Thursday 30 August 2012

TUGAS MATA KULIAH ILMU REPRODUKSI TERNAK IMPLANTASI DAN LASENTASI PADA BABI


TUGAS MATA KULIAH ILMU REPRODUKSI TERNAK
IMPLANTASI DAN LASENTASI PADA BABI









FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012



IMPLANTASI DAN PLASENTASI PADA BABI.
by: Sandi Suroyoco Sinambela 

I.                   IMPLANTASI
Meskipun perkembangan hingga kelahiran merupakan suatu proses bersinambung, kebuntingan dianggap menjadi tiga fase, yaitu fase preimplantasi, embrio dan fetus. Pelbagai tahapan kebuntingan akan diuraikan secara singkat.
            Preimplantasi  selama dua minggu pertama kebuntingan, telur yang tertunas akan bergerak dari tuba fallopii ke masing-masing tanduk uterus dan telur tertunas menempatkan diri dan menetapkan posisi akhirnya di uterus (implantasi) dalam banyak hal, bila kurang dari empat telur tertunas yang hidup pada saat tersebut, corpus luteum ovarium akan meregres dan induk babi akan kembali birahi. Bila seekor saja anak yang lahir hal itu dimungkinkan karena telur tertunas yang hidup lainnya ada dalam waktu yang kritis (hari-hari ke-12 hingga 18).
Embrio mulai menetap pada posisi tertentu dan secara fisik terjadi hubungan langsung dengan maternal organism.         Posisi implantasi umumnya mamalia pada dinding uterus, rodentia pada lipatan-lipatan dinding uterus. Estimasi kejadian implantasi pada kambing, babi, dandomba pada hari ke 10 sampai 22 hari postcoitum, sapi terjadi 12 sampai dengan 40 hari postcoitum.
Tropoblast dengan lapisan mesoderm (calon chorion) merupakan bagian yang mengawali kontak dengan induknya. Sementara zona pellucida mulai mengelupas, chorion mulai dipenuhi dengan pembuluh darah mikro (microvilli) dan terjadi kontak dengan dinding uterus.
Pada babi mulai terjadi junction complexes yang terbentuk diantara tropoblast dan sel-sel epitel dinding uterus. Tahap berikutnya terjadi asosiasi chorion dan mikrovili serta adesi dengan dinding uterus.   
Pada babi dan kuda  asosiasi itu merupakan suatu area yang merupakan tempat aktivitas difusi antara chorion dan vili-vili (cotyledons).







IMPLANTASI PADA BEBERAPA TERNAK:


Spesies
Kebunting-an awal
Aktivitas (hari setelah ovulasi)
Ukuran uterus (cm)
(hari)
awal
komplet
Sapi
16 - 17
28 - 32
40 -  45
-
Domba
12 - 13
14 - 16
28 - 35
10 - 20
Babi
10 - 12
12 -13
25 - 26
s/d 100
Kuda
14 -16
35 - 40
95 -105
6 - 7













II.                PLASENTASI PADA BABI




Plasenta adalah organ ekstra embrio yang merupakan pertautan antara jaringan embrio dan jaringan induk. Jaringan induk yang ikut serta dalam pembentukan plasenta adalah endometrium uterus bagian desidua basalis.
Fungsi Plasenta: melayani segala kebutuhan embrio/ fetus, dalam hal: respirasi, nutrisi, ekstresi, proteksi, juga sebagai kelanjar endokrin (penghasil hormon).
Fungsi Plasenta sebagai Kelenjar Endokrin
Sebagai kelenjar endokrin, plasenta menghasilkan hormon-hormon yang berperan penting dalam memelihara kelangsungan hidup embrio. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh plasenta antara lain:
Progesteron. Hormon ini berfungsi untuk memelihara agar endometrium uterus tetap tebal (tidak luruh) dan kaya pembuluh darah. Pada manusia, progesteron mulai disintesis oleh plasenta pada minggu ke-4 setelah implantasi. Menjelang kelahiran, produksi hormon ini menurun.
Estrogen. Pada manusia, hormon ini mulai dihasilkan oleh plasenta pada minggu ke-4 setelah implantasi, selain itu juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal fetus. Estrogen berperan untuk memelihara kehamilan. Produksi estrogen terus meningkat sampai menjelang kelahiran bayi.

Tipe-tipe Plasenta
A. Berdasarkan selaput ekstra embrio yang bertaut dengan jaringan induk:
1. Plasenta korio-vitelin: merupakan plasenta yang sederhana, dibentuk dari kantung yolk dan korion yang terletak di antara pembuluh-pembuluh darah kantung yolk dan epitel uterus induk.
Misalnya: pada marsupialia (hewan berkantung) dari genus Didelphys dan Macropus.
2. Plasenta korio-alantois: pembentuk plasenta dari pihak embrio adalah selaput korion dan selaput alantois yang berbatasan. Mesoderm alantois membentuk pembuluh darah pada villi korion dan pada tali pusat.
Misalnya: pada euteria (golongan mamalia yang memiliki plasenta sejati, termasuk manusia dan kebanyakan mamalia yang lain) dan marsupialia dari genus Parameles dan Dasyurus.
B. Berdasarkan kokoh/ tidaknya pertautan antara jaringan embrio dan jaringan induk:
1. Plasenta desidua: pertautan kokoh. Keluarnya plasenta yang menyertai kelahiran bayi akan disertai pula dengan luruhnya desidua dan terjadinya pendarahan.
Misalnya: pada karnivora, rodentia, primata.
2. Plasenta non/ indesidua: pertautan tidak kokoh.
Misalnya: pada sapi, babi, kuda.
3. Plasenta semi desidua: pertautan agak kokoh
Misalnya: pada kambing.
C. Berdasarkan penyebaran villi korion pada kantung korion 
1. Plasenta difusa: villi halus, tersebar pada seluruh permukaan korion.
Misalnya: pada babi, kuda.
2. Plasenta kotiledonaria: villi tampak sebagai gumpalan-gumpalan agak besar (seperti kancing).
Misalnya: pada sapi, kambing.
3. Plasenta zonaria: villi menyerupai sabuk, mengelilingi bagian tengah embrio.
Misalnya: pada kucing dan karnivora lainnya.
4. Plasenta diskoidal: sebaran villi terbatas pada suatu daerah korion tertentu;
berbentuk seperti cakram




REFERENSI

Sihombing, D.T.H. .1997 . Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Y. Supri Ondho.2012. Presentasi Kebuntingan. Universitas Diponegoro, Semarang.

 

No comments: