Pemahaman awal tentang Trias Politika dalam budaya batak
By: sandi suroyoco sinambela
Secara tidak sengaja disuatu malam saya bertanya dengan seorang MABA
fakultas hukum bernama Bangkit Pardede. Dia adalah ketua osis di SMA N. 1
Siborongborong, Tarutung Medan. Pertanyaan pertama saya apa hubungan dari demokrasi dengan budaya batak? Dia
kelihatan bingung dan masih terlihat blank. Pada akhirnya dia menyerah, ga tau
bang katanya, aku tersenyum dan maklum dengan hal itu. Mengapa orang batak susah menjadi seorang
pemimpin negara? Itu menjadi pertanyaan kedua saya. Dia terheran juga, dia lupa
juga. Dia sudah heran malah jadi saya yang lebih heran lagi. Pertanyaan ketiga
saya adalah apa kepanjangan KKN. Dia tidak tau juga kepanjangan KKN aku bilang
aja mau jadi apa nantinya? Yahh Kolusi,
Korupsi, NEPOTISME. Aku menjelaskan Nepotisme adalah tidakan mengutamanakan sanak saudara/
keluarga. Bagai mana caranya cara anda mengatasi tingginya nepotisme dalam
budaya batak setelah anda mendalami ilmu hukum?
Tolong tanggapi isu ini :
Bangsa batak memiliki satu kerajaan yang di
namakan kerajaan bakara yang dulunya dipimpin oleh Sisinga Mangaraja I-XII,
akhir akhir ini bius bakara melakukan pertemuan besar yang membahas ingin
mengangkat kembali SM XIII? Anda sebagai mahasiswa hukum bagaimana tanggapan
anda? Tidak setuju karena belum tentu bisa mengangkat pusaka batak tersebut.
Semakin dia terlihat bingung aku makin membuat
pertanyan yang tidak terduga. Aku membuat pertanyaan tersebut agar dia sadar
bahwa tujuan dia kuliah untuk bisa menjawab problem-problem yang ada pada
dirinya sendiri, kemudian lama kelamaan setelah dia masuk hukum dia akan mampu
menjawab pertanyan besar yang ada di negara Indonesia, yang jawabannya di
butuhkan rakyat banyak.
Saya memang bukan fakultas hukum. Saya adalah
fakultas peternakan yang tidak tau banyak tentang hukum, namun saya adalah
segelintir orang yang merasa penasaran dengan
kemajuan hukum di Indonesia. Kerinduan saya dari pertemuan ini adalah
dia sadar bahwa setelah dia mendalami ilmu hukum dia memiliki tugas besar
sebelum menjadi sarjana.
Saya membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan
yang saya lontarkan. Sebenarnya pertanyaan yang menjadi sasaran saya adalah
demokrasi pada budaya batak. Saya menjelaskan dengan keterbatasan pengetahuan.
Budaya batak memiliki trias politika yang menjadi tiang tonggak adat batak
yakni, hula-hula (eksekutif), dongan tubu (yudikatif), dan boru (legislatif).
Budaya batak ini sebenarnya sudah menjadi harta yang sangat mendukung pemimpin
yang berasal dari suku batak namun kenyataannya betolak belakang. Budaya yang
sangat mendukung di lain pihak menekan kedudukan pemimpin batak, karena batak
sangat mustahil bisa menghilangkan NEPOTISME dari dirinya sendiri. Marga yang
melekat pada nama tidak akan bisa hilang. Pilosopi orang batak yang mengatakan makkuling do mudar yang artinya darah
kekeluargaan akan selalu ada dan takkan pernah dihilangkan. Contonya jika
seorang yang memiliki perusahaan yang bermarga sinambela maka dapat di pastikan
kepala bagiannya akan bermarga sinambela atau marga lain yang memiliki darah
dengan marga itu.
Setelah dia mendapat
penjelasan sari saya aku menatap matanya yang seolah menunjukkan rasa pingin tau
dan semangat, tidak tau sesaat ato batu loncatan. Diskusi yang menyenangkan
bukan? terimakasihhhhh
No comments:
Post a Comment