Friday, 9 November 2012

laporan ternak unggas by: sandi suroyoco sinambela UNDIP


BAB I
PENDAHULUAN
            Ternak unggas merupakan spesies burung yang dapat memberikan keuntungan ekonomis bagi manusia yang memeliharanya, beberapa jenis unggas yang memberikan keuntungan antara lain ayam, itik, angsa dan  puyuh. Usaha beternak unggas perlu memperhatikan pakan, breeding, manajemen dan lingkungan. Keempat hal tersebut diperlukan dalam peningkatan produksi dan mempercepat daya kerja setiap sistem yang ada di dalam tubuh ternak sehingga menghasilkan produk yang optimum, antara lain system pencernaan, sistem respirasi, sistem reproduksi, dan sistem urinari. Dalam hal ini semakin optimum sistem ini bekerja maka akan menimbulkan performan yang baik terutama pada organ eksteriornya. Ayam dan itik  organ eksteriornya antara lain adalah paruh, jengger, mata, lubang hidung, leher, bulu leher, dada, punggung, sayap, paha, kuku, ekor, dan beberapa organ lainnya yang menjadi pembeda unggas air dan unggas darat.





 

BAB II
MATERI DAN METODE
            Praktikum Produksi Ternak Unggas dengan materi Anatomi dan serta Identifikasi Penyakit Ternak Unggas dilaksanakan hari Jumat, 14 Oktober 2011 pukul 16.00–18.00 WIB di Laboratorium Ilmu Ternak Unggas Universitas Diponegoro, Semarang. Praktikum Produksi Ternak Unggas dengan                        materi Pengenalan Jenis dan  Formulasi Ransum dilaksanakan hari Jumat,                  21 Oktober 2011 pukul 15.30-17.00 WIB di Laboratorium Penetasan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

2.1.            Materi
2.1.1.      Pengenalan jenis dan klasifikasi ternak unggas
Materi yang digunakan untuk praktikum Pengenalan Jenis  Ternak Unggas yaitu itik betina dan jantan (preparat). Alat yang dipergunakan ialah nampan untuk tempat preparat, LCD proyektor yakni untuk menampilkan gambar-gambar unggas, komputer dan alat tulis untuk menggambar.
2.1.2.      Anatomi dan identifikasi penyakit ternak unggas
Praktikum Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas, alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat seksio yang digunakan untuk menyembelih ternak unggas, nampan yang digunakan sebagai tempat unggas setelah disembelih, lap digunakan untuk membersihkan sisa-sisa kotoran pada waktu pemotongan, kitchen scale digital untuk menimbang bobot unggas maupun organ-organnya, meteran (pita ukur) untuk mengukur panjang bagian dan organ tubuh unggas dan alat tulisa untuk mencatat data-data yang diperoleh. Bahan yang digunakan untuk praktikum yaitu sepasang ayam broiler betina dan petelur afkir jantan, sepasang itik Tegal (jantan dan betina) sebagai bahan untuk pelaksanaan praktikum anatomi dan identifikasi penyakit.

2.1.3.      Formulasi ransum ternak unggas
Alat yang digunakan pada praktikum formulasi ransum berupa timbangan elektrik untuk menimbang komposisi dari beberapa bahan pakan dan nampan sebagai tempat pencampuran bahan pakan, alat tulis untuk menulis hasil praktikum dan kalkulator sebagai alat bantu hitung. Bahan yang digunakan dalam praktikum Formulasi Ransum Ternak Unggas menggunakan materi berupa jagung pecah, bekatul, bungkil kedelai, dan tepung ikan.

2.2.      Metode
2.2.1.   Pengenalan jenis dan klasifikasi ternak unggas
Meletakkan preparat itik betina dan jantan yang dewasa pada meja praktikum, melakukan pengamatan karakteristik eksterior masing-masing jenis itik jantan dan betina. Selanjutnya mengklasifikasikan unggas yang telah diamati tersebut berdasarkan sistem klasifikasi standar dan tujuan pemeliharaanya. Melakukan deskripsi dan menyajikan data pencatatan data-data yang perlu diambil sambil mencermati perbedaan-perbedaan karakteristiknya.
2.2.2.   Anatomi dan identifikasi penyakit ternak unggas
            Praktikum ini diawali dengan mengamati penyakit yang mungkin diderita unggas yang dibawa, baik itik maupun ayam. Menimbang bobot hidup unggas. Selanjutnya menyembelih dengan metode modified kosher (islam). Menampung darah yang keluar. Menimbang bobot mati dan bobot darah. Melakukan pembedahan untuk mengeluarkan organ-organ pencernaan, pernafasan dan reproduksi. Membuat sayatan dengan cara menggunting pada bagian dada dari persendian scapulanya, sehingga bagian tersebut dapat dibuka. Mengeluarkan organ-organ yang akan diamati. Mengambil gambar saluran pencernaan, pernafasan dan reproduksi, kemudian membagi saluran menjadi tiap-tiap organ penyusun saluran pencernaan, pernafasan dan reproduksi. Menimbang bobot tiap organ.
2.2.3.   Formulasi ransum ternak unggas
Menentukan standar kebutuhan ransum yang akan disusun berupa ransum starter, grower dan sebagainya. Menentukan bahan pakan yang tersedia dan akan digunakan, dan melakukan pengecekan kandungan bahan pakan tersebut dengan tabel komposisi nutrient yang terkandung dalam masing-masing bahan pakan. Memformulasikan bahan pakan yang tersedia tersebut sehingga memenuhi standar kebutuhan yang diharapkan baik dari aspek tahapan produksi maupun bobot badanya dengan menggunakan metode yang paling memungkinkan dan mudah melakukannya. Mencatat hasil formulasi bahan pakan yang diperoleh pada tabel hasil perhitungan formulasi bahan pakan kegiatan praktikum yang telah disediakan.





















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.      Pengenalan Jenis dan Karakteristik Ternak Unggas
3.1.1.   Pengenalan jenis ternak unggas
Berdasarkan hasil pengamatan pengenalan jenis diperoleh gambar sebagai berikut :





     Sumber : Fadilah (2005)
Ilustrasi 1. Unggas darat
Ayam yang digunakan dalam praktikum adalah ayam jantan dan betina. Pengamatan pada ayam jantan  mendapatkan hasil bahwa ayam jantan memiliki pial yang lebih besar, jengger yang lebih besar, badan lebih besar dan tinggi, leher ayam jantan terdapat bulu leher yang berbentuk panjang, runcing dan mengkilap, bulu pada ekor lebih panjang dan memiliki taji. Sedangkan pada ayam betina pialnya lebih kecil, jengger lebih kecil, badan sedang dan cenderung lebih pendek, bulu pada ekor lebih pendek dan tidak memiliki taji. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) bahwa ada leher ayam jantan terdapat bulu leher yang berbentuk panjang, runcing dan mengkilap dan bagian kaki ayam jantan terdapat taji yang berkembang dengan baik. Ayam betina dengan ayam jantan mempunyai kesamaan yaitu sama-sama ditumbuhi bulu yang banyak pada tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2005) yang menyatakan bahwa hampir semua permukaan tubuh ayam ditumbuhi bulu, dari daerah kepala, leher, dada, dahu, punggung, sayap, perut dan anggota tubuh lainnya kecuali paruh, ceker dan mata. 





          Sumber: Ranto dan Sitanggang (2005)
Ilustrasi 2. Unggas air
Unggas yang kami gunakan dalam praktikum yaitu itik jantan dan betina. Pengamatan pada itik mendapatkan hasil yaitu pada itik jantan memiliki karakteristik berupa ekor yang mencuat, badannya yang lebih besar, lehernya lebih panjang serta warna bulu yang lebih tua dibandingkan dengan itik betina. Sedangakn karakteristik pada itk betina yaitu ekornya yang lebih datar, badan lebih kecil, leher yang lebih pendek dari itk jantan serta warna bulu yang lebih terang. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (2009) yaitu warna itik betina lebih terang dan bersih, sedangkan itik jantan lebih gelap. Jika diperhatikan suara anak itik betina lebih melengking. Cara lain adalah dengan melihat melalui anus dengan cara menekannya, meski cara ini cukup membuat itik tersiksa tapi cukup efektif. Itik jantan terlihat memiliki alat kelamin yang menonjol. Badan atau tubuh itik terkesan tegak dan memanjang keatas. Hal ini sesuai dengan Supriyadi (2009) yang menyatakan bahwa itik mempunyai rangka tubuh yang kompak untuk melindungi fungsi organ tubuh yang ditopang oleh otot daging yang kuat sehingga mampu melakukan berbagai aktivitas produksi, berjalan, berenang dan terbang.

3.1.2.   Perbedaan unggas darat dan air
Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa ayam memiliki ciri- ciri yaitu bentuk paruh lancip karena disesuaikan dengan pakan yang dimakan yaitu berbentuk butiran dan bebijian, mempunyai jengger, pial, dan cuping telinga di bagian kepala berwarna merah, esophagus mengembang, bertaji, mempunyai ceker yang tidak berselaput serta bulu yang berminyak, namun tidak sebanyak pada unggas air karena habitat ayam didarat dan kelenjar minyak dibagian belakang ekor lebih kecil dari pada kelenjar minyak pada unggas air. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan bahwa ayam memiliki bentuk paruh lancip, berwarna kuning, warna jengger merah, serta kaki berwarna kuning. bagian kaki jantan terdapat taji yang berkembang dengan baik. Paruh, jari dan taji bersifat menulang, tersusun atas kratin.
Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa unggas air berupa itik mempunyai bagian eksterior yang terdiri dari kepala, mata sebagai indera penglihat, leher, paruh yang berfunggsi untuk mengambil pakan yang lembek, tembolok tidak mengembang, ekor yang pendek, kaki yang relative pendek, cakar yang berlapis selaput renang yang berfungsi sebagai alat berenang, bulu yang mengkilap. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa ciri yang lebih utama dari itik tegal adalah pada saat berjalan tegap dan jika dilihat dari arah kepala, leher, punggung, sampai kebelakang bentuknya menyerupai botol, lehernya panjang dan bulat, tubuhnya yang langsing, kepalanya kecil. Itik mempunyai kaki yang relatif pendek untuk ukuran badannya, jari yang terletak dibagian interior dihubungkan oleh selaput yang memungkinkan itik dapat bergerak cepat didalam air. Ditambahkan oleh Sarengat (2009) bahwa itik merupakan unggas air yang mengarah pada produksi telur, dengan ciri umum, tubuh ramping, berdiri hampir tegak seperti botol dan lincah sebagai ciri khas dari unggas petelur.

3.1.3.   Klasifikasi ternak unggas
3.1.3.1. Klasifikasi ternak unggas secara internasional, The American Standart of Perfection mengelompokan ayam menjadi 11 kelas, pengelompokan ini digunakan untuk standar ayam piaraan di dunia. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008), yang menyatakan The American Standart of Perfection menentukan standar klasifikasi ayam secara garis besar digunakan untuk standar ayam piaraan di dunia. Terdapat 4 kelas ayam yang penting untuk diketahui dari 11 kelas ayam tersebut diantaranya adalah kelas Inggris, kelas Amerika, kelas Mediterania dan kelas Asia. Hal tersebut sesuai pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan berdasarkan buku The American Standart of Perfection, terdapat 11 jenis kelas ayam, hanya saja yang dianggap penting untuk diketahui hanya 4 kelas, yaitu kelas Inggris, kelas Amerika, kelas Mediterania dan kelas Asia.
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh :
http://www.wilkamdai.com/images/chicken_Speckled_Sussex_Rooster_Lindy%27s.jpg
 







Sumber : Fadilah dan Polana (2005)
Ilustrasi 3. Ayam Kelas Inggris (Sussex)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ayam yang termasuk kelas Inggris adalah ayam Sussex, Cornish, Orpington, dan Australop. Hal ini dikarenakan ayam mempunyai ciri-ciri atau karakteristik bentuk tubuh besar, cuping berwarna merah, bulu merapat ke tubuh dan merupakan tipe pedaging. Sesuai dengan dengan pendapat Yuwanta (2008) bahwa ayam kelas Inggris rata-rata berbadan besar dan warna cuping merah, memiliki sifat mengeram. Ditambahkan oleh Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan bahwa ayam kelas Inggris memiliki karakteristik bulunya merapat ke tubuh dan termasuk tipe pedaging.







 
 


images (2).jpg










Sumber : Fadilah (2005)
Ilustrasi 4. Ayam Kelas Amerika (Plymouth Rock)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa salah satu ayam yang termasuk kelas amerika adalah Plymouth Rock, RIR (Rhode Island Red) dan Wyandotte. Hal ini dikarenakan jenis ayam kelas amerika mempunyai karakteristik bentuk tubuh sedang, bulu mengembang, cuping berwarna merah, dan merupakan tipe dwiguna. Sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) bahwa ayam ini dikembangkan untuk tujuan dwiguna, yaitu untuk memproduksi telur dan daging. Ditambahkan oleh Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa tanda-tanda yang umum pada ayam Amerika adalah warna kulit terang, kerabang telur cokelat, cuping telinga merah, shank berwarna kuning dan tidak berbulu. Bangsa ayam pada kelas ini adalah RIR (Rhode Island Red), Hampshire, Plymouthrock dan Wyandott.




http://www.mypetchicken.com/images/ChickenPix/small/Studio_LtBrhmCk_6778_S.jpg
 












Sumber : Fadilah dan Polana (2005)
Ilustrasi 5. Ayam Kelas Asia  (Brahma)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa salah satu ayam yang termasuk kelas asia adalah ayam brahma, dll. Hal ini dikarenakan ayam brahma mempunyai karakteristik bentuk tubuh besar, bulu merapat ke tubuh, cuping berwarna merah dan merupakan tipe pedaging. Sesuai dengan pedapat Yuwanta (2008) bahwa tanda spesifik ayam ini adalah bentuk badan besar, memiliki sifat mengeram, cakar (shank) berbulu, tulang besar dan kuat, cuping telinga merah, dan kerabang telur cokelat. Ditambahkan oleh Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa ciri lain dari kelas Brahma yaitu kulit berwarna putih sampai gelap dan merupakan tipe pedaging. Terdapat tiga bangsa (breed) yang terkenal dalam kelas Asia, Brahma (di India), Langshan (dari Cina), dan Cochin (dari Shanghai, Cina).




http://www.mypetchicken.com/images/chickenPix/Medium/Studio_SgCbDkBrLgCk_0831_M.jpg












Sumber : Fadilah (2005)
Ilustrasi 6. Ayam Kelas Mediterania  (Leghorn)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa salah satu ayam yang termasuk kelas mediterania adalah ayam leghorn. Hal ini dikarenakan ayam Leghorn mempunyai karakteristik bentuk tubuh ramping, bulu mengembang, cuping berwarna putih, dan tipe petelur. Hal ini Sesuai dengan Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa bentuk badan ayam kelas ini langsing dan produksi telur tinggi, berasal dari Laut Tengah terutama dari Italia. Ditambahkan oleh pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan bahwa ayam ini memiliki badan yang lebih kecil dibanding kelas Asia, Inggris dan Amerika. Cuping telinga putih, produksi telur tinggi dan tidak mengeram. Bangsa ayam pada kelas ini adalah Leghorn, Minorca, Andalusia, Ancona, dan Buttercup.
3.1.3.2. Klasifikasi ternak unggas berdasarkan tujuan pemeliharaannya, Klasifikasi ayam dan itik berdasarkan tujuannya dibagi menjadi empat tipe, yaitu tipe petelur, pedaging, dwiguna dan fancy.

http://www.wilkamdai.com/images/chicken_Speckled_Sussex_Rooster_Lindy%27s.jpg
Sumber : Fadilah dan Polana (2005)                     Sumber: Yuwanta (2008)
Ilustrasi 7. Ayam Pedaging dan itik Pedaging

Ayam tipe pedaging diternakkan untuk menghasilkan produk utama berupa daging ayam, bentuk tubuh lebih besar daripada ayam petelur, produktivitas telur rendah, pertumbuhannya cepat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008) bahwa karakteristik ayam pedaging antara lain bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Untuk itik pedaging biasanya yang di budidayakan adalah bebek jantan karena performannya sangat baik. Contohnya bebek peking, alabio, khaki chambell, muscovi. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilla dan Polana (2004) yang menyatakan bahwa  bebek peking, alabio, khaki chambell, muscovi merupakan bebek pedaging yang bagus.


Sumber : Fadilah dan Polana (2005)                    Sumber: Yuwanta (2008)

Ilustrasi 8. Ayam Petelur dan itik petelur
Ayam tipe petelur yaitu jenis ayam yang sangat efisien menghasilkan telur. Karakteristik tipe petelur adalah mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, warna kulit putih, cuping telinga putih dan kerabang telur berwarna putih, produksi telur cukup tinggi yaitu 200 butir telur/ekor/tahun (Suprijatna, et al., 2005). Beberapa jenis itik merupakan jenis itik petelur. Itik petelur adalah itik yang memiliki karakteristik ekonomi sebagai penghasil telur yang baik. Adapaun jenis-jenis dari itik adalah Indian Runner, Khaki Campbell, Buff Orpington, Cayuga, Cherry Valley, Anas Javanica atau yang sering disebut itik Jawa (Murtidjo, 1992).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa itik Tegal bentuk badannya merupakan contoh dari bangsa Indian Runner, yaitu posisi berdiri yang hampir tegak lurus, tubuh langsing seperti botol, langkah tegap, warna bulu coklat atau tutul-tutul coklat dengan beberapa variasi warna tertentu. Hal ini sesuai dengan Yuwanta (2008) bahwa itik merupakan unggas air yang mengarah pada produksi telur, dengan ciri umum; tubuh ramping, berdiri hampir tegak seperti botol dan lincah sebagai ciri khas dari unggas petelur. Ditambahkan oleh Suprijatna (2005) yang menyatakan bahwa sebagian besar itik tegal berwarna kecoklatan, sedangkan sebagian kecil lainnya tutul-tutul coklat.
images (2).jpg
Sumber : Ranto dan Sitanggang (2005)                Sumber: Yuwanta (2008)
Ilustrasi 9. Ayam dan itik Dwiguna
Ayam tipe dwiguna merupakan jenis ayam yang dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang dan kulit telur berwarna coklat. ayam yang termasuk kelas amerika adalah Plymouth Rock, RIR (Rhode Island Red) dan Wyandotte. Hal ini dikarenakan jenis ayam kelas              amerika mempunyai karakteristik bentuk tubuh sedang, bulu mengembang, cuping berwarna merah, dan merupakan tipe dwiguna. Hal ini sesuai dengan                pendapat  Yuwanta (2008) bahwa ayam ini dikembangkan untuk tujuan dwiguna, yaitu untuk memproduksi telur dan daging.



Sumber : Ranto dan Sitanggang (2005)                Sumber: Yuwanta (2008)
Ilustrasi 10. Ayam Fancy dan Itik Fancy
Ayam tipe fancy yaitu jenis ayam yang dipelihara adalah untuk tujuan hiburan dan kreasi. Ayam tipe fancy dipelihara tidak untuk produksi telur dan daging, akan tetapi dipelihara karena bentuk tubuh dan bulunya yang mungil, menarik dan warnanya yang beraneka ragam, contohnya ayam Sultan,                    ayam Bantam dan ayam Yokohama (Yuwanta, 2008). Kehidupan itik fancy digantungkan pada adanya air dan hewan-hewan didalamnya, dengan                      sedikit makanan tambahan berupa biji-bijian. Contohnya adalah Calls,                     East India, Mallard, Mandarin, dan Wood Duck. Hal ini sesuai dengan     pernyataan Supriyadi (2009) yang menyatakan bahwa bangsa-bangsa yang termasuk itik tipe ornament (fancy) antara lain Calls, East India, Mallard, Mandarin, dan Wood Duck.





3.2.      Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas
3.2.1.      Sistem pencernaan ternak unggas
            Hasil pengamatan Anatomi dan Fisiologis Ternak Unggas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
 
                                             
                                             
                                             
                         




Sumber : Data Primer Praktikum Produksi         Sumber : Suprijatna et al. 2005
               Ternak Unggas, 2011.
Ilustrasi 11. Gambar Sistem Pencernaan Ayam


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12



 
Sumber :   Data Primer Praktikum Produksi            Sumber : Suprijatna et al. 2005
                Ternak Unggas, 2011.
Ilustrasi 12. Gambar Sistem Pencernaan Itik Jantan


Keterangan :
                   1. Paruh                       5. Ventrikulus             9. Ileum
                   2. Esofagus                 6. Duodenum             10. Cecum
                   3. Tembolok                7. Pankreas                 11. Colon
                   4. Proventrikulus         8. Jejenum                  12. Kloaka

Hasil pengamatan pada ayam layer diperoleh data panjang tembolok 3 cm dengan berat 3 gram. Bagian tembolok kelihatan mengembang, ini disebabkan terjadi penyimpanan makanan sementara. Tembolok memiliki kemampuan untuk mengembang. Karena pakan disimpan dalam tembolok untuk sementara. Pengamatan pada bagian empedal terasa keras. Hal ini sesuai dengan                pendapat Tabbu (2000)  yang menyatakan bahwa empedal tersusun dari suatu struktur bertanduk yang berotot tebal. Kerja penggilingan yang terjadi secara tidak sadar oleh otot empedal memiliki kecenderungan untuk menghancurkan pakan seperti yang dilakukan oleh gigi. Di dalam gizzard makananan dihancurkan dan dilumatkan dengan batuan-batuan kecil. Sesuai dengan pendapat yang diberikan oleh Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan bahwa pada gizzard terdapat batu-batuan kecil atau karang yang membantu proses pencernaan. Pemberian grit dalam pakan adalah tidak umum tetapi dapat membantu kerja empedal. Pecahanan kerang atau bahan keras yang tidak larut dapat digunakan sebagai suatu pakan tambahan.
      Usus halus disebut juga dengan intestinum tenue, yang tersusun dari duodenum, jejenum dan ileum memiliki panjang 125 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008)  usus halus (small intestine) dinamakan juga  intestinum tapaenue panjang mencapai 120 cm dan terbagi dalam tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum, jejenum dan ileum  merupakan kumpulan dari usus halus yang berperan pada penyerapan nutrisi pakan. Letak usus halus berdekatan dengan letak pankreas. Hal ini sesuai  dengan pendapat yang diberikan Rukmana (2003) yang menyatakan bahwa sejajar dengan duodenum terletak pankreas (kelenjar ludah perut) yang mengeluarkan kelenjar pankreas yang berfungsi untuk mencerna makanan. Kloaka merupakan saluran akhir dari sistem pencernaan yang merupakan muara tiga saluran. Panjang kloaka adalah 3 cm serta beratnya adalah 3 gr.  kloaka merupakan muara tiga saluran yaitu saluran urinari, reproduksi, dan pencernaan.           
Berdasarkan hasil praktikum sistem pencernaan unggas diawali dengan masuknya makanan melalui mulut. Kemudian menuju crop melalui esofagus. Kemudian menuju ventrikulus melalui proventrikulus. Lalu makanan yang masuk dibawa ke usus kecil, usus besar, lalu menuju ceca dan kloaka. Pada pencernaan unggas terutama pada mulut tidak mempunyai gigi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan  bahwa mulut ayam tidak memiliki pipi dan gigi. Langit-langitnya lunak, tetapi memiliki rahang atas dan bawah yang menulang dan menutup mulut. Pakan yang masuk ke dalam mulut disalurkan ke dalam tembolok (crop) melalui esofagus. Ditambahkan oleh Yuwanta (2008) bahwa esophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus memanjang dari pharynx hingga proventiculus melewati tembolok.
Hasil yang diperoleh pada pengamatan sistem pencernaan itik jantan adalah oesophagus 26 cm,jejenum mempunyai panjang 59 cm, ileum 56 cm dan sekum 11 cm. Warna gizzard baik pada jantan maupun betina mempunyai warna coklat dengan sedikit warna biru.  Organ pencernaan itik jantan pada prinsipnya adalah sama dengan organ pencernaan pada ayam, yang membedakan adalah pada bagian tembolok. Hasil pengamatan sistem pencernaan ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa pada ayam temboloknya seperti kantung tetapi pada tembolok itik, bila tidak berisi makanan bentuknya sepeti esofagus. Secara singkat susunan organ-organ pencernaan unggas terdiri dari traktus alimantarius yang terdiri atas paruh, faring, esofagus, tembolok, lambung kelenjar, lambung otot, usus halus, usus besar, kloaka, dan alat asesoris yang berupa hati, limfa, dan pankreas.
3.2.2. Sistem pernafasan unggas (ayam dan itik)
      Hasil pengamatan Anatomi dan Fisiologis Ternak Unggas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
1

2

3

4


5
 
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi   Sumber : Suprijatna et al. 2005.     
              Ternak Unggas, 2011.
Ilustrasi 13. Gambar Sistem Respirasi Ayam Layer
1
2
3
4
5
6
 
paruparuburungmerpati.jpg
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi           Sumber : http://www.ca.uky.edu/
                Ternak Unggas, 2011.
Ilustrasi 14. Gambar Sistem Respirasi Itik Jantan
1

2

3

4

5
 
Organ pnfsn itik btina
Avian_respiratory_system.gif
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi           Sumber: http://www.ca.uky.edu/ 
               Ternak Unggas, 2011.
Ilustrasi 15. Gambar Sistem Respirasi Itik Betina
Keterangan :
1.      Larink
2.      Trakea
3.      Bronkus
4.      Bronkeolus
5.      Paru-paru
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat paru - paru bersifat elastis, terdiri dari kerongkongan, bronkus, alveolus paru-paru menempel pada rongga dada. Hal ini sesuai pendapat Suprijatna et al. (2005)  bahwa paru - paru berbentuk seperti spons    dan   sifatnya elastis sehingga   menempati   semua   ruangan yang tersedia dalam rongga dada. Sistem pernafasan unggas terdapat nostril,                   trachea, syring, bronchus, bronchea, broncheolus dan paru-paru hal ini sesuai dengan pendapat Sarengat (2009) yang menyatakan sistem pernafasan unggas terdiri dari nostril, trachea, syring, bronchus, bronchea, broncheolus dan paru-paru.
Hasil pengamatan yang diperoleh pada sistem respirasi itik terdapat larink, trakea, syrink, bronkus, bronkeolus dan paru-paru. Pada intinya organ respirasi itik jantan maupun betina sama, tetapi yang membedakan adalah bentuk syrink. Itik jantan bentuk syrink lebih berkembang dari pada itik betina.  Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) bahwa pada itik jantan syrink berkembang dengan baik, sedangkan pada itik betina syrink tidak berkembang.
Sistem respirasi itik terdapat larink, trakea, syrink, bronkus, bronkeolus dan paru-paru. Pada intinya organ respirasi itik jantan maupun betina sama, tetapi yang membedakan adalah bentuk syrink. Itik jantan bentuk syrink lebih berkembang dari pada itik betina.  Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) bahwa pada itik jantan syrink berkembang dengan baik, sedangkan pada itik betina syrink tidak berkembang.

3.2.3.      Sistem reproduksi (ayam dan itik)
            Hasil pengamatan anatomi dan fisiologis ternak unggas pada reproduksi ayam jantan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.  

labeled_male_repro_tract.png
1

2


3



 

 
male.gif          
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi    Sumber : http://www.crescent.edu.sg/
               Ternak Unggas, 2011.

Ilustrasi 16. Gambar Sistem Reproduksi Ayam Jantan

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
 
reproduksi unggas betina

 
                                                  

                                                  
                                                      
                                                       

Sumber : Data Primer Praktikum Produksi      Sumber : Suprijatna et al. 2005
               Ternak Unggas, 2011.
Ilustrasi 17. Gambar Sistem Reproduksi Ayam Betina
1

2

3
 
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi             Sumber : Suprijatna et al. 2005
              Ternak Unggas, 2011.
Ilustrasi 18. Gambar Sistem Reproduksi Itik Jantan
1
2
3
4
5
6
7
8
 
sal reproduksi betina_2.jpg
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi       Sumber : Suprijatna et al. 2005
               Ternak Unggas, 2011.
Ilustrasi 19. Gambar Sistem Reproduksi Itik Betina
Keterangan :
1.      Testis                     7. Infundibulum          13. Oviduct
2.      Vas deferens         8. Magnum
3.      Kloaka                   9. Isthmus
4.      Ovarium                10  Uterus                                          
5.       Folikel kosong      11.  Vagina                             
6.      Stigma                   12.  Kloaka                                                     

Sistem reproduksi ayam jantan dapat diketahui bahwa organ reproduksi ayam jantan yang diamati dalam praktikum bentuknya normal, terdiri dari testis, vas deferens dan kloaka. Hasil praktikum tersebut sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang mengatakan bahwa alat reproduksi ayam jantan terdiri atas testis, vas deferens dan kloaka.     
Sistem reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium, infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina dan kloaka. Organ reproduksi ayam betina yang diamati dalam praktikum bentuknya normal, panjang magnum 36. Hasil praktikum tersebut sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang mengatakan bahwa magnum adalah bagian terpanjang dari oviduct, yaitu mencapai setengah dari panjang oviduct. Alat reproduksi ayam betina terdiri atas dua bagian utama, yakni ovarium dan oviduk, pada praktikum anatomi kita dapat melihat dengan jelas ovarium dan oviduknya berwarna kuning. oviduct berfungsi sebagaitempat pembentukan telur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur. Oviduk adalah tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan kerabang telur. Pada unggas umumnya hanya ovarium kiri yang berfungsi sedangkan yang kanan mengalami rudimenter.
Sistem reproduksi itik jantan adalah terlihatnya organ testis, saluran vas deferens dan kloaka. Papilla pada itik lebih mudah diketahui daripada papilla pada ayam karena terlihat seperti suatu tonjolan yang berbentuk spiral. Hal itu sesuai dengan pendapat  Sarengat (2009) bahwa unggas air memiliki alat kopulasi yang jelas yaitu papilla yang spiral dan bengkok, terdiri dari tenunan fibrosa dan terletak pada dinding ventral kloaka, yang mempunyai suatu legok semen. Letak testis dari unggas yang diamati yaitu dekat dengan tulang belakang dari unggas, serta berdekatan dengan aorta serta vena cava. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Yuwanta (2008) yaitu Testis pada unggas jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cava; atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal.
            Sistem reproduksi unggas itik betina terdiri dari ovum, stigma, infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina, oviduk, dan kloaka. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Suprijatna et al. (2005) Oviduk unggas betina merupakan pipa yang melipat yang sebagian besar terletak pada sisi bagian kiri rongga perut. Oviduk terbagi dalam lima bagian, dimulai dari ujung terdekat dengan ovarium, yaitu funne atau infundibulum, magnum adalah saluran dimana albumen disekresikan, isthmus adalah saluran yang mensekresikan material pembentuk membrane kerabang, uterus atau kelenjar kerabang dan vagina yang saluran menuju kloaka.










3.2.4.     Sistem urinari (ayam dan itik)
            Hasil pengamatan anatomi dan fisiologis ternak unggas pada urinari ayam pedaging dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
1
2
3
4
 
Sumbe: Data Primer Praktikum Produksi                  Sumber: http:// wikipedia.com                         
             Ternak Unggas, 2011.
Ilustrasi 20. Gambar Sistem Urinari Ayam
1


2


3


4
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9gLKy4J4r1i4ZlPsq6g9K4Lzea29DSHYToO2bVZqTvCEHYPEe0TzeIPYRNrAT0fsTfbLWgyrsTnZK4gkTxE6TI18oFHZ1GJOO0qWJsxetXWfaaNuhXwLYoZaP2mTjqAv6L7ZEmO9eGfTP/s200/Anatomy+of+Urinary+System-1.jpg
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi             Sumber : : http:// wikipedia.com
                Ternak Unggas, 2011.
Ilustrasi 21. Gambar Sistem Urinari Itik
  Keterangan :
1. Ginjal                   3.  Uretra
2. Ureter                   4.  Kloaka
                    
Hasil praktikum diperoleh data bahwa organ urinari meliputi sepasang ginjal yang terdiri dari 3 lobus, bentuknya seperti kacang, ureter, uretra dan kloaka. Ginjal berfungsi sebagai penyaring darah yang sisanya di buang dalam bentuk urin. Ureter adalah saluran penghubung antara ginjal dan uretra. Kloaka berfungsi sebagai tempat pengeluarn urin yang bersama ekskreta. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Santoso (2009) yang menyatakan bahwa sistem urinari  ayam terdiri atas sepasang ginjal yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada tulang punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga perut  
Ayam dan itik pada intinya tidak berbeda karena sama-sama terdiri dari tiga organ yaitu ginjal yang terdiri dari 3 lobus, ureter, uretra dan kloaka. Urin keluar melalui kloaka.  Urin pada ternak ungas akan bercampur pada feses yang dinamakan ekskreta. Sesuai  pendapat  Rukmana (2003) yang menyatakan bahwa urin keluar dari tubuh melalui kloaka bersama-sama feces dan kelihatan sebagai masa putih diatas feces tersebut. Ginjal itik memiliki warna merah agak keruh dengan kombinasi warna putih. Menutut Suprijatna et al. (2005) ginjal terletak pada rongga perut bagian belakang, tepatnya menempel pada tulang punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga perut.

3.2.5.      Identifikasi Penyakit Ternak Unggas
Hasil praktikum menunjukkan bahwa ayam dan itik yang digunakan dalam praktikum tidak terjangkit penyakit, sehingga ayam dan itik tersebut dapat dikatakan sehat. Penyakit pada ayam dan itik dapat  terjadi melalui tangan, pakaian, alat-alat yang dipergunakan untuk pemeliharaan ternak unggas tersebut, dapat juga dari ternak ke ternak dan dari kelompok ke kelompok serta penularan lewat makanan. Penularan penyakit pada ayam juga banyak disebabkan faktor lingkungan yang secara langsung kontak pada ternak tersebut maka sangat di butuhkannya pengaturan perkandangan agar terjadi korelasi antara ternak dan tempat tinggal ternak. Hal ini sesuai dengan   pendapat Fadilah dan  Polana (2004) yang menyatakan bahwa penyakit ternak ayam dapat ditularkan lewat hubungan antara penderita dengan ayam-ayam yang sehat dan hubungan ayam-ayam yang sehat dengan tempat, perlengkapan dan lingkungan yang terinfeksi penyakit. Ternak yang sudah sembuh dapat menjadi penghantar penyakit. Hal ini sesuai dengan Tabbu (2000) yang menyatakan bahwa ternak ayam yang telah sembuh juga dapat bertindak sebagai penghantar penyakit (carrier). Penyusunan pakan antara lain, metode bujursangkar, Pearson’s square method, metode coba-coba (trial and error) dan metode lainnya.










3.3. Formulasi Ransum Ternak
Berdasarkan praktikum Produksi Ternak Unggas tentang Formulasi Ransum Ternak Unggas diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Perhitungan Harga Ransum Itik Petelur Periode Layer
No.
Bahan Pakan
PK
%
ME
Kcal/kg
Komposisi
%
Harga
Rp/1/2 kg
1
Bekatul
12
2860
58
840,-
2
Jagung kuning
8,6
2830
25
520 ,-
3
Tepung ikan kering
63,6
2240
3
60,-
4
Bungkil kedelai
48
3370
14
360,-
5
Premix
-
-
-
-
Total
17-18
2800-2900
100
1700,-
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2011.
Pada praktikum produksi ternak unggas bahan pakan yang digunakan untuk itik petelur starter ada empat macam, yaitu jagung kuning giling, bungkil kedelai, bekatul dan tepung ikan jadi dengan komposisi 25%, 14%, 58% dan 3% dilakukan dengan metode coba-coba yang dibuat untuk itik petelur starter dalam periode satu tahun dengan energi metabolis untuk jagung giling sebesar 3370 (kcal/kg), bungkil kedelai 2240 (kcal/kg), bekatul 2860 (kcal/kg) dan tepung ikan 2830  (kcal/kg) didapatkan harga per kg yaitu: bekatul Rp 2000/kg, jagung giling Rp 6000/kg, bungkil kedelai Rp 4000 dan tepung ikan  6000/kg dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp 1880/0.5kg. Data yang didapatkan bahwa bahan pakan yang paling murah yaitu bekatul. Hal ini sesuai dengan pendapat  Suprijatna (2005) bahwa penyusunan pakan merupakan kegiatan pencampuran berbagai bahan makanan yang ada dengan perbandingan yang telah ditentukan. Ada beberapa cara yang digunakan dalam penyusunan pakan antara lain, metode bujursangkar, Pearson’s square method, metode coba-coba (trial and error) dan metode lainnya.

Tabel 2. Organoleptik Bahan Pakan
No.
Bahan Pakan
Bentuk
Tekstur
Warna
Bau
1
Jagung Kuning
Pecahan
Kasar
Kuning
Khas
2
Bekatul
Serbuk
Kasar
Cokelat muda
Khas
3
Tepung Ikan Kering
Serbuk
Halus
Cokelat tua
Amis
4
Bungkil Kedelai
Pecahan
Kasar
Kuning
Khas
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2011.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan bahwa bahan pakan yang digunakan untuk membuat ransum itik petelur mempunyai organoleptik yang berbeda-beda, seperti bentuk, tekstur, warna, dan bau. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarengat (2009) yang menyatakan bahwa kualitas bahan pakan dapat diketahui dengan dua cara, yaitu secara organoleptik dan secara analisis. Secara organoleptik, pakan dapat diketahui kualitasnya yang meliputi warna, bau, rasa, tekstur, dan tingkat kontaminasi. Secara analisis, kualitas pakan dinyatakan dalam % (persen) kandungan nutrisinya (melalui analisis proksimat) meliputi energi, protein, asam amino, lemak, serat kasar, dan mineral.
Jagung kuning mempunyai tekstur yang kasar, bau khas jagung, berbentuk pecahan karena sudah melalui tahap penggilingan, dan berwarna kuning, serta sangat disukai oleh itik petelur. Hal ini sesuai pendapat Rasyaf (2000) yang menyatakan bahwa jagung kuning giling diberikan kepada unggas antara lain ayam ras petelur, ayam broiler, ayam ras pembibit, itik, bebek, angsa, kalkun, ayam hias, dan ayam buras lainnya. Jagung kuning giling mempunyai tekstur kasar, berbentuk serpihan, warna kuning, berbau khas. Ditambahkan oleh pendapat Suprijatna, et al. (2005) bahwa jagung kuning lebih baik dari pada jagung putih karena mengandung pro-vitamin A untuk meningkatkan kualitas daging dan telur.
Bekatul yang merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan padi ini mempunyai ciri, warna cokelat muda, tekstur kasar, berbentuk serbuk dan berbau khas bekatul. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna, et al. (2005) bahwa bekatul mempunyai ciri berwarna coklat muda, serbuk halus sampai kasar dan bau, rasa khas bekatul. Ditambahkan oleh pendapat Rasyaf (2009) bahwa bekatul memiliki kandungan serat kasar yang lebih tinggi dibanding jagung atau sumber energi yang lain, sehingga hanya sebagai pakan tambahan. Oleh karena itu, bekatul diberikan dalam jumlah yang terbatas, tergantung pada jenis ternaknya karena mempengaruhi faktor palatabilitasnya. Diperluas oleh pendapat Suprijatna, et al. (2005) bahwa bekatul hanya sebagai bahan tambahan setelah jagung.
Tepung ikan mempunyai ciri-ciri seperti berbentuk serbuk, bau amis ikan dengan warna coklat tua. Tepung ikan mempunyai kandungan protein tertinggi dibandingkan dengan jagung kuning dan bekatul serta merupakan bahan pakan termahal dari campuran ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono (2004) yang menyatakan bahwa tepung ikan berbentuk tepung atau serbuk halus dengan warna coklat tua dan berbau amis. Tepung ikan tidak hanya menjadi sumber protein dan asam amino yang baik, tetapi juga sumber mineral yang baik dan vitamin yang sempurna. Karena kandungan nutrisinya yang sangat baik inilah harga pasarnya pun tinggi. Ditambahkan oleh pendapat Rasyaf (2009)  bahwa tepung ikan sebagai bahan baku pakan ternak unggas menduduki urutan pertama dalam penyediaan sumber protein hewani karena kandungan protein kasarnya sangat tinggi mencapai 53,5%.
Bungkil kedelai mempunyai ciri-ciri yaitu mempunyai bentuk pecahan, memiliki tekstur yang kasar, warna kuning, dan memiliki bau yang khas bungkil. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono (2004) yang menyatakan bahwa bungkil kedelai berbentuk tepung, tekstur kasar, berwarna kuning, dan berbau khas. Ditambahkan oleh pendapat Suprijatna, et al. (2005) bahwa bungkil kedelai merupakan bahan pakan sumber protein terbaik dibandingkan sumber yang lain. Kandungan proteinnya 41-51%. Namun, kandungan kalsium, fosfor, dan vitamin D nya rendah.










BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi unggas yang penting untuk diketahui ada empat kelas, yaitu kelas Asia, kelas Amerika, kelas Mediterania dan kelas Inggris. Perbedaan antara unggas air dan unggas darat yaitu unggas darat kaki tidak memiliki selaput dan tidak memiliki kelenjar minyak pada bulunya. Sedangkan pada unggas air pada kaki terdapat selaput untuk berenang dan memiliki kelenjar minyak agar bulunya tetap kering setelah berada di dalam air, unggas yang digunakan pada praktikum  dalam keadaan sehat, dilihat dari cara berdirinya yang tegak, anggota tubuhnya aktif bergerak dan dari organ interiornya tidak ada bagian yang cacat. Formulasi ransum juga telah mencukupi kebutuhan nutrisi itik petelur starter. Bahan                pakan yang digunakan mengandung PK dan EM yang cukup serta disusun berdasarkan metode penyusunan ransum yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi itik petelur layer.

5.2.            Saran
Waktu pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan dalam jangka waktu yang panjang agar pengambilan data sesuai yang diinginkan. Hal ini menyebabkan praktikum menjadi tidak maksimal dan data yang diperoleh tidak lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, R. dan A. Polana. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Rasyaf. M. 2009. Panduan Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Santoso, H. 2009. Pemeliharaan Ayam Pedaging Hari per Hari di Kandang Panggung Terbuka. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Sarengat, W. 2009. Handout Produksi Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Suprijatna, E. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tabbu, C. R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius, Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.









 

                                     

No comments: