk
area peternakan karena jauh dari pemukiman penduduk dan sudah di alokasikan
oleh pemerintah.
f.
Tempat pemasaran hanya di sekitar Jakarta, Semarang,
Yogyakarta.
g.
Limbah hasil
peternakan digunakan untuk pupuk kandang, pupuk kandang ini digunakan oleh
para petani disekitar peternakan untuk pupuk sehingga dapat dimamfaatkan
karena tidak mencemari lingkungan.
h.
–
|
f.
Lebih memperluas lagi tempat pemasaran.
|
b.
Ternak babi tergolong hewan berdarah panas atau homeoterm, yakni
mekanisme fisiologisnya selalu berusaha mempertahankan kemantapan keadaan
internal tubuh dengan kondisi lingkungan eksternal yang tidak cocok baginya
(Sihombing, 1997).
g.
Letak
atau jarak antara kandang babi dan gudang pakan harus disesuaikan serta
pembuangan limbah harus dikendalikan sehingga tidak mengganggu masyarakat
(Williamson dan Payne, 1993).
|
2.
|
Identitas Perusahaan/ Organisasi
a. Peternakan Babi bapak Utomo bernama Mahkota Putri
Kembang.
b. Pemiliknya bernama Bapak Sarwoko Aji.
c. Mahkota Putri Kembang berdiri sejak
tahun 1987.
d. Jumlah tenaga kerja di Mahkota Putri Kembang ada
6 orang.
e.
Mahkota
Putri Kembang telah memiliki struktur organisasi yang terdiri atas ketua,
sekretaris, bendahara, dan anggota.
f.
Jumlah
ternak awal pemeliharaan induk anak adalah 100 ekor sudah termasuk anakan dan
induk.
g. Mahkota Putri Kembang pada awalnya bukanlah
milik bapak Sarwoko Aji. Namun milik kakak beliau yang bernama Hwa Ing.
Setelah Hwa Ing meninggal, Mahkota Putri Kembang dibeli oleh bapak Sarwoko
Aji.
h. Peternakan milik bapak Utomo telah memiliki
perijinan dari warga setempat.
i.
Modal awal
: Rp 7.350.000,-
j.
Tujuan dari
usaha peternakan ini adalah induk anak.
|
a. Peternakan Bapak Utomo masuk dalam katagori baik karena telah memiliki
nama perusahaan sehingga masyarakat mudah
mengenal peternakan milik bapak Utomo tersebut.
b. –
c. -
d. Hanya memiliki
6 orang pekerja.
e. Struktur organisasi nya sudah baik karena pembagian tugasnya sudah
bagus. Namun pembagian tugasnya belum jelas artinya pembagian tugas
masing-masing pekerja belum terbagi sesuai kejadian yang dialami ternak.
f. –
g. –
h. –
i. –
j. –
|
d. Sebaiknya jumlah pekerja ditambah. Karena ternak yang dipelihara semakin
bertambah.
e. Sebaiknya struktur organisasi dan pembagian tugasnya dibuat lebih
teratur.
|
e.Menurut Sosroamidjojo (1980),
bahwa struktur organisasi sangat di butuhkan untuk menunjang operasional
usaha penggemukan sapi, baik secara sederhana maupun secara rumit. Fungsi
struktur organisasi adalah untuk menentukan seorang tenaga kerja bertanggung
jawab terhadap jenis pekerjaan apa dan kepada siapa bertanggung jawab dan
melaporkan hasil tugas-tugasnya agar mengetahui hak dan kewajibanya.
|
3.
|
Perkandangan
a.
Lay out perkandangan :
b.
Luas perkandangan: s
Ukuran perkandangan 4500 meter yang terdiri
dari luas perkandangan 3000 meter dan luas saptiteng dan pertanian 1500
meter.
c.
Luas
gudang pakan: 10 x 25meter
d.
Peralatan yang menunjang
perkandangan: mesin penggiling jagung, mesin
pemecah jagung, mixer kapasitas 500 kg, mesin penyemprot hama, sekop,
timbangan, dan genset.
e.
Mess: 3 kamar
f.
tempat parkir: 2 x 4 meter
Kandang
a.
Jumlah kandang: 145
Kandang indukan : 82
Kandang battery : 63
b.
Luas tiap kandang:
Kandang indukan: 2 x 3 meter
Kandang battery 1,5 x 2 meter
c.
Luas semua kandang : 435 m2
d.
Posisi kandang menghadap : ke timur
e.
Tipe kandang: terbuka
f.
Kapasitas tiap kandang:
Kandang indukan 10-12 ekor
g.
Bahan dinding kandang: beton
h.
Bahan atap: asbes
i.
Bahan lantai: cor
|
Perkandangan :
a. Lampiran 2. Lay out perkandangan
b. Ukuran perkandangan sudah termasuk bagus namun
saptitengnya terlalu luas
c. luas gudang pakan 10 x 25 meter termasuk luas sudah
mememenuhi untuk menyimpan pakan selama 1 minggu.
d. Peralaratan yang dimiliki perusahaan sangat membantu
jalannya proses produksi dan
mengurangi tenaga kerja
e. Mess dipergunakan oleh pekerja yang tidak
berdomisili di sekitar kampung.
f. Tempat parkir khusus untuk motor
Kandang :
a. Jumlah kandang mencukupi untuk menampung anak dan
induk
b. Ukuran kandang indukan kurang luas karena jika induk
menghasilkan anak 11 maka pergerkan akan berakibat fatal pada anak babi.
c. -
d. Posisi kandang menghadap ke barat baik untuk ternak
karena cahaya matahari tidak akan masuk kandang pada pagi dan siang hari.
e.Tipe kandang terbuka menunjukkan bahwa sirkulasi
udara berlangsung dengan lancar dan memberikan suasana yang nyaman bagi
ternak babi
f. Kapasitas kandang sangat baik karena kapasitas
ternaknya disesuaikan dengan jenis ternaknya.
g. Bahan dinding kandang sangat baik bahannya karena
ternak suka tiduran dengan cara merapat ke dinding.
h. Bahan atap juga sangat baik menggunakan
asbes dan cukup cahaya matahari.
i. Bahan lantai juga sangat baik
karena lantai telah diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam sanitasi
namun tidak licin.
|
Perkandangan :
b. mengurangi ukuran saptipteng
dan menambah jumlah kandang.
b.Ukuran kandang sebaiknya
diperbesar sedikit agar ternak yang tinggal didalam kandang tersebut tidak
stress dan mudah untuk bergerak.
k.
Perlengkapan kandang tersebut sudah baik karena jenis dan jumlahnya sudah
disesuaikan dengan kebutuhan untuk peternakan babi tersebut.
|
d. Luas kandang babi tergantung dari
banyaknya babi yang dipelihara dan tipe usaha yang dijalankan (Blakely dan Bade, 1994). Merencanakan
kandang babi sudah tentu dipertimbangkan hal-hal antra lain: sarana jalan,
ketinggian lokasi, ketersedian air, kemungkinan pengadaan listrik, sarana
komunikasi, kemungkinan memperoleh bahan ransum, kelandaian lahan, keadaan
lingkungan sekitar, kondisi tanah, pengaruh terhadap kesehatan ternak dan
sebagainya (Sihombing, 1997).
j.Fungsi
atap yaitu
untuk menahan air hujan dan tering sinar matahari juga sangat bermanfaat
untuk menahan panas yang dihasilkan oleh tubuh hewan itu (Sihombing, 1997).
k.Permukaan tidak boleh licin,
tidak boleh ada penonjolan yang tajam yang dapat menyebabkan goresan luka pada
babi. Bahan Lantai harus yang tahan lama dan sedapat mungkin ringan
pemeliharaannya (Sihombing, 1997). Semua babi hendaknya dipelihara pada
lantai semen agar mudah dibersihkan setiap hari. Lantai juga jangan terlalu
licin dan terlalu kasar (Williamson dan Payne, 1993).
|
4.
|
Populasi Ternak
a. Jumlah ternak: grower 250 ekor, induk yang aktif 180 ekor, calon induk 30 ekor, pejantan 12
ekor, biren 750 ekor.
b. Jenis ternak yang diternakan adalah Yorkshire, Duroc, Hampshire,
Landrace. Jenis ternak pejantan yaitu Landrace, indukan Yorkshire dan Duroc.
c. Asal ternak Yorkshire dari Bali, dan Duroc dari Jakarta.
|
a.
Induk aktif
adalah induk yang sudah pernah melahirkan. Calon induk adalah yang belum pernah
melahirkan
b.
Lampiran 2.
Jenis babi yang di ternakan
c.
-
|
|
d.Perkembangan
ternak babi semakin maju dengan diimpornya bibit ras dari luar negeri. Bangsa
babi impor tersebut yakni Hampshire, Duroc, Landrace dan Yorkshire
(Aritonang, 1995). Babi Yorkshire
atau Large white merupakan babi dengan badab besar panjang berwarna putih.
Babi ini merupakan babi yang paling subur dari semua babi di Inggris dan
Amerika. Babi ini banyak dipakai dalam program persilangan (Williamson dan
Payne, 1993).
|
5.
|
Pakan
a.
Jenis bahan pakan yang digunakan adalah konsentrat, bekatul, butiran, miko,
jagung giling.
b.
Ketersediaan pakan sekali datang cukup untuk pakan ternak selama
seminggu.
c. Harga bahan pakan yang
digunakan berbeda-beda. Konsentrat Rp 6000,-/kg; jagung giling Rp 2750,-/kg;
bekatul Rp 1700,-/kg; miko Rp 1250,-/kg.
Harga pakan untuk starter/hari: Rp 3002,-/hari
Harga pakan untuk grower/hari: Rp 3332,-/ hari
Harga pakan untuk finishing/ hari:
Rp 3100,-/hari
Harga pakan untuk induk bunting/hari: Rp 3273,-/hari
Harga pakan untuk induk menyusui: Rp 2923,-/hari
d. Pemberian air minum dilakukan
dengan sistem napple.
e. Frekuensi pemberiannya yakni 2
kali. Induk yang bunting dan induk yang menyusui hanya diberikan 1 x sehari.
f. Jumlah pemberian pakan:
pada starter pemberian jagung 1081 gram, bekatul 180 gram, konsentrat
360 gram, butiran 360 gram, miko 18 gram. Pada grower pemberian jagung 1098
gram, bekatul 396 gram, miko 20 gram, konsentrat 495 gram. Pada Finishing
pemberian jagung giling 1078 gram, bekatul 490 gram, miko 39 gram, konsentrat
392 gram. Pada indukan yang bunting pemberian jagung giling 1100 gram,
bekatul 600 gram, konsentrat 300 gram. Pada induk yang menyusui pemberian
jagung giling 1010 gram, bekatul 505 gram, konsentrat 485 gram.
g. Selama pemberian pakan, tidak
pernah ada sisa pakan. Pakan diberikan pada starter, grower, finishing 2 x
sehari yakni pagi dan sore.
|
a. Jenis-jenis pakan yang
diberikan pada babi sudah sesuai dengan yang dibutuhkan babi yaitu bekatul, konsentrat
dan lainnya.
b. Pembelian atau stok pakan dibeli satu kali
seminggu
c. Pakan yang di gunakan adalah konsentrat,
jagung giling, bekatul, dan miko
d. Sistem napple akan mengurangi penyakit pada
ternak
e. -
f. Untuk pemberian pakan sesuai
ransum, pada ransum starter sesuai dengan yang dibutuhkan karena babi starter
membutuhkan kandungan serat kasar yang rendah misalnya dari bahan jagung
giling halus karena memiliki kadar cerna yang tinggi.
g. Pakan yang selalu habis menandakan bahwa
pakan yang diberikan bersifat palatabel.
|
f.Pemberian
pakan sudah sesuai dengan standar setiap harinya karena pemberian disesuaikan
dengan umur babi serta kebutuhan babi.
|
f.Pemberian pakan diberikan
sesuai dengan keadaan dari ternak, komposisi ternak pada fase yang berbeda
memiliki komposisi pakan yang berbeda pula, sehingga kita perlu mengetahui
pakan yang sesuai dengan kondisi ternak tersebut. Pengaruh defesiensi zat-zat
makanan yang mencolok akan mempengaruhi perfoma produksi babi, baik pada
induk yang bunting dan laktasi maupun pada babi dara juga pada babi jantan
pada fase starter (Sihombing, 1997). Kebutuhan protein untuk babi grower
sebesar 40 – 120 lbs dan untuk babi finisher sebesar 120 – 240 % (Bundy et al., 1976).
|
6.
|
Performa
Ternak
a.
Pejantan
Umur pejantan sekitar 2-3 tahun.
Berat badannya 2-2,5 kwintal
b.
Betina
Umur betina sekitar 1-1,5 tahun
Berat badan 200 kg
c.
Anak baru
lahir berat badannya berkisar antara 1,2 – 1,5 kg
Untuk Penggemukan
-
Umur : 8 minggu
-
BB : 15 kg
-
PBBH : 0,5
-
FCR : 3,74
-
Efisiensi
pakan : 26,74%
-
Feed cost
per gain : Rp 16.216,00
-
Umur : 20 minggu
-
BB : 55 kg
-
PBBH :
0,625
-
FCR : 3,7
-
Efisiensi
pakan : 26,94%
c.
Finisher
-
Umur : 28 minggu
-
BB : 98 kg
-
PBBH : 0,71
-
FCR : 4,5
-
Efisiensi
pakan : 21,96%
|
Performa ternak
a.
b.
c.
Untuk penggemukan
a.
b.
c.
|
|
a. Pada fase starter atau periode ini mereka
harus mendapatkan ransum starter, yaitu ransum yang terdiri dari Komposisi
bahan makanan yang mudah dihisap oleh anak babi dan pula mudah dicerna (creep
feeder), dan kandungan serat kasarnya rendah, misalnya dari bahan jagung
giling halus, tepung susu skim. Sebab susu kandungan proteinnya tinggi,
sedangkan jagung memiliki kadar cerna yang tinggi dan merupakan sumber
karbohidrat(Sihombing, 1997).
Babi-babi yang
telah melewati fase grower dan mencapai berat 50 kg. Hal ini dimaksudkan
agar Babi tumbuh cepat, sehat dan
kuat. Bisa menghasilkan babi-babi fattening yang tidak banyak lemak atau
spek, melainkan banyak daging. Babi bibit (breeding) dalam periode menyusui
nanti akan bisa memproduksi air susu cukup banyak (Blakely dan Bade, 1994). Babi-babi yang digemukkan sebagai babi potongan yang beratnya 50
– 100 kg. penggemukan ini dimulai semenjak mereka sudah melewati fase grower
yang berat hidupnya 50 kg sampai dengan bisa dipotong yaitu pada waktu
mencapai berat 100 kg (Blakely dan Bade, 1994).
|
7.
|
Penyakit
a.
Jenis penyakit yang sering dialami oleh ternak adalah diare, mencret,
gangguan pernafasan dan penyakit kulit.
b.
Gejala penyakit yang dialami oleh ternak biasanya berasal dari makanan
dan lingkungan sekitar.
c.
Penanganan penyakit biasanya dengan memberi vitamin dan
disuntik.
d.
Nama obat: Tiamulin untuk gangguan pernafasan;
Flexagen, Interspectin-L, Unco-S untuk diare, Limoxin untuk luka.
|
a.
b.
c.
d. Penanganan penyakit pada
ternak cukup baik. Ternak selalu diberi vitamin dengan cara mencampur vitamin
dengan makanannya agar ternak kebal dari penyakit.
|
|
a. Menurut
Pond dan Mayer (1974) pada dasarnya penyakit yang menyerang babi digolongkan
: 1. Penyakit tidak menular misalnya penyakit akibat kekurangan zat-zat
makanan tertentu (deficiency)
seperti anemia, bulu rontok, rachitis.
2. Penyakit menular yang disebabkan oleh gangguan dari suatu organisme
(bakteri, virus), dan parasit seperti cacing, kutu.
b. Penyakit
dapat menyebar dari seekor ternak ke ternak yang lain melalui berbagai jalan
diantaranya 1) kontak langsung antara seekor ternak yang sakit dengan ternak
yang sehat; 2) kontak melalui persediaan makanan; 3) kontak dengan benda yang
sebelumnya kontak dengan ternak yang sakit; 4) kontak melalui tanah; 5)
infeksi melalui udara; 6) spesies ternak atau hewan yang lain, sebagai
pembawa penyakit (Blakely dan Bade, 1994).
|
8.
|
Pengolahan
Limbah
a.
Jenis limbah yaitu berupa feses. Ada yang berupa limbah padat, limbah
setengah padat, dan cair.
b.
Cara pengolahan limbah yaitu dengan menyiapkan sepsiteng 4. Yaitu di
sepsiteng pertama diisi dengan limbah padat. Kemudian disalurkan ke sepsiteng
kedua yang berisi limbah kental. Dari sepsiteng kedua dialirkan ke sepsiteng
ketiga yang berisi limbah setengah kental kemudian dialirkan ke sepsiteng
keempat yang berisi limbah cair. Dari sepsiteng keeempat dialirkan ke tanaman
pakan.
c.
Pemasaran olahan limbah: setelah limbah cair disebarkan, limbah padat
yang tinggal disepsiteng pertama dimasukkan ke karung kemudian dijual atau
dipasarkan.
d.
Waktu pengolahan limbah dilakukan seiap hari.
|
a.
b.
c.
d.
Penanganan limbah sudah optimal karena limbah
langsung dialirkan ke pertanian penduduk sehingga tidak mengganggu penduduk.
Terjadi simbiosis mutualisme pada penggunaan limbah karena menguntungkan
penduduk serta peternak.
|
b.Penanganan
limbah sudah baik dan telah dimanfaatkan secara optimal.
c.Kotoran sebaiknya diolah terlebih dahulu
sehingga menjadi kompos kemudian di jual kepada petani dengan yang relatif
murah.
|
b.Penanganan limbah menjadi
penting dalam sanitasi karena limbah peternakan bila tidak dimanfaatkan
dengan baik dapat menimbulkan masalah bagi peternakan itu sendiri maupun
terhadap lingkungan. Merencanakan tempat penampungan atau penanganan limbah
babi selain memilih lokasi dan penampungan sementara yang sesuai dengan
volume limbah yang dihasilkan (Sihombing, 1997).
c. Kompos sebagai salah satu pupuk organik dapat
diintensifkan penggunaanya karena sangat baik dan pengaruhnya bertahan lama
(Sihombing, 1997).
|
9.
|
Pemasaran
a.
Bentuk produk yang dipasarkan adalah berupa anakan, ternak yang besar,
dan induk.
b.
Tempat pemasarannya berada di Jakarta berupa anakan, Semarang berupa
ternak yang besar, dan di Yogyakarta berupa indukan.
c.
Kesulitan dalam pemasaran yaitu tidak adanya saingan dalam pemasaran.
d.
Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran yaitu truk dan tronton
yang memuat 140 ekor ternak.
e.
Waktu pemasarannya 2 kali dalam sebulan.
f.
Harga jual: Rp 500000,-/ekor
bakalan.
g. Metode penjualan yaitu dengan cara sistem pesan.
|
a. Bentuk jual hidup dilakukan karena permintaan pembeli sendiri.
b.
c.
d.
Penggunaan
truk dan tronton memudahkan pengangkutan dalam kapasitas besar.
e.
f.
Semakin tinggi bobot
badan babi berarti semakin mahal harga jualnya dan keuntungan yang diperoleh
lebih besar.
g.
|
a.
Agar memproleh keuntungan
yang lebih besar sebaiknya bapak Tarnujin tidak
menjual bentuk hidup saja tetapi dalam bentuk karkas.
|
f.Keuntungan dari usaha produksi
ternak babi banyak tergantung dari keefisienan cara memproduksi babi dan keefisinan
memasarkan (Sihombing, 1997).
|
10.
11.
|
Evaluasi
Usaha
a.
Kendala yang dirasakan peternak yaitu saat pemasaran banyak saingan di
pasaran. Sehingga untuk menaikkan harga ternak sangat sulit.
b.
Tindakan yang dilakukan peternak saat mengalami kerugian yaitu dengan
memperbesar jumlah penjualan ternak di pemasaran berikutnya.
Analisis Usaha (Terlampir)
|
Kesulitan dalam pemasaran ditimbulkan karena selera konsumen yang
berdeda-beda sehingga peternak harus melakukan perluasan pemasaran. Dan meningkatkan manajemen pemeliharaan yang
lebih baik. Sehingga sesuai dengan permintaan konsumen.
|
a.
Mencari tempat pemasaran yang memiliki saingan agar harga penjualan dapat
dinaikkan.
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, D. 1995. Babi Perencanaan dan
Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta.
Blakely, J. Dan D.H. Blade. 1994. Ilmu
Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Bundy, C., R. V. Diggins and V. W. Christensen.
1976. Swine Production. Iowa State University, USA.
Pond, W. G. dan J.
H. Manner. 1974. Swine Production in Temperate and Tropical Environments. W. H.
Freeman and Company, San Fransisco.
Sihombing, D.T.H. .1997 . Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sastroamidjojo, S.M. 1985. Ternak Potong dan
Kerja. CV.Yasaguna, Jakarta.
Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar
Peternakan Daerah Tropis. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran
1. . Lay
out perkandangan
Lampiran
2. Jenis babi yang di ternakan
Lampiran
3. Perhitungan BK Pakan
Tabel 1. Perhitungan BK Pakan
Bahan Pakan
|
Berat Loyang (g)
|
Sampel sebelum dioven (g)
|
Loyang dan sampel setelah dioven (g)
|
Bekatul 1
Bekatul 2
Konsentrat 1
Konsentrat 2
Butiran 1
Butiran 2
Jagung Giling 1
Jagung Giling 2
Miko 1
Miko 2
|
6,784
6,790
6,784
6,935
6,588
6,757
5,747
5,735
6,689
6,878
|
10,005
10,001
10,001
10,007
10,007
10,008
10,001
10,007
10,002
10,004
|
15,652
15,648
15,767
15,938
15,742
15,908
14,395
14,391
16,142
16,353
|
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2012.
Kadar
BK pakan =
x 100%
BK
Bekatul 1 =
x 100%
=
88,635 %
BK
Bekatul 2 =
x 100%
=
88,571 %
BK Rata-rata Bekatul =
=
88,603 %
BK
Konsentrat 1 =
x 100%
=
89, 821 %
BK
Konsentrat 2 =
x 100%
=
89,967 %
BK Rata-rata Konsentrat =
=
89,894 %
BK
Butiran 1 =
x 100%
=
91,475 %
BK
Butiran 2 =
x 100%
=
91,436 %
BK Rata-rata Butiran =
=
91,455 %
BK
Jagung Giling 1 =
x 100%
=
86, 471 %
BK
Jagung Giling 2 =
x 100%
=
86,499 %
BK Rata-rata Jagung Giling =
=
86,485 %
BK
Miko 1 =
x 100%
=
94,511 %
BK
Miko 2 =
x 100%
=
94,712 %
BK Rata-rata Miko =
=
94,611 %
Lampiran 5. Perhitungan
Kebutuhan BK, PK, dan EM
Bobot badan (kg)
|
Pertambahan bobot badan (g)
|
Kebutuhan BK (kg)
|
Kebutuhan PK (%)
|
Kebutuhan EM (kkal/day)
|
1-5
|
200
|
0,250
|
24
|
805
|
5-10
|
250
|
0,460
|
20
|
1.490
|
10-20
|
450
|
0,950
|
18
|
3.090
|
20-50
|
700
|
1,900
|
15
|
6.200
|
50-110
|
820
|
3,110
|
13
|
10.185
|
Sumber: National Research Council, 1988.
Periode starter
·
PBB =
=
=
0,532
kg/hari
Kebutuhan BK =
x kebutuhan
BK standar
=
x 950
= 1123 g/hari
= 1,123 kg/hari
Kebutuhan EM =
x kebutuhan
EM standar
=
x 3.090
= 3653 kkal/hari
Kebutuhan PK =
x kebutuhan
PK standar
=
x 17
= 20%
Periode
Grower
PBBH = 0,625 kg = 625 g
Kebutuhan
BK =
x kebutuhan BK
standar
=
x 1900
= 1696,43 g/hari
= 1,696 kg/hari
Kebutuhan EM =
x kebutuhan
EM standar
=
x 6200
= 5535,71 kkal/hari
Kebutuhan PK =
x kebutuhan
PK standar
=
x 285
= 254,46 g/hari
= 0,254 kg/hari
Periode finisher
PBBH = 0,71 kg = 710 g
Kebutuhan
BK =
x kebutuhan BK
standar
=
x 3110
= 2692,8g/hari
= 2,693 kg/hari
Kebutuhan EM =
x kebutuhan
EM standar
=
x 10185
= 8818,72 kkal/hari
Kebutuhan PK =
x kebutuhan
PK standar
=
x 404
= 349,80 g/hari
= 0,350 kg/hari
Perhitungan Konsumsi Pakan Starter
Konsumsi = 2 Kg/ekor
Persentase
jagung giling = 54 %
Persentase bekatul = 9 %
Persentase
konsentrat = 18 %
Persentase butiran =
18%
Persentase miko = 1%
Tabel 6. Konsumsi Pakan Starter.
Bahan Pakan
|
BK (%)
|
Konsumsi (kg)
|
Konsumsi (kg BK)
Kadar BK x pemberian
BS
|
Konsumsi EM (kg BK)
Kadar EM x pemberian
BK
|
Konsumsi PK (kg BK)
Kadar PK x pemberian
BK
|
|
Jagung giling
|
86,49
|
1,486
|
935
|
|
|
|
Bekatul
|
88,63
|
0,153
|
160
|
|
|
|
Konsentrat
|
89,89
|
1,081
|
324
|
|
|
|
Butiran
|
91,45
|
0,270
|
330
|
|
|
|
miko
|
94,61
|
0,011
|
17
|
|
|
|
total
|
|
|
1765
|
|
|
|
Sumber : Data Primer Praktikum Managemen Ternak Potong dan Kerja,
2012.
Perhitungan Konsumsi Pakan
Grower
Konsumsi = 2,5 Kg/ekor
Presentase bekatul = 25,4 %
Persentase
jagung giling = 36,8 %
Persentase
konsentrat = 37,8 %
Tabel 7. Konsumsi Pakan Grower
Bahan Pakan
|
BK (%)
|
Konsumsi (kg)
|
Konsumsi (kg BK)
Kadar BK x pemberian
BS
|
Konsumsi EM (kg BK)
Kadar EM x pemberian
BK
|
Konsumsi PK (kg BK)
Kadar PK x pemberian
BK
|
|
Jagung giling
|
86,49
|
1,486
|
935
|
|
|
|
Bekatul
|
88,63
|
0,153
|
160
|
|
|
|
Konsentrat
|
89,89
|
1,081
|
324
|
|
|
|
Butiran
|
91,45
|
0,270
|
330
|
|
|
|
miko
|
94,61
|
0,011
|
17
|
|
|
|
total
|
|
|
1765
|
|
|
|
Sumber : Data Primer Praktikum Managemen Ternak Potong dan Kerja,
2012.
Perhitungan Konsumsi Pakan
Finisher
Konsumsi = 3,5 Kg/ekor
Presentase bekatul = 38,7
%
Persentase
jagung giling = 33,8 %
Persentase
konsentrat = 27,5 %
Tabel 8. Konsumsi Pakan Finisher
Bahan Pakan
|
BK (%)
|
Konsumsi (kg)
|
Konsumsi (kg BK)
Kadar BK x pemberian
BS
|
Konsumsi EM (kg BK)
Kadar EM x pemberian
BK
|
Konsumsi PK (kg BK)
Kadar PK x pemberian
BK
|
|
Jagung giling
|
86,49
|
1,486
|
935
|
|
|
|
Bekatul
|
88,63
|
0,153
|
160
|
|
|
|
Konsentrat
|
89,89
|
1,081
|
324
|
|
|
|
Butiran
|
91,45
|
0,270
|
330
|
|
|
|
miko
|
94,61
|
0,011
|
17
|
|
|
|
total
|
|
2
|
1765
|
|
|
|
Sumber : Data Primer Praktikum Managemen Ternak Potong dan Kerja,
2012.
Perhitungan Konsumsi Pakan Indukan dan Pejantan
Konsumsi = 3 Kg/ekor
Presentase bekatul = 74 %
Persentase
jagung giling = 15 %
Persentase
konsentrat = 11 %
Tabel 9. Konsumsi Pakan Indukan
Bahan Pakan
|
BK (%)
|
Konsumsi (kg)
|
Konsumsi (kg BK)
Kadar BK x pemberian
BS
|
Konsumsi EM (kg BK)
Kadar EM x pemberian
BK
|
Konsumsi PK (kg BK)
Kadar PK x pemberian
BK
|
|
Jagung giling
|
86,49
|
1,486
|
935
|
|
|
|
Bekatul
|
88,63
|
0,153
|
160
|
|
|
|
Konsentrat
|
89,89
|
1,081
|
324
|
|
|
|
Butiran
|
91,45
|
0,270
|
330
|
|
|
|
miko
|
94,61
|
0,011
|
17
|
|
|
|
total
|
|
|
1765
|
|
|
|
Sumber : Data Primer Praktikum Managemen Ternak Potong dan Kerja,
2012.
Lampiran 6. Perbandingan
Antara Konsumsi Pakan dan Kebutuhan
Tabel 8. Perbandingan
Antara Konsumsi Pakan dengan Kebutuhan
Sampel Babi
|
BK (kg)
|
EM (kg BK)
|
PK (kg BK)
|
||||||
Kebutuhan
|
Konsumsi
|
Kelebihan
|
Kebutuhan
|
Konsumsi
|
Kelebihan
|
Kebutuhan
|
Konsumsi
|
Kelebihan
|
|
starter
|
4,500
|
2,75
|
-1,75
|
3200
|
8305,75
|
5105,75
|
0,540
|
0,332
|
-0,208
|
Grower
|
3,500
|
2,3
|
-1,2
|
3200
|
6897,8
|
3697,8
|
0,42
|
0,295
|
-0,125
|
Finisher
|
1,05
|
1,87
|
0,82
|
3433,3
|
5561,25
|
2127,95
|
0,189
|
0,246
|
0,057
|
Indukan
|
1,696
|
2,32
|
0,624
|
5535,7
|
6961,4
|
1425,7
|
0,254
|
0,327
|
0,073
|
Induk
menyusui
|
2,692
|
3,23
|
0,538
|
8818,7
|
9684,8
|
866,1
|
0,350
|
0,425
|
0,075
|
Sumber : Data Primer Praktikum Managemen Ternak Potong dan Kerja,
2012.
Lampiran 7. Performan Ternak
Untuk pembibitan
Perhitungan Perkembangan Populasi Babi di Peternakan Babi Pak Tanjung
Periode 2008-2012
Jumlah ternak awal = Jantan : 5, Betina
: 11
Umur saat dikawinkan
= 9 bulan
Umur Produktif maksimal
= 6 tahun
Lama kebuntingan
= 114 hari
Umur sapih = 45
hari
Interval perkawinan = 3 bulan dari
kelahiran
Sex ratio = 1 : 1
Rata-rata jumlah anak per kelahiran =
Jadwal Induk Kawin dan Melahirkan
Kawin
|
Kawin
|
Kawin
|
Kawin
|
Kawin
|
Kawin
|
Kawin
|
Kawin
|
Kawin
|
Anak
ke- 5 lahir
|
Anak
ke- 7 lahir
|
Anak
ke- 9 lahir
|
Anak
ke- 4 lahir
|
Anak
ke- 6 lahir
|
Anak
ke- 8 lahir
|
Anak
ke- 3 lahir
|
Anak
ke- 2 lahir
|
Anak
ke- 1 lahir
|
1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
11 12 1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
11 12 1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
11 12 1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
11 12 1
2 3 4 Bulan
ke-
2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Anak ke – 1
kawin
|
Anak ke – 1,2,3
kawin
|
Anak ke – 1,2,3,4,5
kawin
|
Anak ke –
1,2,3,4,5,6,7 kawin
|
Anak
ke – 1,2 lahir
|
Anak
ke – 1,2,3,4 lahir
|
Anak
ke – 1,2,3,4,5,6 lahir
|
Anak
ke – 1,2,3,4,5 lahir
|
Anak
ke – 1,2,3 lahir
|
Anak
ke – 1 lahir
|
Anak ke –
1,2,3,4,5,6 kawin
|
Anak ke –
1,2,3,4 kawin
|
Anak ke – 1,2
kawin
|
1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
11 12 1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
11 12 1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
11 12 1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
11 12 1
2 3 4 Bulan
ke-
2008
2009 2010 2011 2012
Tahun
Untuk penggemukan
Periode starter
Perhitungan FCR =
=
= 3,74
Efisiensi Pakan =
x 100%
=
x 100%
= 26,74 %
Feed cost per gain =
=
=
= Rp 16216,00
Periode grower
Perhitungan FCR =
=
= 3,712
Efisiensi Pakan =
x 100%
=
x 100%
= 26,94 %
Feed cost per gain =
=
=
= Rp 16628,8
Periode finisher
Perhitungan FCR =
=
= 4,5
Efisiensi Pakan =
x 100%
=
x 100%
= 21,98 %
Feed cost per gain =
=
=
= Rp 18342,25
Lampiran 8. Analisis Usaha
A. BIAYA
TETAP atau INVESTASI
1. Peralatan kandang Rp. 1.500.000,00
2. Penyusutan kandang Rp.
10.800.000,00
Total biaya tetap Rp 15.800.000,00
B. BIAYA VARIABEL/ PRODUKSI
1. Biaya pakan = Rp 844,020,000,-
2. Biaya obat-obatan =
RP 10000000,-
3. Air =
4. listrik dan bahan bakar
= Rp 1.000.000,00
- Biaya tenaga kerja untuk 5 orang
- Karyawan kandang = 950.000 x 5 oranng =
Rp 5.225.000,00
- Biaya kesejahteraan = 1.000.000 x 1
orang = Rp
1.000.000,00
=
Rp 6.225.000,00
- Biaya transportasi = Rp 500.000,00
- Biaya listrik dan air selama 1 tahun
-
Biaya listrik = Rp 1.200.000,00
-
Biaya air = Rp.
200.000,00
=
Rp 1.400.000,00
TOTAL
BIAYA VARIABEL Rp. 249.125.000,00
C. PENDAPATAN
1. Penjualan induk afkir = 250 kg x 19.000 = Rp 4.250.000,00
2. Penjualan anakan = 30
ekor x 375.000 = Rp. 11.250.000,00
3. Penjualan bakalan = 80
ekor x 585.000 = Rp
46.800.000,00
4. Penjualan finisher =
100 kg x 22.000 x 110 ekor = Rp 242.000.000,00
Total Pendapatan Rp
304.300.000,00
Laba usaha pertahun = Total
pendapatan – (biaya tetap+biaya
variabel)
=
Rp 304.300.000,00 – (Rp. 15.800.000,00 + Rp. 249.125.000,00)
= Rp 39.375.000,00
Jadi keuntungan bersih adalah Rp. 39.375.000,00/tahun
D. ANALISIS USAHA
1. Break event
point (BEP)
BEP =
BEP =
=
1.255.568,72
Hasil perhitungan
BEP menunjukan bahwa produsen akan mencapai titik impas bila dapat menjual babi
sebanyak Rp. 1.255.568,72 ekor. Harga BEP Rp. 12.555,56 per kg.
2. Benefit cost ratio (B/C ratio)
B/C =
=
=
0,15
Angka B/C ratio disini, yaitu 0,15. Artinya, setiap pengeluaran sebesar Rp. 1000 akan menghasilkan keuntungan Rp. 150.
3. Return of invesment
ROI =
=
Usaha pembibitan babi ini akan menghasilkan pendapatan yang mencapai 114,86% dari total biaya yang
dikeluarkan.
No comments:
Post a Comment