TUGAS
MATA KULIAH ILMU REPRODUKSI TERNAK
IMPLANTASI DAN LASENTASI PADA BABI
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
IMPLANTASI DAN PLASENTASI
PADA BABI.
I.
IMPLANTASI
Meskipun perkembangan hingga kelahiran
merupakan suatu proses bersinambung, kebuntingan dianggap menjadi tiga fase,
yaitu fase preimplantasi, embrio dan fetus. Pelbagai tahapan kebuntingan akan
diuraikan secara singkat.
Preimplantasi selama dua minggu pertama kebuntingan, telur
yang tertunas akan bergerak dari tuba fallopii ke masing-masing tanduk uterus
dan telur tertunas menempatkan diri dan menetapkan posisi akhirnya di uterus (implantasi) dalam banyak hal, bila
kurang dari empat telur tertunas yang hidup pada saat tersebut, corpus luteum
ovarium akan meregres dan induk babi akan kembali birahi. Bila seekor saja anak
yang lahir hal itu dimungkinkan karena telur tertunas yang hidup lainnya ada
dalam waktu yang kritis (hari-hari ke-12 hingga 18).
Embrio mulai menetap pada posisi tertentu dan secara
fisik terjadi hubungan langsung dengan maternal organism. Posisi implantasi umumnya mamalia pada dinding uterus, rodentia pada
lipatan-lipatan dinding uterus. Estimasi kejadian implantasi pada kambing, babi, dandomba pada hari
ke 10 sampai 22 hari postcoitum, sapi terjadi 12 sampai dengan 40 hari
postcoitum.
Tropoblast dengan lapisan mesoderm (calon chorion)
merupakan bagian yang mengawali kontak dengan induknya. Sementara zona
pellucida mulai mengelupas, chorion mulai dipenuhi dengan pembuluh darah mikro
(microvilli) dan terjadi kontak dengan dinding uterus.
Pada babi mulai terjadi junction complexes yang
terbentuk diantara tropoblast dan sel-sel epitel dinding uterus. Tahap
berikutnya terjadi asosiasi chorion dan mikrovili serta adesi dengan dinding
uterus.
Pada babi dan kuda
asosiasi itu merupakan suatu area yang merupakan tempat aktivitas difusi
antara chorion dan vili-vili (cotyledons).
IMPLANTASI PADA BEBERAPA TERNAK:
Spesies
|
Kebunting-an awal
|
Aktivitas (hari setelah
ovulasi)
|
Ukuran uterus (cm)
|
|
(hari)
|
awal
|
komplet
|
||
Sapi
|
16 - 17
|
28 - 32
|
40 - 45
|
-
|
Domba
|
12 - 13
|
14 - 16
|
28 - 35
|
10 - 20
|
Babi
|
10 - 12
|
12 -13
|
25 - 26
|
s/d 100
|
Kuda
|
14 -16
|
35 - 40
|
95 -105
|
6 - 7
|
II.
PLASENTASI
PADA BABI
Plasenta adalah organ ekstra
embrio yang merupakan pertautan antara jaringan embrio dan jaringan induk. Jaringan
induk yang ikut serta dalam pembentukan plasenta adalah endometrium uterus
bagian desidua basalis.
Fungsi Plasenta: melayani segala kebutuhan embrio/ fetus, dalam hal: respirasi, nutrisi,
ekstresi, proteksi, juga sebagai kelanjar endokrin (penghasil hormon).
Fungsi Plasenta sebagai Kelenjar Endokrin
Sebagai kelenjar endokrin, plasenta menghasilkan hormon-hormon yang
berperan penting dalam memelihara kelangsungan hidup embrio. Hormon-hormon yang
dihasilkan oleh plasenta antara lain:
. Progesteron. Hormon ini berfungsi untuk memelihara agar
endometrium uterus tetap tebal (tidak luruh) dan kaya pembuluh darah. Pada
manusia, progesteron mulai disintesis oleh plasenta pada minggu ke-4 setelah
implantasi. Menjelang kelahiran, produksi hormon ini menurun.
Estrogen. Pada manusia, hormon ini mulai dihasilkan oleh plasenta pada minggu ke-4
setelah implantasi, selain itu juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal fetus.
Estrogen berperan untuk memelihara kehamilan. Produksi estrogen terus meningkat
sampai menjelang kelahiran bayi.
Tipe-tipe Plasenta
A. Berdasarkan selaput ekstra embrio yang bertaut dengan jaringan induk:
1. Plasenta korio-vitelin: merupakan plasenta yang sederhana,
dibentuk dari kantung yolk dan korion yang terletak di antara pembuluh-pembuluh
darah kantung yolk dan epitel uterus induk.
Misalnya: pada
marsupialia (hewan berkantung) dari genus Didelphys dan Macropus.
2. Plasenta korio-alantois: pembentuk plasenta dari pihak
embrio adalah selaput korion dan selaput alantois yang berbatasan. Mesoderm
alantois membentuk pembuluh darah pada villi korion dan pada tali pusat.
Misalnya: pada euteria (golongan mamalia yang memiliki plasenta sejati,
termasuk manusia dan kebanyakan mamalia yang lain) dan marsupialia dari
genus Parameles dan Dasyurus.
B. Berdasarkan kokoh/ tidaknya pertautan antara jaringan embrio dan
jaringan induk:
1. Plasenta desidua: pertautan kokoh. Keluarnya plasenta yang
menyertai kelahiran bayi akan disertai pula dengan luruhnya desidua dan
terjadinya pendarahan.
Misalnya: pada karnivora, rodentia, primata.
2. Plasenta non/ indesidua: pertautan tidak kokoh.
Misalnya: pada sapi, babi, kuda.
3. Plasenta semi desidua: pertautan agak kokoh
Misalnya: pada kambing.
C. Berdasarkan penyebaran villi korion pada kantung korion
1. Plasenta difusa: villi halus, tersebar pada seluruh
permukaan korion.
Misalnya: pada babi, kuda.
2. Plasenta kotiledonaria: villi tampak sebagai
gumpalan-gumpalan agak besar (seperti kancing).
Misalnya: pada sapi, kambing.
3. Plasenta zonaria: villi menyerupai sabuk, mengelilingi
bagian tengah embrio.
Misalnya: pada kucing dan karnivora lainnya.
4. Plasenta diskoidal: sebaran villi terbatas pada suatu daerah
korion tertentu;
berbentuk seperti cakram
REFERENSI
Sihombing, D.T.H. .1997 . Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Y. Supri Ondho.2012.
Presentasi Kebuntingan. Universitas Diponegoro, Semarang.
No comments:
Post a Comment