Friday 9 November 2012

laporan ikt


BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang penting dalam dunia ternak, karena berpengaruh terhadap produktivitas hasil ternak. Faktor kesehatan sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Menjaga kesehatan menjadi salah satu prioritas utama disamping pemberian pakan dan tatalaksana pemeliharaan. Pemeriksaan kesehatan ternak secara cepat dan akurat sangat diperlukan dalam upaya pengendalian maupun pemberantasan penyakit. Diperlukan keahlian khusus untuk menilai kesehatan ternak, agar dapat diketahui betul apakah ternak dikategorikan sehat atau dalam keadaan sakit. Pemeriksaan kesehatan ternak dapat dilakukan dengan anamnesa atau menanyakan kondisi ternak kepada perawat ternak, pengamatan tingkah laku ternak baik dari jarak jauh maupun dekat, pemeriksaan fisik ternak dan pemeriksaan laboratorium. Kesehatan ternak perlu diperhatikan karena kesehatan ternak mempengaruhi produktivitas ternak tersebut.
Tujuan dari praktikum Ilmu Kesehatan Ternak adalah agar praktikan mampu melakukan teknik anamnesa, mengetahui manajemen pemeliharaan, kondisi lingkungan dan bangunan kandang, mengenal kondisi kesehatan ternak melalui perubahan tingkah laku, pemeriksaan fisik dan kondisi fisiologi ternak, mengetahui jenis parasit baik ektoparasit maupun endoparasit yang ada pada ternak.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            Teknik Anamnesa
Anamnesa ialah keterangan tentang sejarah terjadinya penyakit. Keterangan ini diperoleh dari pemilik atau pemelihara ternak, dengan cara wawancara atau menanyakan kepada pemilik atau pemelihara ternak atau dari keterangan langsung yang diberikan olehnya tanpa ditanya terlebih dahulu. Anamnesa merupakan suatu metode untuk mengetahui riwayat suatu penyakit dengan cara menanyakan secara langsung kepada orang memelihara ternak (Akoso, 1996). Pertanyaan-pertanyaan harus ditujukan kepada fakta-fakta penting yang telah diceritakan atau terhadap gejala-gejala klinis yang telah diamati pemiliknya. Hal lain yang menyangkut tipe perkandangan, makanan ternak, dan air juga perlu diajukan. Lama berlangsungnya suatu penyakit dan riwayat tentang penyakit baik dari hewan yang sama atau yang sekandang perlu ditanyakan (Subronto, 2003).

2.2.            Manajemen Pemeliharaan
Usaha penjagaan terhadap kesehatan ternak tidak terlepas dari usaha penjagaan kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya serta pengawasan terhadap orang yang mungkin atau selalu berhubungan dengan ternak tersebut. Ketiga macam usaha itu pelaksanaannya harus dalam suatu kesatuan yang harus selalu dipatuhi peternak. Ketiga macam usaha itu disebut sanitasi (Subronto, 2003). Lingkungan dan  pengawasan, hal yang penting harus diperhatikan juga dalam manajemen pemeliharaan ternak adalah tentang kesehatan ternak itu sendiri. Kondisi ternak sehat apabila tidak terlihat perubahan didekat selaput lendir dan korne mata, ekor yang aktif, bulu tidak kotor, bulu yang normal akan tidak kusam (Akoso, 1996).





2.2.1.      Lingkungan Kandang
Lingkungan peternakan merupakan tempat yang secara langsung berhubungan ternak yang dipelihara di peternakan (Williamson dan Payne, 1993). Sanitasi lingkungan peternakan dilakukan dengan mengupayakan tidak adanya serangga vektor-vektor penyakit yang dapat menyerang ternak, selain itu penanganan limbah yang tepat dapat mengurangi adanya pencemaran lingkungan dan memudahkan tata laksana sanitasi (Sutama, 2009). Sanitasi kandang meliputi lingkungan kandang, ternak, petugas serta orang yang keluar masuk dikandang, perlengkapan kandang. Setelah dilakukan sanitasi dapat dilihat lingkungan sekitar kandang maupun kandang itu sendiri menjadi bersih. Hal  pertama yang dilakukan adalah membersihkan sisi kanan dan kiri kandang dengan menggunakan alat pembersih berupa sapu lidi. Kemudian dilanjutkan dengan membersihakan ternak, yaitu dengan memandikannya menggunakan sampo khusus ternak dan beberapa dengan detergent. Kebersihan kandang harus tetap dijaga,              kotoran harus selalu dibuang pada tempat yang telah disediakan. Jarak antara             kandang dengan pembuangan feses harus jauh dengan kandang minimal 10 meter dari kandang (Sugeng, 2000).
Suhu dan kelembaban merupakan dua komponen iklim paling penting yang harus diperhatikan (Frandson, 1996). Kondisi kenyamanan ternak berada pada tingkat kelembaban udara 50% - 65%. Suhu lingkungan yang nyaman untuk ternak yaitu berkisar antara 270C – 340C (Williamson dan Payne,1993). 

2.2.2.      Bangunan Kandang
Kandang adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal, perlindungan, dan aktivitas ternak. Kandang dipergunakan untuk kenyamanan ternak dan mempermudah kerja pemelihara (Sutama, 2009). Perkandangan adalah segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana prasarana yang bersifat penunjang dalam suatu peternakan (Abidin, 2008). Syarat kandang yang baik antara lain jauh dari pemukiman, cukup mendapat sinar matahari yang merata dan udara segar, lahan tidak kering dan tidak tergenang air (Siregar, 1995).

Perkandangan merupakan kompleks tempat tinggal ternak dan pengelola yang digunakan untuk melakukan kegiatan proses produksi dari sebagian atau seluruh kehidupannya dengan segala fasilitas dan peralatannya. Kandang didirikan untuk melindungi ternak dari hujan dan sengatan sinar matahari yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatannya. Dalam pembuatan kandang kambing diperlukan beberapa syarat yang penting, yaitu memberikan kenyamanan sapi perah dan di lingkungan sekitar, mudah dibersihkan, memenuhi persyaratan bagi sapi perah, ventilasi atau sirkulasi udara sempurna, bahan yang digunakan dapat tahan lama dan sedapat mungkin dengan biaya yaang terjangkau oleh peternak, serta memberi kemudahan bagi pekerja kandang dalam melakukan pekerjaannya (Siregar, 1995). Pembuatan kandang kambing atau kontruksi yang dipakai ada 2 tipe, yaitu kandang lantai tanah dan kandang panggung yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga harus ditentukan pembuatannya harus sesuai kebutuhan (Sutama, 2009)

2.2.3.      Kondisi Ternak
Tingkah laku kambing memberikan gambaran tentang status kesehatan kambing tersebut. Kambing yang sehat akan menampakkan gerakan yang aktif, sikapnya sigap, selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi sekitar yang mencurigakan. Kondisi kambing yang seimbang adalah tidak terlalu gemuk atau kurus, langkah kakinya mantap dan teratur. Sudut matanya terlihat bersih tanpa adanya kotoran atau getah radang. Ekornya selalu aktif megibas untuk mengusir lalat. Kulit dan bulu tampak halus dan mengkilat serta pertumbuhan bulu merata di permukaan tubuhnya (Akoso, 1996). Kesehatan ternak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (Sugeng, 1998).
Tubuh ternak atau hewan pada umumnya terdapat proses-proses metabolisme untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok maupun produksi yang ditampilkan. Ternak perah yang termasuk hewan berdarah panas akan berusaha mempertahankan proses fisiologis dengan cara antara lain melakukan perubahan fisiologis maupun tingkah laku. Proses-proses tersebut akan melibatkan organ-organ sesuai fungsi dan kerja organ-organ tersebut secara terintegratif melakukan perubahan-perubahan fisiologis dalam rangka mempertahankan proses keseimbangan agar proses metabolisme di dalam tubuh dapat berlangsung secara normal (Frandson, 1996).
2.2.4.      Pakan
Ransum ruminansia sebaiknya terdiri dari hijauan legume dan non legume yang berkualitas bagus dengan konsentrat yang tinggi kualitas dan palatabilitasnya.               Sebagai suplemen terhadap hijauan tadi, sehingga dapat mencapai produksi             maksimum (Blakely dan Bade, 1991). Kebanyakan makanan ternak dapat dikelompokan menjadi dua jenis secara garis besarnya, hijauan dan konsentrat. Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyak pada bahan keringnya. Sebagai suatu kelompok hijauan dapat dibagi lagi menjadi hijauan kering dan hijauan segar, dimana hijauan segar mengandung banyak air. Secara umum hanya ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing, dan unta dapat memanfaatkan makanan hijau dalam jumlah banyak secara baik (Williamson dan Payne, 1993).

2.2.5.      Tata Laksana
Tata laksana mengenai pemeliharaan pakan dilakukan secara intensif, dimana pemberian pakan dilakukan secara ad libitum, yaitu pemberian pakan yang dilakukan secara intensif dengan cara memberikan pakan terus-menerus kepada ternak apabila pakan ternak itu habis. pemberian pakan secara ad libitum seringkali tidak efisien karena akan menyebabkan bahan pakan banyak yang terbuang dan pakan yang tersisa menjadi busuk dan ditumbuhi jamur sehingga membahayakan ternak. Abidin (2008) menambahkan bahwa tingkat konsumsi ruminansia umumnya didasarkan pada konsumsi bahan kering pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat.







BAB III

MATERI DAN METODE

            Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13 November 2011 dengan  materi Anamnesa di Peternakan Kambing Rakyat di Jurang Blimbing RT 6 RW 4, Tembalang, Semarang.

3.1.      Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum wawancara dengan peternak kambing dan pemeriksaan kesehatan ternak adalah stetoskop, termometer rektal, dan penghitung waktu.

3.2.      Metode

Metode yang digunakan pada praktikum Ilmu Kesehatan Ternak antara lain adalah anamnesa dan pemeriksaan kesehatan ternak.

3.2.1.   Anamnesa

Melakukan wawancara kepada perawat ternak atau pemilik ternak tentang riwayat penyakit yang menyerang ternaknya. Mengamati dan menilai kondisi peternakannya, terutama kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan ternak. Membahas hasil wawancara maupun pengamatan.

3.2.2.   Pemeriksaan kesehatan ternak
            Mengamati tingkah laku ternak kambing dari jarak jauh, seperti gerakan ternak, sikap berdiri, sikap berjalan, sikap berbaring, nafsu makan/ minum dan sikap dalam kelompok. Memeriksa fisik tubuh ternak, seperti kondisi bulu, permukaan tubuh, anggota gerak, lubang tubuh, luka di permukaan tubuh, konsistensi feses. Memeriksa kondisi fisiologis ternak seperti temperatur tubuh, kecepatan pernafasan, kecepatan pembuluh nadi, detak jantung, kontraksi usus, kontraksi rumen. Kemudian membuat kesimpulan sementara atas status kondisi kesehatan ternak.   



























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Identitas Peternak
Berdasarkan praktikum pengamatan yang telah dilaksanakan di peternakan rakyat, diperoleh hasil pengamatan lingkungan kandang sebagai berikut: Praktikum dilakukan pada peternakan kambing milik Bapak Gimin , yang diketahui beralamat di Jurang Blimbing  Rt 6 Rw 4, Tembalang. Bapak Gimin  terakhir mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) dan  juga tidak pernah mengenyam pendidikan tambahan keahlian ternak. Bapak Gimin  mulai memelihara ternak sejak pada tahun 1990-an. Awal memelihara Bapak Gimin memiliki 2 pasang ekor kambing, saat ini Bapak Gimin  memiliki 8 ekor kambing.
Teknik anamnesa dilakukan dengan menanyakan riwayat kesehatan ternak dari sejak awal pemeliharaan, menanyakan kondisi kesehatan ternak sekarang, menanyakan  pakan, minum, kondisi kandang dan perilaku ternak keseharian. Riwayat kejadian penyakit yang pernah menyerang adalah penyakit kulit, kembung, mastitis dan diare. Ternak tidak mau makan dan minum dan nafsu makan menurun. Pak  melakukan penanganan yaitu memberikan obat baik obat organik yang berasal dari alam. Untuk mencegah supaya kambing tidak sakit diare hal yang dilakukan yaitu melayukan rumput yang akan diberikan untuk an pada ternak. Kesimpulan yang  dapat diambil yaitu bahwa domba sering sekali mengalami penyakit kulit, kembung dan diare. Dikarenakan an, lingkungan dan managemen yang masih belum optimal dan dikelola dengan baik disebabkan pemeliharaan masih tradisional yang didasarkan pada pengalaman saja.

4.2.      Manajemen Pemeliharaan
            Berdasarkan  praktikum yang telah dilaksanakan di peternakan kambing milik Ba Gimin Gimin. Manajemen pemeliharaan meliputi lingkungan kandang, bangunan kandang, kondisi ternak dan an yang diberikan kepada ternak. Kandang tidak teratur dibersihkan, dibersihkan jika kandang sudah terlihat kotor yaitu terlihat dari banyaknya kotoran ternak yang masih menumpuk di dalamnya dan lantai kandang yang becek karena masih lantai alas tanah. Hal ini membuat ternak tidak nyaman dan mudah terserang penyakit. Dijelaskan lebih lanjut oleh (Ngadiyono, 2007) bahwa kandang yang bersih akan mencegah timbulnya penyakit dan memberikan kenyamanan pada ternak.

4.2.1    Lingkungan kandang
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil pengamatan lingkungan kandang sebagai berikut: Lingkungan kandang  domba  milik Ba Gimin  cukup baik karena jarak kandang dengan perumahan penduduk termasuk kumuh, karena jaraknya hanya sekitar 10 meter dari rumah si pemilik. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna,et.al (2008 ) yang menyatakan bahwa lokasi kandang sebaiknya agak jauh minimal 10 m dari rumah penduduk.  Bangunan kandang kondisinya tidak memadai karena kandang hanya dibatasi oleh papan kayu sebagai dinding yang sudah rapuh, lantai becek dengan campuran feses dan dinding sudah rapuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiadi (2002) yang menyatakan bahwa lokasi kandang sebaiknya tidak becek dan lembab serta cukup sinar matahari.

4.2.2.   Bangunan kandang

            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui hasil pengamatan bangunan kandang sebagai berikut: Bangunan kandang pada peternakan kambing milik Ba Gimin belum memadahi dan kurang nyaman untuk ternak tersebut. Kandang terbuat dari kayu dengan lantai tanah. Dinding kandang terlalu rendah dan tidak ada pelindung dinding. Kondisi tersebut menyebabkan ternak tidak mendapat tempat perlindungan ketika hujan karena air dengan mudah masuk ke kandang dan ketika udara kencang  mudah sekali diterpa angin.  Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Siregar (2007) yang menyatakan bahwa untuk daerah tropis, tinggi dinding kandang yang ideal adalah 2,5 meter. Lantai tidak sesuai dengan standar perkandangan  karena lantainya adalah lantai  becek sehingga kotoran ternak langsung bercampur dengan urin dan air dimana ternak tersebut hidup di atasnya. Sanitasi kandang sesuai karena mudah untuk dibersihkan. Dalam mengambil an yang disediakan. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan ternak dapat optimal dan  baik karena antara domba dewasa dan domba kecil  yang hidup bersama dalam satu kandang karena kebutuhan an dapat tercukupi. Tempat minum kurang sesuai karena tidak dibedakan antara domba satu dengan domba yang lainnya.

4.2.3.   Kondisi ternak
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh hasil pengamatan kondisi ternak sebagai berikut :
Kondisi kambing milik Ba Gimin  sehat. Perawakan termasuk sedang, berdiri dengan tegap, nafsu makan baik, pandangan mata tajam dan bening, bulunya keriting, aktif menggerakkan ekor dan mengusir lalat di sekitar kepalanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Akoso (2006) yang menyatakan bahwa domba yang sehat akan menamkan gerakan yang aktif, sikapnya sigap, selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi sekitar yang mencurigakan. Kondisi tubuh kambing yang seimbang adalah tidak terlalu gemuk atau kurus, langkah kakinya mantap dan teratur. Sewaktu berdiri kambing dalam keadaan seimbang dan bertumpu pada keempat kakinya. Ekornya selalu aktif mengibas untuk mengusir lalat. Dijelaskan lebih lanjut oleh Sugeng (2006) bahwa ciri ternak sehat adalah ekornya selalu aktif mengibas untuk mengusir lalat. Kulit dan bulu tam halus dan mengkilap.

4.2.4.   an
     Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil pengamatan an dan palung  sebagai berikut :
an yang diberikan kepada kambing milik Ba Gimin   adalah hijauan saja, yaitu rumput padangan. an diberikan secara rutin 1 kali sehari dan. Hal ini menyebabkan nutrisi yang dibutuhkan ternak kurang karena pada umumnya rumput padangan terdiri atas berbagai macam rumput liar yang kandungan nutrisinya rendah dan kandungan serat dan ligninnya tinggi. Kandungan lignin yang tinggi menyebabkan hijauan sulit dicerna. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2007) yang menyatakan bahwa rumput padangan meruan rerumputan yang memiliki kualitas rendah dengan serat kasar dan lignifikasi yang tinggi sehingga sulit untuk dicerna. Dijelaskan lebih lanjut oleh Anggorodi (2004) bahwa hijauan dengan serat kasar yang tinggi memiliki dinding sel yang lebih tebal sehingga daya cernanya rendah.

4.2.5.   Tata laksana pemeliharaan
            Tata cara pemeliharaan yang terdapat  pada peternakan sapi   adalah dengan cara  intensif. Hal tersebut dikarenakan pada pagi sampai sore hari domba diberikan rumput, sedangkan pada malam hari domba diberi an yang sudah disediakan oleh peternak di dalam tempat an. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ralph (2007) yang menyatakan bahwa sistem pemeliharaan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu, perkandangan  intensif, semi-intensif, dan umbaran. Kegiatan domba pada pagi sampai petang cenderung monoton. Yang terdiri dari merumput, urinasi, dan defekasi.

4.3.      Riwayat Penyakit
     Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa domba milik Ba Gimin Gimin sering mengalami penyakit kulit, kembung dan diare yang ditandai dengan  menurunnya nafsu makan, tubuh ternak lemas  dan terlihat kurang aktif. Hal ini dikarenakan bangunan kandang yang kurang sesuai, yaitu kandang yang sangat terbuka dan tidak memiliki atap sempit sehingga perubahan cuaca seperti hujan dan panas akan sanga berpengaruh terhadap kesehatan ternak dan kondisi lantai kandang yang becek. Ternak yang kehujanan akan kedinginan sehingga mudah sakit. Penanganan yang dilakukan oleh peternak  yaitu dengan memberi obat ramuan.. Sanitasi kandang yang cukup terjaga. Penyebab lain adalah karena kandang jarang dibersihkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Akoso (2006) yang menyatakan bahwa sanitasi yang baik dapat menghambat kehadiran bibit penyakit. Sanitasi dilakukan dengan menjaga alas kandang agar tetap kering dan tidak menimbulkan bau, menjaga kebersihan peralatan makanan dan minuman.







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa domba Ba Gimin termasuk sehat. Tubuhnya berukuran sedang, tidak terlalu kurus dan tidak gemuk, anggota tubuh bergerak aktif , berdiri dengan tegak, nafsu makan baik dan  aktif menggerakkan kepala serta ekornya. Lingkungan kandang sudah sesuai sedangkan bangunan kandang kurang sesuai. an yang diberikan adalah rumput padangan yang diberikan secara rutin 1 kali sehari. Riwayat kesehatan menunjukkan bahwa domba tersebut sering mengalami penyakit kulit, kembung dan diare dikarenakan an yang diberikan dan bangunan kandang tidak memiliki dinding dan terlalu terbuka.

5.2.      Saran
            Hendaknya waktu yang digunakan dalam praktikum Ilmu Kesehatan Ternak  lebih lama, agar dalam pengamatan  bisa dhasilkan data yang akurat. Selain itu diharapkan praktikum tidak hanya dapat mengetahui jenis penyakit, tapi setidaknya juga dapat mencegah dan mengobatinya.














DAFTAR PUSTAKA


Akoso, T.B. 2006. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.

Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT Citra Aji Pratama, Yogyakarta.

Ralph, S. R. 1987. Manual of Poultry Production in the Tropics. Wallingford: CAB International.

Siregar, S.B.  2007. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sugeng, Y. B. 2006. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna.et.al .2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta


No comments: